KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Dua Minggu Tanpa Scroll: Apakah Kita Masih Manusia?

    Dua Minggu Tanpa Scroll: Apakah Kita Masih Manusia?

    BY 21 Okt 2024 Dilihat: 174 kali
    Dua Minggu Tanpa Scroll Apakah Kita Masih Manusia_alineaku

    Sambil scroll ponselnya, Tasya berkata, “Guys, sadar nggak sih? Kita ini kayak zombie, bedanya, zombie nggak perlu charger. Kita roaming cuma buat ngejar likes.

    Ardo tertawa dan membalas, “Zombie 2024, upgrade! Dulu zombie ngejar otak, kita ngejar views, sambil mikir aesthetic feed.”

    “Ya, zombie nggak perlu mikir filter! Kita? Filter lebih lama dipilih daripada caption!” ujar Nindy dengan sedikit nada tinggi.

    Moses tampak serius ketika ia berkata, “Iya, zombie nggak mikir lighting. Kita? Lebih takut sama foto jelek daripada ketemu zombie beneran.”

    “Bener! Kalau ada zombie, kita malah cek dulu: “Lighting oke nggak?” sambil nunggu like,” balas Tasya.

    “Harusnya ada filter zombie di IG. Bangun tidur tapi tetap fresh… setengah mati!” ujar Ardo.

    Perfect! Jam 6 pagi, orang selfie pakai filter zombie, Fresh, padahal cuma filter!” ketus Nindy.

    “Serius nih, swipe-scroll itu bikin otak ketagihan dopamin. Otak kita seperti mesin slot, kayak dikasih permen tiap dapet notifikasi,” Moses berilustrasi. 

    “Jadi, bukan karena kitanya yang malas, ya? Tapi otak kita lagi disogok dopamin? Gitu?” Tasya tak percaya.

    Nindy tertawa dan berujar, “Scrolling itu kayak judi. Nunggu post yang bikin ketawa, tapi yang ada malah cuma bikin kita stress!”

    Scrolling itu sama dengan  gambling modern. Bedanya, kita nggak dapet uang, cuma dopamin dan punggung pegal,” balas Ardo dengan cerdas.

    “Dan mata capek! Di Vegas dapet minum gratis, nah kalau kita, dapet lingkar hitam di mata!” sahut Tasya. Tapi dengan serius Nindy berkata, “Kalian pernah kepikiran buat detoks media sosial nggak? Soalnya kita tiap hari udah dicekokin hidup orang, sampai lupa sama hidup kita sendiri.”

    “Betul! Media sosial bikin kita jadi suka dan malah terbiasa untuk bandingin diri kita sama hidup orang lain yang kayaknya sempurna di mata,” ujar Tasya.

    “Hidup tanpa scroll? Tantangan lebih berat dari marathon, tuh. Dua minggu tanpa video kucing? Gimana bisa bertahan aku?” Ardo curhat.

    “Mungkin justru di situ kita temuin makna hidup. Bisa lihat sunset tanpa ada acara harus posting di Instagram dulu,” Nindy membagi pencerahan.

    “Atau nulis buku Menemukan Diri di Dunia Tanpa Scroll. Isi buku dikirim lewat pos, bukan DM,” ujar Moses.

    “Kalau sampai ada tuh itu buku, langsung best seller! Eh, tapi dipromosikan pakai influencer, yah? Balik lagi ke medsos, dong!” Tasya teringat.

    Ardo tertawa sambil membalas, “Dan datang ke acara launching, live-streaming acara detoks! Ironis banget!”

    “Mungkin kita perlu bikin tantangan Dua Minggu Tanpa Scroll, biar belajar nikmatin hidup tanpa posting setiap detik,” Nindy punya ide.

    “Yup, kita bisa bikin tren hidup tanpa like dan komentar. Siapa tahu lebih bahagia. Iya, nggak?” sahut Moses.

    Tasya mengangkat cangkir kopinya seraya berkata, “Cheers untuk hidup tanpa scroll! Dua minggu tanpa posting makanan. Nah, lho!”

    Nooo! Siapa yang bakal kasih tahu kalau pancake-ku nggak estetik?” Ardo panik.

    “Tenang, mungkin setelah dua minggu itu kamu bakal jadi seniman… atau chef Instagram sekalian!” Nindy menenangkan Ardo.

    “Iya, zombie yang craving like dan komentar! Kita sudah terprogram kayak robot yang respon notifikasi,” balas Ardo.

    “Sedikit bunyi ‘ting!’ aja, refleks langsung pegang ponsel. Cepat respon notifikasi lebih dari alarm kebakaran,” ujar Tasya menambahkan.

    “NASA harusnya rekrut kita, bukan buat jadi astronot, tapi untuk tes kecepatan respon notifikasi di luar angkasa!” Ardo menunjukkan kecerdasannya lagi.

    “Hah! Olimpiade cabang baru tuh, Kecepatan Merespon Notifikasi.” Medali emasnya bentuk love icon! Hahaha!” ujar Nindy sambil tertawa.

    “Dan pemenangnya dapat followers organik. Influencer life: endorse produk random demi likes,” sambung Moses.

    “Dan motto resminya: Jangan berhenti sebelum notifikasi berhenti. Siapa butuh piala kalau bisa dapet sponsor skincare?” tambah Tasya.

