Di antara lorong-lorong Fakultas Teknik Universitas Negeri Manado (UNIMA), di tengah hiruk pikuk mahasiswa dan deru mesin-mesin perkakas, berdirilah sosok yang begitu dihormati: Dra. Kristine A.D., M.T. Usianya memang tak lagi muda, rambutnya pun telah dihiasi untaian perak, namun semangatnya untuk menimba ilmu dan membagikannya kepada generasi penerus tak pernah pudar. Beliau adalah personifikasi dedikasi, seorang dosen senior jurusan elektro yang tak kenal lelah.
Di saat rekan-rekan sejawatnya mulai menikmati masa senja, Enci Tin -demikian panggilan akrabnya- justru semakin bersemangat. Gelar magister yang telah diraihnya belum cukup memuaskan dahaga ilmunya. Beliau terus berjuang menyelesaikan studi doktoralnya, bahkan hingga ke universitas ternama di luar negeri. Bukan ambisi pribadi yang mendorongnya, melainkan sebuah panggilan jiwa untuk terus memperbarui pengetahuan di bidang elektro yang berkembang begitu pesat. Baginya, usia bukanlah penghalang untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Ia percaya bahwa ilmu pengetahuan adalah mata air yang tak pernah kering, dan ia haus untuk terus meminumnya.
Enci Tin ingin memastikan mahasiswanya tidak tertinggal zaman, memiliki wawasan yang up-to-date, dan mampu bersaing di kancah global.
Laboratorium elektro menjadi saksi bisu kegigihannya. Berbagai penelitian telah ia lakukan, mulai dari :
- pengembangan sistem energi terbarukan dan Smart Grid (jaringan listrik cerdas),
- pengembangan baterai dan penyimpanan energi,
- Internet of Things (IoT)
- kecerdasan buatan (AI) DAN Machine Learning dalam industri
- pengembangan sendor bioelektronik
- hingga pengembangan Nanoelektronika.
Puluhan publikasi ilmiah telah diterbitkan di jurnal-jurnal Nasional maupun internasional seperti yang dipublikasikan di IEEE Transaction on Industrial Electronics.
Penghargaan demi penghargaan pun telah ia raih, baik di tingkat nasional maupun internasional, misalnya pada konferensi IEEE Power & Energy Society General Meeting dan dilansir pada web TechCrunch.
Namun, semua itu tak membuatnya berpuas diri. Baginya, penghargaan bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah pengakuan atas kerja keras dan dedikasinya.
Enci Tin selalu menekankan pada mahasiswanya bahwa belajar bukanlah sekadar mengejar nilai atau gelar, tetapi tentang proses tanpa henti untuk mengembangkan diri dan memberikan manfaat bagi sesama. Ia selalu hadir di kampus dengan senyum ramah dan sapaan hangat, siap mendengarkan keluh kesah mahasiswa dan memberikan bimbingan dengan sabar. Ia tak hanya menjadi dosen di kelas, tetapi juga menjadi mentor dan inspirasi bagi banyak orang.
Cita-cita terakhir Enci Tin sangat sederhana namun begitu mulia: menyelesaikan tugas, tanggung jawab, dan panggilan jiwanya sebagai seorang pendidik hingga masa purna bakti tiba. Ia ingin melihat mahasiswanya sukses dan berkontribusi bagi bangsa dan negara. Ia ingin mewariskan semangatnya yang tak pernah padam kepada generasi penerus.
Namun, takdir berkata lain. Tubuhnya terdiagnosa kanker yang dengan cepat menggerogoti tubuhnya. Meski tubuhnya semakin melemah, semangatnya tak pernah surut. Bahkan di tengah ujian semester ganjil di penghujung tahun, beliau masih menyempatkan diri memberikan kuliah online melalui layar laptop. Pendampingan ujian skripsi dan tesis tetap dilakukannya dengan penuh totalitas, berjuang sekuat tenaga agar mahasiswanya dapat menyelesaikan studi tepat waktu. Ia tak ingin ada satu pun mahasiswanya yang tertunda kelulusannya karena kondisinya.
Pada malam Natal tahun 2021, setelah lonceng gereja berdentang di tengah malam menyambut peringatan kelahiran sang Penebus. Dikelilingi anak-anak, menantu, cucu-cucu, suami dan beberapa orang dari jemaat gerejanya, dengan iringan lantunan lagu-lagu Rohani, Enci Tin menghembuskan nafas terakhirnya. Ia pergi dengan tenang, meninggalkan legacy yang tak ternilai harganya.
Ia tak pernah sekalipun menyusahkan mahasiswanya, apalagi mencari keuntungan di luar haknya. Ia benar-benar mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan, menginspirasi dengan keteladanan dalam mengejar ilmu dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari untuk generasi yang lebih baik.
Kepergian Enci Tin meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga, kolega, dan terutama para mahasiswanya. Namun, api semangat yang telah dinyalakannya takkan pernah padam. Ia telah menanamkan benih-benih dedikasi dan keteladanan yang akan terus tumbuh dan berbuah di hati para penerusnya. Kisahnya menjadi legenda yang akan terus diceritakan, menjadi inspirasi bagi para pendidik penerusnya dan generasi muda didikannya untuk terus berjuang dan memberikan yang terbaik bagi nusa dan bangsa.
Enci Tin, The Electrician, telah pergi, namun legasinya akan terus hidup, menerangi jalan bagi generasi penerus bangsa. Dedikasinya adalah sebuah api yang tak pernah padam, sebuah inspirasi abadi.
Kreator : Vidya D’CharV (dr. Olvina ML.L. Pangemanan, M.K.M.)
Comment Closed: Electrician’s Legacy : Api yang Tak Akan Pernah Padam
Sorry, comment are closed for this post.