Banyak anak lempung yang kesulitan untuk menyukai sesuatu hal. Ini disebabkan harus melihat tren dan orang lain suka, bahkan diri sendiri tidak begitu terlalu mengetahui apa yang sebenarnya dia sukai. Untuk masuk sekolah terkadang melihat orang lain ikut temannya, yang sebenarnya dia mungkin suka sekolah lain yang bukan temannya suka. Namun terkadang permasalahan nya bukan hanya pada temannya, namun pada kemauan orang terdekatnya bisa karena keinginan orang tua.
Saya baru-baru ini melangsungkan tes minat bakat pada tes sidik jari siswa-siswi sekolah saya, saya berharap dapat menyelamatkan mereka dari egonya orang tua. Dan sama-sama mengenal lebih dalam terkait karakter anak berdasarkan otaknya anak masing-masing. Ada beberapa orang tua yang menganggap anak nya tidak pintar, nakal, susah diatur, ada yang ingin anaknya seperti anak orang lain yang mendapatkan ranking dan sebagainya.
Padahal jika diperhatikan itu semua hanya tuntutan namun mereka terkadang tidak membersamai ketika mereka belajar dan jarang menanyakan keinginannya. Kenapa kita di Indonesia jarang ada tenaga ahli yang benar-benar ahli? Karena terlalu fokus terhadap apa yang tidak diminati oleh anak. Contoh saja, anak yang tidak menyukai matematika akan dileskan matematika padahal dia bakatnya melukis. Pelajaran matematikanya pun walaupun dileskan dan mendapatkan hasil lumayan bagus tidak membuat dia menjadi ahli dibidang matematika. Sementara bakat melukisnya terpendam tidak berkembang. Jadi, keduanya hanya sekedar bisa. Berbeda dengan bakat yang dimiliki anak lalu kita tekunkan dibidang itu, bisa jadi dia menjadi seseorang yang terkenal dan ahli di bidang tersebut. Seperti pemain musik terkenal dia akan belajar nada, bermain musik, membuat lagu yang memang akan kemungkinan dia akan ahli di bidang musik.
Di pembahasan saya sebelumnya terkait dengan kecerdasan manusia, sudah seharusnya anak dikembangkan sesuai dengan bakat alaminya.
Seseorang lahir di dunia pasti memiliki tujuan kenapa dia diciptakan. Anak tidak bisa menentukan kepada siapa dia dilahirkan. Karena sebenarnya memang kita hidup di dunia ini 2:
Seseorang belajar dari kisah hidup kita dan kita yang belajar dari kisah hidup orang lain. Termasuk anak, keluarga, orang tua, guru, teman, siapapun itu.
Sudah banyak anak murid yang saya perhatikan, banyak anak yang kurang fokus di berbagai banyak hal. Kira-kira apa yang menyebabkan mereka tidak fokus?
Mungkin beberapa diantaranya anak sulit konsentrasi bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurang tidur, nutrisi yang tidak seimbang, lingkungan yang penuh distraksi, trauma, stress, kesulitan belajar, tidak mengerti materi, cemas, masih beradaptasi. Kondisi kesehatan seperti ADHD juga bisa mempengaruhi kemampuan fokus anak. Dapat diartikan bahwa distraksi adalah hal yang dapat mengalihkan perhatian.
Saat guru menerangkan dia malah ngobrol atau mengganggu teman. Tugasnya tidak ada yang kelar dan dia senang bermain. Nilainya, jangan ditanya. Padahal dia sudah di kelas tinggi. Ketika saya bertanya Ibunya jawabannya.
“Saya sudah menyerah, Bu. Sudah saya suruh belajar tiap malam, ponsel saya sita agar dia mau belajar.”
Salah satu orang tua murid mengeluhkan hal ini kepadaku.
Bahkan ada yang nilai selalu rendah, disebabkan isian tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan, padahal pertanyaan tersebut sudah sering dijelaskan. Saya sebut saja kurang dalam penalaran kalimat soal.
Sejumlah orang tua tentu familiar dengan keluhan di atas. Terutama bagi yang memiliki anak yang sudah duduk di bangku sekolah dasar. Beberapa keluhan bahkan sudah terdeteksi sejak si kecil duduk di taman kanak-kanak.
