“Sesuai rencanamu?” Tanya Andri.
“Andri, sudah berapa kali menurutmu kita bertemu?” Tanya Aisha.
“Bukannya baru pertama kali?” Taya Andri.
“Nggak, sudah lebih dari 10 kali kita bertemu. Hm… nggak, mungkin lebih dari itu. Sayang sekali cuma aku yang bisa mengetahui seberapa mengerikannya kekuatanku ini.” Jawab Aisha.
“Kalo sebanyak itu, nggak mungkin aku nggak ingat.” Jawab Andri dengan nada bingung.
“Logikanya memang benar, dengan asumsi kalo kita berada di garis waktu yang sama, bukan, lebih tepatnya di titik waktu yang sama.” Kata Aisha.
Bagaikan sedang berusaha memecahkan kasus pembunuhan di pintu terkunci, Andri berpikir keras menerka maksud dari Aisha.
“Tampaknya kamu bingung, bagaimana kalau kamu coba tembak aku?” Kata Aisha sambil tersenyum.
“Aku nggak bawa pistol.” Kata Andri
“Itu cuma ungkapan saja, Andri, yang aku maksud, serang aku dari tempatmu berdiri, lempar batu misalnya.” Kata Aisha.
Andri berpikir sebentar dan mengambil batu di tanah dan sekuat tenaga melemparnya ke Aisha. Selagi batu itu melesat dengan cepat, Andri ikut melesat dan melancarkan pukulan ke wajah Aisha, tapi, arah pukulannya malah mengenai perut Aisha, itupun berhasil di tahan olehnya.
“Hah!? Kok gini!?” Tanya Andri dalam hati.
“Bingung ya? Ketua pasukan khusus sudah pasti mengenai targetnya, tapi, kenapa dia meleset?” Tanya Aisha dengan senyum mengerikan di wajahnya.
Andri melanjutkan dengan tendangan ke arah kaki kanan Aisha, tapi, tendangan itu seakan bergeser dari tempatnya dan malah mengenai tangan kiri Aisha.
“Dasar tidak sabaran.” Kata Aisha sambil menjentikkan jarinya.
Kondisinya langsung berbalik, tapi, bukan soal siapa yang lebih unggul, tapi, betulan berbalik ke posisi semula.
“Andri, sudah berapa kali menurutmu kita bertemu?” Tanya Aisha.
Mendengar pertanyaan itu, Andri merasakan deja vu yang sangat hebat.
“Hehehe… bagaimana? Sudah paham betapa mengerikannya kekuatanku?” Tanya Aisha.
“Pembalik waktu, ya?” Kata Andri.
“Tepat sekali,” Kata Aisha sambil menepuk tangannya.
“Tapi, barusan kamu hanya menebak namanya, bagaimana dengan cara kerjanya? Penyihir dimensi sepertimu pasti tahu kan bagaimana cara kerjanya?”
“Paradoks macam apa ini? Bukannya waktu harusnya nggak bisa dibalikin?” Tanya Andri sambil bersiap dengan pisaunya.
“Benar! Sudah kubilang, itu cuma berlaku kalau kita di titik waktu yang sama! Masalahnya, titik waktuku tidak terhubung dengan garis waktu manapun! Rasanya sepi, tapi, nikmat dan bebas, seperti bebas untuk pergi kemanapun, dimensi, tempat, waktu, aku bisa pergi kemanapun sesukaku! Bukannya itu hebat, Andri?” Tanya Aisha sambil memeluk dirinya dengan erat.
Andri berpikir dengan keras, mempertimbangkan segala kemungkinan yang bisa dia lakukan.
“Nggak ada pilihan lain, aku harus memainkan dimensi.” Kata Andri dalam hati.
“Percuma, Andri. Kamu pasti berpikir untuk memainkan dimensi. Aku sudah bilang, ini bukan pertama kalinya kita bertemu.” Kata Aisha
Mata Andri melotot, badannya menjadi tegang. Dia tidak menyangka dibaca dengan mudah.
“Dibaca dengan mudah, itu pasti yang ada dipikiranmu, kan? Sebenarnya, nggak, kamu, bukan, kalian cuma lagi sial saja, pertemuan yang terjadi lebih dari 10 kali itu cukup untuk membuatku paham segala gerak gerikmu, Andri.” Kata Aisha.
Mendengar ucapan Aisha, Andri menyarungkan kembali pisaunya.
“Hoo? Kamu sudah menyerah kah?” Tanya Aisha.
“Nyerah? Jangan mimpi, aku cuma berpikir bertarung seperti ini itu percuma.” Jawab Andri.
“Hm… baguslah, akhirnya ada yang berbeda.” Kata Aisha tersenyum.
“Sebenarnya apa tujuan kalian mencariku?” Tanya Andri.