    “Atau kita bikin aplikasi ‘NotiFast.’ Leaderboard global untuk yang paling rajin ngecek notifikasi. Siapa tahu kita bisa pecahin rekor dunia!” Ardo lagi-lagi memperlihatkan kejeniusannya.

    “Atau bikin gelar Master of Multitasking Notifikasi. Scroll IG, Tweet, nonton TikTok sambil makan siang. Itu bakat yang patut dihargai!” tambah Nindy. 

    “Dan, setiap notifikasi yang kamu cek, kamu akan dapat poin karma digital. Di akhir hidup, bukan ke surga, tapi ke cloud storage abadi. Jenius nggak?” Moses tak kalah cerdas.

    Sambil tertawa lepas, Ardo berkata, “Surga digital, tempat video kucing dan meme favorit diputar selamanya. Nirwana millennial!”

    “Plus, nggak ada batasan kuota internet!” Nindy berseru.

    “Betul! Video buffering cuma 0,001 detik. Nirwana buat semua pengguna medsos!” Moses tak kalah berseru.

    “Jadi kesimpulannya, kita semua terperangkap dalam jaringan notifikasi. Hidup kita dikendalikan ‘ting!’ dan ‘bling!’ dari ponsel,” Ardo menyimpulkan.

    “Tepat! Tanpa notifikasi, kita nggak tahu siapa diri kita sebenarnya,” Tasya menimpali.

    “Detoks bukan cuma dari medsos, tapi dari semua notifikasi. Biar kita ingat rasanya hidup tanpa tekanan up to date,” ujar Moses.

    “Hidup tanpa notifikasi? Mungkin di situ kita temui apa artinya jadi manusia, bukan zombie digital!” ujar Ardo sangat lugas.

    “Atau… kita jadi gila karena nggak tahu apa yang viral selama lima menit terakhir!” Nindy berkomentar diikuti tawa lepas yang dilanjutkan obrolan dengan penuh semangat, sambil menikmati suasana kafe.

     

    Pesan Moral:

    • Kita Bukan Zombie, Tapi Zombie Digital: 

    Mirip zombie klasik yang mengejar otak, kita lebih tertarik mengejar likes dan views di media sosial. Bedanya, kita harus nge-charge setiap beberapa jam, karena menjadi “zombie” modern membutuhkan baterai yang penuh.

    • Dopamin: Permen Gratis untuk Otakmu: 

    Setiap kali ada notifikasi, otak kita mengeluarkan dopamin. Ini seperti otak sedang diberi “permen” gratis setiap saat. Jadi, bukan kita yang kecanduan scroll, tapi otak kita kecanduan hadiah-hadiah kecil ini. Efeknya? Terjebak dalam siklus scroll tak berujung!

    • Media Sosial = Mesin Slot Digital: 

    Scroll tanpa henti di media sosial itu mirip dengan bermain mesin slot di kasino. Kita terus menunggu postingan yang lucu atau menarik, tapi malah sering kali menemukan sesuatu yang bikin stres. Dan sayangnya, hadiahnya bukan uang, tapi… stres baru!

    • Penampilan Virtual yang Lebih Penting dari Kehidupan Nyata: 

    Di dunia zombie digital, filter dan aesthetic feed lebih penting daripada kesehatan mental. Kita lebih takut postingan candid jelek daripada ketemu zombie beneran. Ironis? Tentu saja!

    • Detoks Media Sosial: Tantangan Lebih Berat dari Maraton: 

    Menghabiskan dua minggu tanpa media sosial dianggap lebih sulit daripada lari maraton. Mungkin lebih menakutkan dari kiamat zombie. Tapi, mungkin dari detoks ini, kita akan menemukan arti hidup tanpa harus menunggu notifikasi baru.

    • Scroll-lah Sampai Lelah! Bonus Paket: Punggung Pegal dan Mata Panda: 

    Hasil dari terlalu sering scrolling: bonus punggung pegal, leher kaku, dan lingkar hitam di bawah mata. Siapa yang butuh gym kalau scroll sudah bikin kita olahraga jari dan mental?

    • Menjadi Master Notifikasi: 

    Jika kecepatan merespon notifikasi adalah olahraga Olimpiade, mungkin kita semua adalah calon pemenangnya. Poin bonus untuk mereka yang bisa multitasking: nge-Instagram, nge-TikTok, sambil makan siang. Itu bakat langka yang harus dihargai!

    • Surga Digital: Nirwana Millennial: 

    Dalam surga digital, kita akan disuguhi video kucing tanpa batas dan bisa menikmati meme selamanya. Wi-Fi tak pernah lambat, dan semua video buffering hanya 0,001 detik. Kalau itu bukan mimpi setiap pengguna media sosial, aku nggak tahu lagi itu apa.

    • Pencerahan Digital: Poin Karma di Dunia Maya: Semakin banyak kamu merespon notifikasi, semakin dekat kamu dengan “pencerahan digital.” Siapa butuh surga fisik kalau kamu bisa menuju cloud storage abadi tempat semua data dan meme tersimpan aman?
    • Ironisnya Hidup di Era Scroll: Di acara “detoks media sosial,” kita malah live-streaming dan nge-post foto di Instagram. Ironis? Ya! Tapi di balik humor itu, ada makna besar: kita seolah-olah lebih hidup di dunia maya daripada menikmati hidup yang sebenarnya.

     

     

    Kreator : Adwanthi

    Bagikan ke

    Comment Closed: Dua Minggu Tanpa Scroll: Apakah Kita Masih Manusia?

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021