Ada apa dengan mereka? Apakah dia memang tidak cukup pintar? Atau dia anak yang nakal? Maka itu kita harus belajar beberapa penyebab anak menampilkan sejumlah gejala seperti di atas. Salah satunya karena anak mengalami gangguan konsentrasi. Sayang, anak dengan gangguan konsentrasi kerap menerima label keliru dari guru, orang tua, dan lingkungan sosialnya. Kekeliruan dalam memandang anak dengan gangguan konsentrasi sering dianggap nakal dan malas.
Mereka dianggap sengaja membuat onar, mengganggu teman, atau ngobrol saat guru menerangkan. Bahkan, ada yang dianggap suka menentang karena seolah tidak mendengar instruksi atau gagal dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah.
Padahal, anak dengan gangguan konsentrasi sangat berbeda dengan anak nakal yang sengaja menentang figur otoritas (seperti; guru atau orang tua), atau sengaja membuat ulah demi mencari perhatian atau menciptakan kekacauan. Anak dengan gangguan konsentrasi terkadang memiliki ciri seperti di atas, murni karena terbatas perhatiannya sehingga tidak mampu bertahan lama mendengar ceramah guru di kelas, mengerjakan tugas, atau berada dalam situasi yang membutuhkan usaha mental.
Jadi, perbedaannya sangat jelas. Selain dicap nakal, anak dengan gangguan konsentrasi juga kerap dianggap tidak cukup pintar karena akrab dengan nilai atau prestasi belajar yang rendah. Maklum, kecerdasan seorang anak masih kerap diukur dari prestasi belajar di sekolah.
Padahal, mereka gagal menyelesaikan tugas atau keliru mengerjakan tugas karena perhatian yang mudah teralih. Dengan kata lain, mereka ceroboh bukan kurang cukup pintar. Tidak heran mengapa hasil tes IQ mereka biasanya lebih kecil setidaknya sekitar sepuluh poin dari potensi yang sesungguhnya.
Itu sebabnya psikolog pun tidak menganjurkan hasil tes IQ anak dengan gangguan konsentrasi berat dijadikan patokan untuk penempatan diri mereka dalam lingkup pendidikan. Kenyataannya, anak dengan gangguan konsentrasi tetap bisa memiliki potensi kecerdasan pada taraf sangat superior, superior, atau rata-rata.
Sekilas Tentang Gangguan Konsentrasi
Gangguan konsentrasi sebetulnya merupakan istilah lain dari gangguan perkembangan yang dikenal sebagai attention-deficit disorder (ADD). Setidaknya ada delapan ciri anak dengan gangguan konsentrasi, antara lain; ceroboh mengerjakan tugas, gagal mempertahankan konsentrasi pada tugas, gagal mengikuti instruksi atau tugas tidak selesai, terlihat seolah tidak mendengar saat diajak bicara, kesulitan mengelola tugas dan kegiatan pribadi, mudah lupa, dan mudah terganggu oleh rangsangan dari luar.
Enam saja dari ciri di atas tampil, maka ia sudah memenuhi kriteria mengalami gangguan konsentrasi. Pada beberapa anak, gangguan konsentrasi biasanya diikuti oleh hiperaktivitas dan impulsivitas. Impulsif adalah sebuah perilaku yang ditandai ketika seseorang melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya dan dilakukan secara berulang-ulang. Kalau sudah begini biasanya diagnosis berpaling menjadi attention-deficit hyperactivity disorder atau ADHD.
Tidak Mengerti Materi
Terkadang guru maupun orang tua perlu memahami kondisi anak ada yang cepat dalam menangkap materi ada yang lambat. Ada yang sekali dijelaskan langsung mengerti namun ada yang perlu dijelaskan berkali-kali agar materi tersebut dapat diterima oleh otaknya.
Bisa saja cara pengajaran guru tidak sesuai atau kurang menyenangkan dengan gaya belajar anak sehingga materi tidak masuk ke dalam otak secara cepat. Ada faktor kelelahan juga mempengaruhi anak cepat mengerti atau tidak. Kurang nya alat peraga saat guru menjelaskan juga bisa menjadi sumber masalahnya.
