KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Ere, Ular yang tersayat

    Ere, Ular yang tersayat

    BY 05 Nov 2024 Dilihat: 97 kali
    Ere, Ular yang tersayat_alineaku

    Udara yang lembab dan pekat, aroma asap dupa dan wangi bunga rampai yang menyengat, menyelimuti Ere yang sedang duduk menunggu sang dukun keluar dari kamar. Tiba-tiba suara tanya terdengar memecahkan keheningan.

    “Ada urusan apa lagi  yang membuat kamu datang hari ini, laki laki yang mana lagi yang kamu target, atau suamimu marah marah lagi?” tanya Sang Dukun.

    “Saya ingin memiliki Boma serta menguasai seluruh hartanya, dan ingatan Lea, istrinya Boma, dihapus, dibuat lupa dan wajahnya dibuat jelek. Dan, kalau suami saya, dia masih menurut. Tapi…. saya minta satu lagi Mbah, daya penarik di mulut saya diperkuat!”

    Sejenak Sang Dukun terdiam, berkonsentrasi  dan kemudian.

    “Iya bisa, tapi biaya tidak murah!” jelas Sang Dukun sambil membisikkan nominal uang. Ere yang sudah memperhitungkan besarnya keuntungan yang akan dia dapat, langsung mengiyakan. Proses ritual pun dijalankan.

    Tidak berselang lama, Ere mendapatkan satu botol kecil berisi air sebagai syarat.

    “Masukkan air ini kedalam minuman Boma.”, perintah sang dukun.

    “Terima kasih, Mbah!” ucap Ere sambil mengulurkan amplop tebal berisi uang.

    Terlihat senyum merekah dari wajah Ere, mengisyaratkan permulaan pencapaiannya. Hati dengkinya tertawa lantang, membayangkan penderitaan Lea.

    “Dengan syarat ini, aku akan memiliki Boma, menguasai seluruh hartanya, semua barang branded akan aku beli. Mobil baru, liburan keluar negeri, seluruh hutang-hutangku akan lunas, dan si bodoh Lea akan miskin menderita, dan tentu saja semua orang akan berdeguk kagum atas pencapaianku!”

    “Hahaha!” Hati Ere tertawa puas.

    Setelah menyelesaikan pembicaraan dengan Sang Dukun, Ere mulai berpikir, mengotak atik rencana. Kemudian Ere pun mendapatkan ide. Ia merencanakan kunjungan mendadak ke kantor Lea dan Boma. Ia juga merencanakan cara dengan mengundang mereka ke pertunjukkan balet yang akan ditampilkan, Setelah merasa yakin akan keberhasilan rencananya, Ere kemudian berpamitan dan keluar dari rumah sang dukun. Sambil menuju ke mobil miliknya, Ere masih berpikir dan kemudian memantapkan rencananya.

    “Yah, aku akan ke kantor Boma dan Lea dengan membawa makanan dan minuman, sekaligus membawa undangan menonton pertunjukkan baletku,” katanya dalam hati.

    Pada saat yang sama, Lea dan Boma tampak sedang menikmati kebersamaan, kebahagian dan keharmonisan rumah tangga mereka. Boma merasa sangat beruntung memiliki istri seperti Lea, yang memiliki segudang bakat, tulus, pengertian, penyabar, baik hati, bersahaja dan tangkas dalam berbisnis, ditambah kesanggupannya memikul bersama pahit manisnya hidup. Lea telah menaklukkan hati Boma. Boma begitu penuh kasih, setia,tanggung jawab, dan setiap hari semakin sayang terhadap Lea. Sebegitu sayangnya Boma pada Lea, Boma sudah mengatasnamakan seluruh harta mereka dengan nama Lea pribadi.

    Setengah jam kemudian, Ere telah sampai di halaman depan kantor Lea dan Boma.

    ”Brrr….tek!” terdengar suara mobil berhenti parkir. Ere membuka pintu, keluar dari mobil, berjalan menuju kantor usaha Lea dan Boma sambil membawa kotak makanan dan minuman.

    “Selamat siang Lea, Boma, semoga hari ini menyenangkan ya!” sapa Ere dengan sopan dan hangat.

    ”Ini undangan untuk kalian, hari Minggu besok nonton ya penampilan balet saya dan murid -murid saya!”

    Sambil memberikan undangan, Ere juga memberikan kotak makanan dan minuman yang sudah diramu dengan air bermantra khusus untuk Boma.

