KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Esok itu Fiksi

    Esok itu Fiksi

    BY 19 Agu 2025 Dilihat: 2 kali
    esok itu fiksi_alineaku

    Esok itu Fiksi: Waktu Kita adalah Sekarang

    Pagi itu, seperti pagi-pagi lainnya, aku menunda lagi alarm yang pertama berbunyi. Lalu alarm kedua, ketiga, hingga akhirnya aku terbangun dengan sedikit penyesalan. Bukan karena kesiangan, tapi karena menyadari satu hal kecil: betapa mudahnya aku menunda. Padahal, waktu tak pernah menungguku. Waktu tak pernah membantah ketika aku memilih menunda, ia hanya terus berjalan. Tanpa suara. Tanpa penanda. Tanpa bisa diputar ulang.

    Kita sering berkata, “Nanti saja,” seolah kita tahu pasti bahwa nanti itu akan datang. Padahal, siapa yang bisa menjamin? Hari esok, bagi kita, hanyalah asumsi. Ia belum nyata, belum hadir, dan mungkin tak pernah ada. Tapi hari ini—ya, hanya hari inilah yang benar-benar nyata. Detik ini. Napas ini. Kesempatan ini.

    Waktu adalah anugerah yang paling adil dibagikan, tapi paling sering diabaikan. Tak peduli siapa kita—kaya atau miskin, pintar atau biasa saja—kita semua mendapat jatah 24 jam sehari. Tapi penggunaannya? Itu urusan kita. Waktu tak bisa kita simpan, tak bisa kita tambah, dan tak bisa kita ulang. Ia lewat begitu saja, dan tak akan pernah kembali. Waktu itu seperti es balok, dipakai atau tidak ia pelan-pelan mencair.
    Bahkan, tak semua yang berharga bisa dihitung. Kita bisa menghitung menit, jam, atau hari, tapi tidak bisa menghitung berapa banyak peluang baik yang hilang karena sebuah penundaan.

    Penundaan itu seperti utang. Awalnya kecil, tapi menumpuk. Kita menunda mengerjakan tugas, menunda meminta maaf, menunda mulai hidup sehat, menunda mendekat pada Tuhan. Kita tahu itu penting, tapi entah kenapa, sering kali “nanti saja” terasa lebih nyaman diucapkan daripada “sekarang juga”.

    Saya menulis ini karena saya pun pelakunya. Saya tahu menunda itu merugikan, tapi tetap saja melakukannya. Mungkin karena merasa masih punya waktu. Padahal, siapa yang bisa menjamin?

    “Menunda itu seperti mencicil kehilangan,” kata seorang teman. Dan saya mengamininya sepenuh hati.

    Suatu hari, saya membaca kembali hadis yang sudah sering didengar, tapi kali ini terasa seperti tamparan lembut:

    “Gunakan lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, waktu luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)

    Hadis ini terasa begitu nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kita muda, tapi tak sadar kalau itu hanya sementara. Kita sehat, tapi abai menjaga tubuh. Kita punya waktu, tapi malah membunuhnya dengan hal-hal sia-sia. Kita hidup, tapi belum sungguh-sungguh menjalani hidup.

    Betapa banyak orang yang baru sadar akan berharganya waktu justru ketika semuanya telah berubah. Ketika sehat telah digantikan sakit, ketika sibuk menyita seluruh ruang, atau ketika kesempatan sudah tertutup rapat oleh waktu yang tak bisa kembali.

    Hari kemarin hanyalah kenangan, hari esok masih misteri. Hanya hari ini yang nyata. Jika kita ingin berubah, memperbaiki, memulai, maka mulailah hari ini. Jangan tunggu esok, karena esok itu fiksi. Yang nyata adalah sekarang.

    Jika hari ini kita tersadar, maka hari ini pula kita bisa memilih untuk bertindak. Jangan sampai kita menjadi orang yang berkata, “Andai saja waktu bisa diputar ulang.”
    Saya menulis ini bukan untuk menggurui. Ini catatan untuk diri saya sendiri—agar saya tak terus menunda, agar saya lebih menghargai detik demi detik yang Allah beri. Karena saya tahu, waktu itu akan pergi, apakah saya siap atau tidak.

    Saya tak tahu sampai kapan usia ini. Tapi saya tahu, selama waktu masih ada di tangan saya, maka saya harus menjaganya. Harus menggunakannya. Harus mencintainya. Sebab waktu adalah hidup itu sendiri. Dan hidup—tak pernah menunggu.

     

     

    Kreator : Iis Rodiah

    Bagikan ke

    Comment Closed: Esok itu Fiksi

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021