Contoh saja belajar anatomi tubuh namun anak tidak diberikan benda konkretnya yang nyata sehingga pelajaran tersebut tidak tervisualisasi di dalam otak dengan tepat. Mungkin itu salah satu saja pelajaran bagaimana dengan pelajaran yang lainnya. Namun hal itu bisa disiasati dengan kemajuan teknologi zaman sekarang mereka bisa belajar di dunia digital untuk mencari tau materi yang tidak dimengerti. Namun itu pun kalau mereka mau mengulang kembali materi itu, nah ini yang sering terjadi.
Kesulitan Belajar
Sebenarnya banyak anak yang mengalami kesulitan belajar, namun terkadang mereka berpura-pura sudah mengerti. Anak-anak apakah sudah mengerti?” Tanya Ibu Guru.
Ada yang jawab sudah, ada yang diam seribu bahasa hehe. Ketika ulangan nilai pun tidak maksimal alhasil syukur-syukur tidak telur ceplok nilainya. Kalau saya saat berkesempatan mengajar kelas enam sebelumnya saya memberikan materi warning dulu anak-anak.
“Tolong perhatikan ya setelah ini kita ada tanya jawab, tolong konsentrasi penuh terhadap materi ini. Jangan mikirin masalah yang lain. Fokus pada pelajaran Ibu dulu. Dan saya selalu mengulang kata-kata kamu tidak perlu belajar ekstra ketika kamu fokus pada pelajaran kelasmu. Kamu lebih hemat waktu dan biaya. Tidak perlu les lagi kalau sudah mengerti materi pembelajaran di dalam kelas. Karena fokus otak bisa menerima pelajaran hanya beberapa menit saja. Gunakanlah maksimal!”
Ini salah satu cara untuk mereka memusatkan perhatian nya kepada pengajaran saya.
Yang pertama dilakukan sebagai guru, orang tua dan murid itu sendiri harus mengenali kesulitan belajarnya dimana.
Apa penyebabnya?
Apakah anak tidak bisa membaca?
Apakah anak tidak bisa menulis?
Apakah anak tidak mengerti maksud dari kalimat?
Apakah anak tidak mengenal dasar matematika dengan runtut?
Apakah anak tidak suka belajar?
Ketika kita sudah menemukan kesulitan belajarnya anak tersebut, hal yang kita lakukan menggunakan pendekatan hal yang membuat dia sukai.
Mengulang pelajaran itu diperlukan apabila anak tertinggal jauh, dan tidak perlu merasa anak gagal dan merasa terbelakang dengan teman-temannya. Banyak hal yang terjadi ketika sang anak mengalami distraksi. Dan ini bukan salah guru, orang tua, maupun anak. Ini adalah proses dari yang namanya “PEMBELAJARAN”.
Tahun 2024 ini saya menjadi wali kelas 1 kembali, ada beberapa anak yang sudah bisa. Namun, ada saja anak yang memang masih tertatih untuk belajar seperti baru jalan.
“Bu, maaf saya masih belum bisa ini.” salah satu murid menghampiriku.
Yang saya katakan, “Tidak perlu meminta maaf, inilah gunanya kamu bersekolah yaitu belajar. Namanya belajar kamu tidak bisa menjadi bisa. Jika semua anak murid sudah bisa mungkin kamu tidak ada di kelas ini dan Ibu tidak lagi mengajar, hehe.”
Jadi, kita sebagai guru maupun orang tua perlunya mengambil kata yang menenangkan hati anak. Bukan untuk menjatuhkan mereka namun untuk membangkitkan mereka dalam kepercayaan diri. Oleh karena itu banyak-banyak belajar pemilihan kata yang tepat dan itu sangat diperlukan bagi kita bersama.
Trauma
Ada murid yang mengalami trauma setiap hari dia memikirkan ayahnya yang bekerja, dikarenakan dia mengetahui perselingkuhan Ibunya. Itu membuat anak tidak bisa fokus belajar walaupun bukan menjadi urusan sang anak. Namun, hal itu mengganggu batinnya. Sehingga anak tersebut lebih suka bermain game daripada belajar, kurang motivasi disebabkan faktor lingkungan di rumah.