    Green tea latte untuk Boma, Cappuccino untuk Lea dan yang ini untuk saya, mari kita bersulang untuk satu tahun persahabatan kita!”

    Kehangatan suasana, gelak tawa, dan kehebohan cerita sangat berkesan tanpa rekayasa, tapi tidak dengan hati Ere. Ere tak hanya sekali mencuri pandang pada perhiasan tangan Lea. Rasa iri terlihat diraut wajahnya, namun Ere berusaha mengatur ekspresi wajahnya agar terlihat biasa . Rasa iri Ere semakin memantapkan rencananya.

    Waktu berlalu tanpa terasa, percakapan yang seru dan hidangan yang enak telah mereka habiskan. Ere merasa berpuas hati melihat Boma telah menghabiskan minumannya tanpa sisa. Ere kemudian berpamitan pulang. Lea dan Boma mengantar Ere sampai di depan pintu kantor mereka. Lea dan Boma menyampaikan sekali lagi terima kasih atas undangan dan hidangan yang telah Ere bagi bersama merek. Lea dan Boma, yang sangat tulus dengan pertemanan mereka, menganggap Ere memiliki rasa tulus yang sama.

    Setelah kepulangan Ere, Boma mulai merasakan hal aneh yang menyelimuti hati dan pikirannya. Ere telah meninggalkan kesan mendalam buat Boma. Tak hanya senyumnya, tapi setiap kata yang keluar dari mulut Ere teringat dengan jelas oleh Boma, sangat indah dan menimbulkan sensasi rasa jatuh cinta. Bahkan wajah, senyum dan kata-kata Ere mulai melekat bahkan selalu menggoda di malam-malam menjelang tidurnya.

    Hari berlalu sampailah pada akhir pekan.Boma merasa gembira karena hari Minggu yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba. Ia tidak bisa menghilangkan ingatan tentang pertemuannya dengan Ere. Hari itu ,Lea dan Boma pun berangkat menuju sebuah mall untuk menonton pertunjukkan balet yang diadakan oleh Ere. Terlihat panggung berdekorasi klasik nan mewah, dikelilingi hiruk pikuk orang berlalu Lalang, di sebuah aula terbuka di sebuah mall. Di baris depan dari panggung, Lea, Boma dan penonton lainnya duduk dengan penuh antusias, menunggu pertunjukkan balet yang akan segera dimulai. Pada saat mereka duduk, Ere berjalan dengan menggandeng tangan suaminya, menghampiri mereka, memberi salam dan berterima kasih atas kehadiran mereka.

    ”Selamat datang Lea, Boma.” kata Ere dengan senyum dan diikuti salam hormat suaminya.

    ”Saya dan suami saya sangat berterima kasih atas kehadiran kalian dipertunjukkan ini. Silahkan menikmati pertunjukannya!”

     

    Suara musik mengalun, mengawali, dan mengiringi penari-penari balet yang cantik menggerakkan tubuhnya. Penampilan mereka begitu klasik dan sangat anggun, memperlihatkan keindahan dan kedisiplinan yang tinggi seolah-olah reputasi mereka sedang dipertaruhkan. Para penari silih berganti tampil dan menunjukkan kebolehannya dengan sangat memukau. Dan sampailah saatnya tiba, sang guru penari, Ere, tampil ke atas panggung. Dia meliuk menggerakkan tubuhnya dengan indah, seperti ular menari mendengar suara suling. Gerakan tubuhnya memancarkan aura mistis menarik mata, seolah meminta untuk dipuja, senyum eloknya bagaikan magnet penarik sukma. Keindahan itu dipersembahkan untuk menarik hati Boma.

    Setelah pertunjukkan balet berakhir, Boma dan Lea segera pulang. Dalam perjalanan pulang, Boma merasakan adanya perubahan dalam dirinya. Pikirannya dipenuhi dengan keindahan yang dimiliki oleh Ere, dan dia mulai merenungkan perasaannya yang mulai berubah.

    “Pesona Ere sungguh luar biasa!” puji Boma dalam hati. Dalam setiap detik nafas, pikiran Boma dipenuhi oleh bayangan Ere.

    ”Ada apa dengan diriku?” Boma mencari kejelasan dalam dirinya, bertanya dan bertanya terus dalam dirinya hingga perjalanan mereka tak terasa sudah hampir mendekati rumah mereka.