“Hehe, kenapa? Apa kamu berusaha mengulur waktu supaya presiden kalian terselamatkan?” Tanya Aisha.
“Semuanya nggak masuk akal, kalo kalian memang punya penyihir sekuat ini, kenapa kalian baru sekarang melancarkan terorismu besar ini?” Jawab Andri.
“Terorisme? Hah! Terorisme katamu? Ini upaya supaya kami, bukan, supaya kita, penyihir waktu tidak terkena diskriminasi! Berkali-kali kita dibungkam, disiksa, bahkan kita dianggap bom waktu yang akan meledak kapan saja!” Kata Aisha
“Bukan begitu! Masalahnya…” Kata Andri terputus
Andri sesaat mengingat kenapa Shinobu harus membuat Andri kabur dari kejaran polisi. Mengingat hal itu, Andri terdiam.
“Akhirnya kamu ingat ya? Begitu mereka tahu kamu penyihir dimensi, mereka langsung seenaknya menangkap kamu! Mungkin siapapun yang bersama kamu, mereka bakal ditangkap! Mungkin dijadikan umpan supaya kamu bisa keluar!” Kata Aisha sambil mengepalkan tangannya.
“Tapi Pak Hadi itu…” Kata Andri kembali terputus.
“Justru Hadi Suhardi adalah orang yang pertama kali mendeklarasikan mandat perburuan penyihir waktu, Andri!” Kata Aisha.
“Nggak mungkin! Waktunya tidak cocok! Kalau memang kayak begitu, Kak Laksmi nggak mungkin menyetujui itu!” Kata Andri.
“Aku tahu persis kejadiannya, Andri,” Kata Aisha berlinang air mata.
“Ratu Laksmi, penguasa Nusantara seberang, dia menentang habis-habisan mandat itu, berharap tidak ada diskriminasi cuma karena kejadian masa lalu itu, tapi, entah kenapa, sehari sebelum mandat itu disahkan, Ratu Laksmi berubah pikiran, dia malah melihat kami seperti sebuah ancaman.”
Sebelum Aisha melanjutkan ceritanya, alat komunikasi Andri berbunyi dan langsung diangkat oleh Andri.
“Sekar! Ada apa?” Tanya Andri
“Andri *bzzt* jangan *bzzt* ternyata *bzzt* sesuai *bzzt* yang kita *bzzt* ketahui *bzzt* dangkal!”
“Sekar, suaramu nggak jelas! Sekar!”
Pesannya tetap tidak bisa diterima dengan jelas, malah, terputus duluan sebelum akhirnya mati. Tepat setelah alatnya mati, pasukan bersenjata mengepung Andri dan Aisha.
“Apa-apaan ini!?” Tanya Andri.
“Ketua Pasukan Khusus, Andri Suryakirana, Anda kami tahan atas dugaan kerja sama Anda dengan teroris Jokers Syndicate!”
Mata Andri terbelalak, begitu juga dengan Aisha. Tampaknya, ada hal yang mereka tidak duga sudah terjadi.
“Ti-tidak.” Aisha bergetar hebat “Kenapa ini? Kenapa berbeda kali ini? Seharusnya dia tidak tahu cara kerja sihirku!”
“Pasukan! Tahan Andri Suryakirana dan tembak Aisha di tempat! Tembak!”
Semua senjata mengarahkan tembakan ke arah Aisha. Melihat itu, Andri spontan melancarkan sihir dimensi dan membuat dimensi dimana mereka langsung pingsan tanpa perlawanan. Setelah itu, Aisha dibawa Andri pergi dari sana. Tak perlu waktu lama sampai mereka menemukan tempat persembunyian.
“Oi, Aisha! Aku tahu kamu shok berat, tapi, nggak ada waktu, jelaskan apa-apaan semua ini!” Kata Andri.
Aisha masih dalam keadaan syok berat, dia masih memeluk lututnya, tubuhnya bergetar hebat dan matanya berlinang air mata.
“Maafkan aku… maafkan aku.. maafkan aku…” Kata Aisha.
Melihat Aisha, Andri memutuskan untuk duduk di samping Aisha.
“Kalo apa yang Aisha katakan benar, Nusantara dalam bahaya besar. Aku yakin Pak Hadi bukan orang rasis, cuman, mereka adalah pasukan khusus dibawah presiden, hanya presiden yang bisa menggerakan mereka. Bahkan Kak Laksmi sekalipun nggak punya wewenang untuk menggerakan mereka.” Kata Andri.
Andri terdiam dan dalam kondisi berpikir keras dan hanya menemukan satu kesimpulan.
“Tuhan, kalau yang aku simpulkan ini benar, aku meminta pada-Mu, lindungilah kami.” Kata Andri.
Kreator : Hitogo
Comment Closed: Echanta Operation (Part 8) VI
Sorry, comment are closed for this post.