Atau ada anak yang mengalami KDRT bukan hanya Ibunya namun anak itu juga mendapatkan perlakuan yang sama. Apakah hal tersebut tidak akan mengganggu belajarnya? Tentu saja anak kurang fokus belajar.
Problem di rumah terkadang bisa menjadikan problem di sekolah, berselisih dengan teman, bahkan mungkin dengan gurunya. Terkadang mereka membawa masalah di rumah ke sekolah dan melimpahkan ke orang lain. Hal-hal yang mungkin tidak dibicarakan anak terkait apa yang dirasakannya, sehingga menimbulkan trauma.
Kita bisa melihat tingkah laku seseorang terkadang itu berasal dari hati nya. Lihat ucapannya maka itu yang dipikirkannya.
Stress
Bukan hanya orang dewasa saja yang mengalami stress mungkin banyaknya pekerjaan, bisa saja anak juga mengalami hal tersebut. Terkadang apa yang tidak kita sukai sebagai orang dewasa begitupun anak-anak. Jangan sampai mereka stress karena harus menuruti semua yang kita inginkan. Hargai mereka sama seperti kita ingin dihargai dan diperlakukan.
Pernah salah satu anak menangis dikarenakan mendapatkan nilai 95, dia tidak puas dengan hasilnya, dia khawatir Ibu nya akan marah padanya kalau tidak mendapatkan nilai 100. Hal itu tentu menurut saya hal yang tidak wajar, sampai pada akhirnya saya menemukan di pergelangan tangannya terdapat sayatan cukup banyak dengan menggunakan jarum pentul. Semoga hal ini menjadikan pembelajaran bagi kita semua.
Saya salah satu guru yang memegang prinsip sendiri tidak memberikan PR kalau memang tidak diperlukan. Kenapa? seharian anak bersekolah anak tersebut harus tuntas belajarnya, ada yang dimengertinya, sulit sampai bisanya anak ya di dalam kelas. Sehingga mereka pulang membawa bekal pulang mau terisi penuh atau sedikit. Intinya ada yang dibawa pulang.
Jangan menambahkan beban anak sesampai dirumah, tugas disekolah saya rasa sudah cukup banyak. Sampai dirumah tidak semua orang tua memiliki waktu untuk menemani anak belajar. Pada akhirnya yang terjadi anak disuruh mengerjakan sendiri, dipersalahkan orang tua begini saja tidak mengerti, emang gurunya nggak menjelaskan dan bla-bla. Dizaman sekarang rata-rata orang tua, kedua nya Ibu dan bapak nya bekerja diluar rumah. Kasihlah waktu mereka untuk beristirahat dan bercengkrama di luar aktivitas sekolah dan kantor. Kalau sesekali memberikan PR itu tidak apa, yang jadi masalah tiap minggu ada aja PR?
Tapi tentu ada juga orang tua yang menanyakan kok nggak ada PR?
“Jika tidak ada PR, kadang anak saya tidak mau belajar di rumah.”
Jadi, belajar itu tidak menunggu adanya PR. Belajar itu adalah kebutuhan dan pembiasaan. Orang tua bisa mengulang pelajaran yang anak terima pada saat itu, dan membaca bersama, mengaji bersama, saling bicara, bentuklah kehangatan di dalam rumah, simpan gawai jika sudah di dalam rumah. Nikmati kebersamaan itu. Sehingga anak tidak mencari perhatian diluar rumah.
Bagaimana Melatih Anak agar Fokus?
Untuk melatih anak agar fokus, ciptakan rutinitas belajar yang konsisten dan lingkungan yang tenang serta bebas dari distraksi. Bagi tugas besar menjadi bagian kecil yang lebih mudah dikelola, dan beri jeda istirahat untuk menghindari kelelahan. Pujian dan reward sederhana juga dapat memotivasi anak untuk tetap fokus. Yang paling penting adalah belajar dengan hal yang menyenangkan sehingga memudahkan anak dapat mencerna pelajaran.
Pesan Moral:
Dengan mengetahui gaya belajar diri sendiri, mengenal karakter kita, apa yang kita sukai, akan jauh lebih memudahkan kita untuk berpikir dan belajar.
Kreator : Yuni Asri Nurrahma
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Fokus Pada Hal yang Disukai
Sorry, comment are closed for this post.