    Sesampainya di rumah, Boma semakin merasakan kebingungan. Pikirannya dipenuhi pesona Ere. Boma mulai membayangkan keindahan hidup bersama Ere. Tiba-tiba …

    ”Tet…tet!”

    Suara notifikasi SMS membangunkan Boma dari lamunannya. Ada SMS dari Ere yang mengucapkan terima kasih atas kehadirannya. Boma merasa sangat gembira seolah apa yang terjadi dalam dirinya didengar oleh Ere. Perasaan rindu dan cinta mulai tumbuh.

    Seiring berjalannya waktu, notifikasi sms semakin sering terdengar. Dan seiring itu pula,Boma mulai melupakan cinta besarnya terhadap Lea. Boma menjadi acuh tak acuh, tidak peduli,sering marah-marah, dan menggunakan kata-kata kasar. Ia mengeluh seolah-olah semuanya salah. Matanya penuh dengan kebencian dan jijik saat melihat Lea, Ia mulai membanding-bandingkan Lea dengan Ere, dan mengucapkan hal hal buruk yang sangat sangat dan sangat melukai hati Lea, namun Lea mampu mengendalikan dirinya terhadap semua ucapan kasar Boma. Lea mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak wajar terjadi pada Boma. Lea mulai mengotak atik kejadian demi kejadian dan mencari tahu. Ia mengamati sikap Boma, membuka ponsel milik Boma, namun Lea tidak menemukan hal-hal yang mencurigakan dari semua percakapan.

    Lea mulai gelisah, seolah-olah bayang-bayang Boma tak mampu Ia raih. Setiap malam Lea tidak bisa tidur, mata batinnya menangkap, menatap bayang-bayang yang seolah menyembunyikan Boma dari pandanganya. Hampir semua kenangan bersama Boma seolah lenyap tanpa rasa. Foto-foto kenangan yang sebelumnya sangat berkesan berubah menjadi tak memiliki arti. Rasa cinta di antara mereka menjadi hambar.

    Lea mulai mengamati lebih dalam dirinya sendiri dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan, mencari petunjuk-Nya atas semua  ketegangan yang menyelimuti keluarganya. Setiap malam, gangguan-gangguan silih berganti bermunculan.Tanya demi tanya pun memenuhi benak Lea.

    “Apakah ini rencana Boma yang ingin menjauh dariku?” atau “Apakah ada orang lain yang merencanakan takdir hidupku dan Boma?” Lea terus dan terus berpikir dan sampailah Ia pada kesimpulannya bahwa itu mungkin memang keinginan Boma.

    Boma semakin menunjukkan perilaku merusak hubungan rumah tangganya, dengan sengaja menciptakan kekacauan, memanipulasi keadaan, dan menciptakan drama-drama yang  membuat suasana semakin panas.Apapun yang Lea lakukan, yang sebelumnya selalu dipuja, sekarang dihina. Ketulusan, pengorbanan dan kerja keras Lea seolah -olah tidak memiliki nilai, Boma bahkan menyalahkan Lea dan mengejeknya karena bodoh mau melakukannya. Tak sampai disitu, Boma tanpa ragu membanding-bandingkan Lea dengan Ere.

    Waktu terus berlalu, hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Makan malam yang sebelumnya menjadi momen indah berbagi cerita kini berubah menjadi momen  panas.Tidak ada lagi ketenangan saat mereka duduk berdua, tidak ada senyum dan tawa. Boma menjadi orang asing, menjaga jarak, marah, jijik dan mencela semua hidangan yang dibuat oleh Lea. Celaan Boma  membuat Lea sakit hati ,dan Lea terdiam. Suasana makan malam itu benar benar hening menyakitkan. 

    Tiba-tiba terdengar suara notifikasi SMS berdering, suara yang ditunggu-tunggu oleh Boma. Ekspresi wajahnya berubah menjadi bahagia. Dengan penuh antusias, Boma membaca dan menjawab pesan-pesan itu, hal itu tak luput dari pengamatan Lea. Wajah Boma terlihat berbinar bahagia namun juga tampak sedikit malu. Boma berusaha menyembunyikan ekspresinya, namun Lea mampu membaca kebohongannya. Lea mencoba tetap tenang meskipun hatinya panas dan sakit hati. Amarahnya membara.

    ”Siapa Perempuan itu?” tanya Lea dalam hati. 

    Malam semakin larut, Boma yang asyik berbalas pesan sudah mulai merasakan kantuk. Setelah merasa puas, Boma kemudian beranjak dan pamit pada Lea untuk tidur lebih dulu, meninggalkan Lea yang masih menyelesaikan tugas rumahnya.

