KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Gelisah

    Gelisah

    BY 06 Jul 2024 Dilihat: 146 kali
    Gelisah_alineaku

    Pagi yang indah di hari Minggu yang cerah, ustadz Hamdi berdiri di depan taman kecil di rumahnya. Satu persatu bunga-bunga yang lagi mekar itu dipandanginya. Sesekali  tangannya merenggangkan bunga yang kelihatan terlalu rapat. Nampak di wajahnya rasa puas dengan pemandangan yang dia saksikan. Dari mulutnya mengalir kalimat tasbih, tahmid, dan tahlil sebagai pujian terhadap Tuhan Yang Maha Suci dan Maha Indah.

    “Paaak… !” Istri ustadz Hamdi memanggil.

    “Iya, bu…. !” Jawabnya sambil membalikan badan ke arah isterinya.

    “Ada telpon, nih !” Kata istrinya sambil menyodorkan HP ke ustadz Hamdi

    “Dari siapa ?”

    “Dari Lisa.”

    “Oh….” