Dari luar gedung senjata, terdengar suara teriakan seorang pria muda yang seolah semakin lama semakin mendekat.
“AAH!”
Suara kaca yang pecah terdengar bersamaan dengan suara pria muda yang hampir saja menemui ajalnya di luar jendela. Untungnya, dia sempat berpegangan pada lantai. Pria muda yang sialnya melihat ke bawah langsung panik dan menggeliat.
“WAAH!!! Siapapun tolong aku! Plis! Aku hampir mati! TOLONG!”
“Andri, tahan ya!”
Seorang wanita dewasa berambut merah segera menarik Andri.
“Makasih, Mama! Hampir aja aku mati!” Andri memeluk wanita yang dipanggilnya ‘mama’ sambil menangis.
“Timing kamu nggak tepat banget! Kita kabur dulu!”
Bersamaan dengan itu, sepuluh orang tentara bersenjata membidik ke arah mereka.
“Gawat!”
Andri dengan cepat melingkarkan tangan ke pinggang ‘mama’ dan menghentakkan kaki dengan sangat kuat. Mereka berhasil menghindari hujan peluru yang diarahkan ke mereka. Setelah aman, mereka langsung berlari menuju tangga darurat, tapi, sepuluh orang pasukan bersenjata berhasil menghadang mereka.
“Mama, ke belakang!” Andri menarik senjata yang dibawa di punggung lalu membantingnya ke tanah “Tahan mereka, Malin Kundang!”
Bersamaan dengan seruan Andri, senjata yang dibawa Andri langsung melebar dan menahan hujan peluru itu. Senjata Andri yang berbentuk kotak panjang itu berubah menjadi tameng besar dan melindungi Andri dan ‘Mama’.
“Tutup mulut sama hidung, Andri.” Tiga botol berisi cairan berwarna merah sudah ada di tangan ‘mama’
Andri langsung menutup mulut dan hidung. Dengan cepat ‘mama’ melemparkan botol-botol itu ke arah pasukan bersenjata dan menghembuskan nafas.
“Sihir cinta, teknik Carmilla, Cinta Mematikan.”
Cairan itu langsung menjadi gas dan terhirup secara instan oleh semua pasukan bersenjata. Tidak butuh waktu lama sampai mereka akhirnya mereka semua terpengaruh sihir ‘mama’. Hujan peluru berhenti dan Andri melepas mode Malin Kundang dari senjatanya, lalu, membawanya kembali di punggungnya.
“Anak-anak manis, kasih kami lewat ya.”
Mereka yang tadinya menghujani Andri dan ‘mama’ dengan peluru langsung membukakan jalan untuk mereka. Melihat itu, ‘Mama’ dan Andri saling menatap dan mengangguk, mereka pun melewati tentara bersenjata yang terhipnotis.
“Sekarang, tolong ulur waktu untuk kami, ya, anak-anak manis.”
“Baik, dengan senang hati!”
“Makasih ya!” Kata Andri
Akhirnya, Andri dan ‘Mama’ berhasil masuk ke tangga darurat, tapi, mereka baru sadar bahwa waktu mereka tidak banyak untuk menuruninya.
“Gimana?” Tanya ‘Mama’
“Bentar, aku ikat talinya,” Jawab Andri sambil mengikat tali ke salah satu pegangan tangga “oke, pegangan dulu, Mama.” Kata Andri setelah memastikan talinya terikat dengan sempurna
‘Mama’ menggenggam tangan Andri dan mereka melompat bersama.
“Timun mas!” Seru Andri dengan lantang
Senjata di punggung Andri menyatu dengan tali yang terikat dan membungkus Andri dan ‘mama’ dengan lapisan besi berbentuk bola. Berkat bola itu, Andri dan ‘mama’ terjun dengan aman. Setidaknya itu yang mereka pikirkan sebelum mereka berhenti di tengah-tengah dan berguncang dengan sangat hebat di dalam.
“Uwaa! Kenapa ini!?”
Mereka terhenti sebentar, setelah itu, mereka terlempar ke kiri dan akhirnya melaju dengan kecepatan tinggi ke arah kanan.
“Gawat! Lutung Kasarung!”
Bola besi itu berpisah dan menjadi baju zirah besi yang melindungi mereka berdua secara terpisah. Mereka menabrak dinding sampai hancur dan tersungkur di tanah. Untungnya, mereka hanya mengalami pusing kepala.
“Aduh… ah! Mama! Mama nggak apa-apa?” Andri menghampiri ‘mama’ yang tersungkur
“A-aku nggak apa-apa. Apa itu barusan? Kita kayak dilempar sesuatu.”
Suara langkah kaki besar yang tidak seperti manusia menggema di lorong. Semakin lama semakin dekat, semakin cepat juga degup jantung Andri dan ‘mama’. Mereka tidak tahu apa yang mereka akan hadapi sampai dinding di depan mereka roboh dan menampakkan robot raksasa berbentuk gorila.
“Woi! Lawan mereka cuma kelompok kecil doang lho! Apa nggak lebay mereka pake robot setinggi gedung gini!?”
“Kalo dibilang setinggi gedung sih, nggak, Andri.”
Setelah ‘Mama’ menyelesaikan kalimatnya, serangan robot gorila itu melayangkan tinju ke arah mereka. Untungnya, Andri dapat menahan serangan robot itu dengan kotak senjatanya yang secara otomatis menjadi perisai besar yang menancap di tanah.
“Nggak sopan, woi!” Seru Andri sambil menekan tombol di pegangan kotak
Sebuah ledakan besar menghempaskan robot itu cukup jauh dan merobohkan dinding di belakangnya.
“Buset! Gini doang tanganku mati rasa.” Andri mengibaskan tangannya
Tapi kesenangan itu hanya sementara, robot itu kembali berdiri.
“Andri, kita nggak punya banyak waktu. Kita mesti selesaikan langsung.”
“Oke, Mama siap?” Andri meletakkan senjata di depan ‘mama’
“Sejak awal.” Jawab ‘mama’ sambil memegang bagian atas kotak
“Terbelahlah, Bawang Putih, Bawang Merah.”
Kotak itu langsung terbagi menjadi dua dan menjadi dua kotak yang sama besar. Disaat yang sama, robot gorila berlari dengan kecepatan tinggi.
“Sanggrah Sepuluh, Pan Balang Tamak!” Seru Andri
Kotak yang dipegang Andri terurai sampai tak bersisa. Sejauh ini, tidak terlihat bentuk dari kotak yang dipegang Andri menjadi seperti apa.
“Sanggrah Sepuluh, Srikandi!” Seru ‘mama’
Kotak yang dipegang ‘mama’ berubah wujud menjadi sepuluh macam senjata jarak jauh yang mengelilingi ‘mama’. ‘Mama yang selesai dengan perubahan wujud kotaknya bersiap di posisi.
Tanpa menunggu, robot gorila itu mengayunkan tinju ke arah Andri selagi ‘mama’ menghindari serangan itu. Serangan tangan dengan kekuatan penuh itu tidak sampai melukai Andri. Yang terlihat malah Andri yang menahan serangan itu dengan tangan kosong
“Siji, Bima.”
Ternyata, Andri menahannya dengan tangan raksasa yang dibuat dari benang sihir. Setelah menahan serangan, Andri membalas dengan tinju ke arah dagu dari bawah. Robot itu terhempas dan kesempatan itu tidak dilewatkan oleh ‘mama’.
“Lara, Ayu.”
‘Mama’ mengambil senapan jitu dan menembak kepala robot itu sebanyak tiga kali. Ketiga tembakan itu tepat mengenai kepala robot itu, tapi, robot itu tidak menunjukkan tanda hilangnya perlawanan dan malah melemparkan batu raksasa ke arah ‘Mama’. Andri yang secepat kilat berlari ke arah ‘Mama’ dan membelah batu itu dengan benang sihirnya.