    Bunyi notifikasi SMS berdering lagi dan terus berdering berulang kali. Rupanya, Boma lupa berpamitan dengan Perempuan itu. Lea, yang sedang menahan sakit hati, cemburu dan marah dengan ulah Boma dan sms-sms itu, akhirnya Lea membuka ponsel milik Boma dan membuka pesan sms-sms itu. Kemarahan Lea pun tak terbendung, begitu memuncak ketika dia tahu bahwa Perempuan yang berkirim sms dengan Boma tak lain adalah Ere. Jiwa perang Lea tertantang. 

    “Aku tidak akan membiarkan perempuan manapun menginjak-injak harga diriku!” geramnya.

    Marah, sakit hati, tercengang tak percaya ada orang yang begitu parahnya berbuat licik. Lea berusaha mengontrol diri, tetap tenang dan melanjutkan membaca sms-sms Ere dan menunggu sms Ere berikutnya. Ere merasa istimewa karena SMS-nya ditunggu oleh Boma. Ere semakin asyik menulis kata-kata indah dengan emoji-emoji cinta untuk Boma dan Ere semakin tambah asyik ketika smsnya langsung terbaca.Ere semakin dan semakin tambah asyik menulis sms terus dan terus untuk Boma dengan tanpa menyadari Lea lah pembacanya.Dan ketika Ere semakin membumbung tinggi rasa asyik menulis sms untuk Boma, seketika itu juga Lea mematikan ponsel Boma.

    Ere, yang merasa dirinya istimewa, merasa dirinya perempuan sempurna tanpa cela, merasa paling cantik sedunia, merasa memiliki reputasi dan harga diri yang tinggi, dikagumi, disegani, dipuji sebagai guru yang mumpuni, merasakan harga dirinya telah dijatuhkan begitu hina oleh tindakan mematikan ponsel disaat dia masih asyik mengetik. Hatinya menjadi sangat patah dan kecewa karena Ia berpikir tindakan itu dilakukan oleh Boma.

    Sementara itu, keadaan Lea pun tidak baik baik saja, Lea yang melihat dengan mata kepala sendiri pengkhianatan mereka, merasa sangat marah dan sangat sangat kecewa terhadap Ere dan Boma. Kemarahan batinnya memuncak,dan kekecewaan hatinya mendalam hingga tak sepatah katapun mampu Lea ucapkan. Lea menarik nafas dalam-dalam berulang kali untuk melepas besarnya himpitan dalam dadanya. Lea duduk dan menenangkan badannya yang gemetaran.Doa demi doa ia panjatkan meminta pertolongan Tuhan untuk menenangkan batin. Ketika Lea mulai tenang, Ia mencoba untuk melakukan sesuatu lebih cepat. Ia langsung  menghapus sms-sms terbaru Ere dari ponsel Boma.

    Meskipun Lea mampu menenangkan dirinya, tetap pengkhianatan itu sangat tajam melukai hatinya. Perasaan marah, kecewa, sakit hati, ingin main hakim sendiri, berkecamuk dalam diri Lea. Lea berperang dengan dirinya sendiri manakala dia ingin meluapkan emosi nya, namun Ia juga menahannya.Ia berusaha keras menaklukkan amarah yang mengerikan dalam dirinya. Lea berdoa dan berdoa, memfokuskan diri hanya pada doa sebanyak dan selama mungkin bisa.Setiap amarah datang, saat itu pula Lea berdoa, setiap kekecewaan dan sakit hati datang, detik itu juga Lea berdoa. Lea kemudian bisa merasakan ketenangan, kedamaian hati,dan kejernihan berpikir. Lea mampu mengontrol situasi hatinya dan bisa mengontrol keadaan. 

    Setelah Lea merasa tenang, malam itu juga Lea  menghubungi guru spiritualnya untuk meminta bantuan mencari tahu kebenaran apa yang terjadi di antara Boma dan Ere. Tak begitu lama kemudian Lea mendapatkan jawaban mencengangkan. Ere ternyata telah merencanakan semuanya, mengguna-guna Boma untuk dapat menguasai seluruh hartanya, merusak rumah tangganya, membuat Lea lupa dan berwajah buruk rupa.

    “Tak kusangka, benar-benar ular berbisa!”

    ”Perempuan bodoh ingin menjadi ratu di rumah orang! Bahkan Boma sendiri tak akan bisa mengambil sepeser harta dariku!”

