Suatu ketika, kita ingin menempuhi sebuah air terjun yang indah, konon katanya banyak orang memuji keindahan air terjun itu. Semua orang menginginkan melihat indahnya butiran air yang turun menerpa bebatuan di bawahnya. Perjalanan pun dilakukan untuk menyaksikan keindahan tersebut.
Pernahkah kita mendengar, tempat dimana air terjun berada mudah untuk dijangkau?, Mungkin sedikit yang tanpa licin, lumut bebatuan dan naik turun tracking menujunya. Hampir tidak kita temukan air terjun tanpa medan yang sudah kita sebutkan tadi.
Tahukah kita, saat menempuhi air terjun itu, kita bertemu banyak hal yang kadang membuat kita tergelincir, tapi tetap berusaha bangun lagi semata mata ingin dapat melihat keindahan air terjun itu. Semua aral yang kita temui selama perjalanan sungguh ingin kita lalui.
Tapi, selama perjalanan itu kita lelah, kita sering mengeluh.
“Sudah, sampai sini saja.”
“Duh, ini sudah cukup melelahkan.”
“Nggak lanjut deh, pegel kaki.”
Dan, seterusnya.
Yang jadi pertanyaan, masihkah kita ingin melihat air terjun itu?, tentu berusaha ingin memenuhi niat awal ketika terbesit dalam hati ingin mengunjunginya. Itulah yang memotivasi kita ingin melihatnya dan ditambah lagi sudah separuh perjalanan menuju kesana, sedangkan medan semakin berat.
Air terjun kita ibaratkan sebagai puncak sebuah nikmat, jalan terjal bebatuan lumut licin, naik turun medan, itu sabar yang tengah kita jalani. Memilih untuk mengeluh dan banyak menggerutu, atau nikmati perjalanan meski ada keluh tapi tetap dijalani, yakin sampai. Itulah Syukur.
Hanya kita yang bisa mengukur diri, akankah kita bersyukur atas sabar yang tengah kita tempuhi. Pakaian kesyukuran akan menjadi pelindung dikala badai menerpa lorong-lorong kesabaran, ia melindungi dari penatnya dan sesaknya dada akan tumpukan keluh yang ingin diluapkan. Tanpa syukur, rasa sabar akan hambar, camping dan berserakan. Sabar dan syukur adalah teman setia untuk menempuhi medan terjal menuju air terjun kenikmatan dari-Nya. Medan itu sama sama berat, baik kita bersyukur ataupun tidak.
Begitulah ketika berupaya menjalani sebuah ujian, apapun itu ujiannya. Sabar bukan berarti diam, namun tetap berjalan, bukan berarti tidak bersedih, bukan? Namun, lebih mengutamakan bersyukur dalam menjalaninya. Sejauh itu, sabar dan syukur menjadi penawar bagi luka ataupun kepahitan yang dirasa.
Kreator : Diyah Laili
Comment Closed: Dua Penawar
Sorry, comment are closed for this post.