“Mama nggak apa-apa kan?” Tanya Andri
“Makasih, ya. Aku nggak apa-apa kok.” Jawab ‘Mama’ sambil tersenyum
Robot yang kehilangan kepalanya itu malah meraung dengan sangat keras dan menghentakkan kaki-kakinya ke tanah, menunjukkan bahwa dia sangat marah.
“Kayaknya mesti kita selesaikan dalam satu serangan. Kamu masih sanggup kan, Andri?” Tanya ‘mama’
“Sanggup, cuman, aku perlu masuk mode Rangda untuk menghabisi robot kurang ajar ini.” Jawab Andri sambil tersenyum, tapi, wajahnya jelas menunjukan kekhawatiran
Melihat wajah Andri, ‘Mama’ melihat isi tasnya. Di dalam tas itu, terdapat empat botol obat dengan dua warna yang berbeda.
“Kalo kamu bisa selesaikan dalam waktu lima menit, obatnya cukup,” Kata ‘mama’ sambil menutup tasnya “Lagi pula, kalau lebih pun, masih ada cara lain.” ‘Mama’ menepuk pundak Andri
“Mama tau kan sihir cinta nggak ngaruh ke aku?”
“Dari luar sih nggak.” Kata ‘mama’ sambil meletakkan satu jari di depan bibirnya
Bersamaan dengan satu kalimat itu, robot itu mengayunkan tendangan ke arah mereka. Dentuman dahsyat menerbangkan semua batu, besi, dan kaca yang ada di sekitar mereka, tapi, Andri dapat menahannya dengan benang sihirnya kembali. Setelah menahan tendangan itu, Andri menariknya ke belakang dan melemparkan robot itu sehingga kaki robot itu terputus.
“Telu, Rangda.”
Andri langsung berlari dengan kecepatan tinggi dan menghantam robot itu dengan kaki yang barusan dia ambil itu. Tidak hanya sampai situ, serangan itu dilanjutkan dengan hantaman di dada robot itu sampai cangkangnya hancur dan menunjukkan pusat tenaganya. Hampir saja Andri bisa menyentuhnya, dia malah dihempas oleh robot itu, namun, Andri sempat berbalik badan sehingga punggungnya tidak mengenai dinding. Memanfaatkan momentum itu, Andri kembali meluncur dan menghancurkan tangan robot itu, dan kembali menyerang pusat tenaga robot itu. Dengan paksa Andri mencabut sumber tenaga itu dan meremasnya hingga hancur. Akhirnya, robot itu tumbang bersamaan dengan Andri yang tidak kuat berdiri dan jatuh dari tempat yang cukup tinggi.
“Andri!”
‘Mama’ berlari dan menangkap Andri yang sudah tidak punya tenaga untuk berdiri.
“Ma…Mama.” Kata Andri
Dia bersusah payah berbicara. Rasa sakit yang dirasakan Andri di sekujur tubuhnya cukup untuk membuat ‘mama’ buru-buru merogoh tasnya dan membantu Andri meminum obat yang sudah dipersiapkan itu.
“Ini, minumlah pelan-pelan.” Kata ‘mama’ sambil membantu Andri meminum obat
Tak lama kemudian, Andri merasa lega setelah meminum obatnya.
“Gimana?”
“Udah enakan, cuman, kayaknya aku belum bisa jalan.” Jawab Andri
‘Mama’ mengulurkan tangan ke arah kedua kotak senjata yang terpisah.
“Kode, kuruma.” Kata ‘mama’
Kotak itu langsung menjadi robot beroda yang bisa membawa Andri yang kesakitan.
“Misi selesai.” Kata Andri sambil tersenyum
Tak lama kemudian, sebuah mobil menjemput Andri dan ‘mama’.
“Ayo cepat! Kita bakalan ketangkep kalo kelamaan disini!”
Rekan mereka datang menjemput dan langsung kabur begitu Andri masuk ke dalam. Dan ini adalah awal mula kisah Andri dan teman-temannya dalam perjalanan mereka selanjutnya demi keamanan negara dan rakyat-rakyatnya.
Kreator : Hitogo
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Echanta Operation (Part 1)
Sorry, comment are closed for this post.