    “Yaah, Aku harus bisa bermain apik menghadapi ular berbisa seperti Ere!” gumam Lea.

    Lea juga meminta tolong kepada guru spiritualnya untuk membersihkan energi-energi negatif dari rumahnya, diri Lea sendiri dan juga Boma. Tak hanya dibantu, Lea juga dikuatkan,di beri arahan bagaimana cara mengatasi jika gangguan itu datang lagi. Mental Lea yang rapuh berusaha kembali tegar.

    ”Hidup harus tetap terus berjalan!” ucapnya sambil mengumpulkan tekad.

    Keesokan paginya, Boma tampak merasa kebingungan dengan keadaan dirinya. Lea yang sudah tahu kebenarannya berusaha menguasai keadaan tanpa perlu memperlihatkan kekecewaan dan kemarahannya. Kehidupan mereka tampak berjalan seperti biasa meskipun keduanya sedang sibuk dengan pikiran masing-masing. Boma masih bingung dengan hati dan pikirannya yang terbolak balik tanpa tahu penyebabnya. Lea juga sibuk dengan cara membersihkan pengaruh negatif kiriman Ere. Pagi itu tidak ada ketegangan, semua berjalan normal, bahkan pembersihan rumah, diri Lea dan Boma pun berjalan lancar tanpa sepengetahuan Boma.

    Ere, yang masih merasa kecewa, patah hati atas tindakan Boma yang mematikan ponsel saat dia masih asyik mengetik, tidak mau berhenti begitu saja. Ia tetap terus melanjutkan ambisinya. Ia mengirim dan mengirim lagi guna-guna untuk mempengaruhi Boma, namun Lea yang sudah diarahkan oleh guru spiritualnya, mampu melumpuhkan kekuatan lawan. Ere masih tak berhenti begitu saja, dia semakin menjadi-jadi dengan ambisinya merebut Boma meskipun harganya akan sangat mahal. 

    Keadaan itu justru dijadikan peluang oleh para dukun Ere untuk mendapatkan uang lebih banyak, dan lebih banyak lagi. Para dukun itu mengompori Ere dan juga menetapkan harga. Semakin tinggi keampuhan mantra yang digunakan, semakin tinggi harganya, namun meskipun demikian, para dukun itu juga mengingatkan bahwa apabila guna-guna ilmu hitam yang dikirim tidak mengenai sasaran, maka guna-guna itu akan berbalik arah mengenai pengirimnya. Ere tidak peduli dan mengiyakan. 

    Ere kemudian mulai menjual barang- barang pribadinya; barang-barang yang dia peroleh dari laki-laki yang pernah dia perangkap dengan guna-guna yang sama. Barang-barang itu menjadi lambang status bagi dia, tapi karena dia berpikir akan bisa memperoleh ganti yang lebih bagus dan lebih mahal, Ere tidak ragu menjualnya. Ketika uang sudah terkumpul, Ere kembali menemui dukun-dukun itu dan melancarkan aksinya.

    Ere mengirim guna-guna dan Lea melemahkannya. Keadaan perang itu mempengaruhi kondisi jiwa Boma. Ia semakin bertambah bingung dengan hati dan pikirannya.Semakin hari semakin bingung seiring datang dan pergi pengaruh Ere. Dan, di tengah kebingungan hati dan pikirannya, Boma memutuskan mencari kebenaran dengan caranya sendiri. Dia meminta pertolongan kepada guru spiritualnya tentang apa yang terjadi pada dirinya. Boma kemudian mendapatkan informasi yang sangat mengecewakan. Ere, Perempuan yang dia kagumi, perempuan yang ia ditinggi-tinggikan, yang digadang-gadang pewujud mimpinya, perempuan yang ia istimewakan, ternyata perempuan terjahat dan termunafik yang pernah ia temui. Ere adalah ular berbisa. Boma pun mulai melawan pengaruh Ere.

    Ere bisa merasakan pengaruh pada Boma memudar. Ere masih berupaya sampai penghabisan untuk mengirim guna-guna ke Boma dan Lea meskipun uang nya benar -benar terkuras habis. Upayanya tidak menuai hasil karena Lea mampu melemahkan makhluk-makhluk gaib, makhluk siluman kiriman Ere. Ere tetap gigih melanjutkan ambisinya, akan tetapi kali ini Ere seperti makan buah simalakama karena mengirim guna-guna ilmu hitam melawan Lea, justru membangkitkan amarah Lea, dan jika itu terjadi, jangankan Ere, para dukun suruhannya pun akan takut. Sekali lagi, Ere masih tetap bersikeras meminta dukun mengirim guna-guna lagi dan itu tidak berhasil. Ere putus asa, dia sudah kehabisan cara dan sudah tidak memiliki apa-apa.

    Suasana tampak tenang di rumah Lea dan Boma, namun Ere mengalami hal yang mengerikan. Ere merasa sangat ketakutan, tak hanya ilmu hitam yang berbalik mengenai dirinya sendiri, tapi juga kemarahan batin Lea. Lea menghajar, membanting, meremukkan tulang belulang secara batin. Hal itu membuat Ere semakin merasa ketakutan. Terpuruk dengan rasa takut, wajah Ere yang semula terlihat mempesona berubah menjadi tua, keriput dan layu. Ere yang merasa semakin ketakutan, meminta tolong kepada suaminya untuk mencarikan obat untuknya. Suami Ere pun bergegas mencari tahu dengan bertanya pada dukun apa yang terjadi. Sang dukun pun langsung tahu siapa yang harus ditanya dan apa penyebabnya. Orang itu adalah Lea, dan dengan ditemani dukun, suami Ere bertanya kepada Lea, dan dari jawaban Lea, suami Ere tahu bahwa Perempuan yang dinikahi selama ini telah menjajakan diri pada laki laki lain.

    Suami Ere, yang sebelumnya bersikap pasif dan penurut, kini mulai merencanakan balas dendam. Ia tidak hanya bermain-main dengan orang-orang dekat Ere, tapi juga mengambil keputusan menceraikannya dan mengusir dari rumahnya. Berita keributan, perceraian, pengusiran Ere secepat kilat menyebar ke kalangan pertemanan Ere, namun tak satupun ada yang bersimpati. Tak sampai disitu saja, berita semakin tersebar luas dan didengar oleh orang-orang yang pernah Ere khianati ,yang pernah dia tusuk dari belakang hanya demi ambisinya. Kemarahan orang-orang itu kembali tersulut. Mereka meneriaki, menghina, mengucilkan, dan mentertawakan Ere.

    Bagaikan jatuh dan tertimpa tangga, Ere yang semakin merasa ketakutan, mendapati dirinya tanpa uang, tanpa bantuan, diceraikan, diusir, dihina, dikucilkan, dan ditertawakan. Keadaan itu membuat Ere jatuh dan semakin jatuh dalam depresi, mengalami gangguan mental yang parah hingga lupa akan dirinya sendiri,

    Boma, seiring berjalannya waktu, semakin sadar dan merasakan penyesalan yang mendalam atas sikap dan perkataannya yang kasar. Boma tidak tahu bagaimana harus bersikap. Sedih, malu, harga dirinya  tercoreng dan reputasinya terjatuh. Hari-hari Boma dipenuhi kesedihan, penyesalan yang mendalam, kebingungan atas keangkuhan dan kekasaran , juga rasa malu akan kata-katanya sendiri. Dia seperti menelan ludah yang sudah dia buang. Boma dirundung penyesalan yang mendalam. Semua tindakan kasarnya, kata-kata hinaan, celaan, cacian telah berbalik arah melukai dirinya sendiri.

    Lea semakin hari semakin mampu mengendalikan amarahnya. Meskipun rasa kecewa dan sakit hati masih memerah dan perih, namun sifat welas asih dalam dirinya mampu melihat penyesalan yang mendalam pada Boma yang hanya bisa sembuh melalui pengampunannya.Lea memaknai bahwa peristiwa itu tak lain demi peningkatan dirinya sendiri. Lea mampu  menundukkan dan menguasai dirinya . Dia juga telah menemukan kunci hidup dalam mengatasi setiap masalah. Dia paham bahwa apa yang terjadi dalam hidup tak lain adalah menjalankan karma sendiri,apa yang ditanam, itu yang akan dituai, dan jangan pernah menyesalkan ketulusan dan kerja keras yang telah diberikan , karena pada akhirnya semua hasil kerja keras tetap akan kembali kepada diri sendiri. Hidup semestinya dengan berbuat baik, tulus dan penuh kasih  karena Karma tidak hanya mencatat segala tindakan tapi juga isi hati.

     

    –Tamat–

     

     

    Kreator : Miranti serdah

    Bagikan ke

    Comment Closed: Ere, Ular yang tersayat

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021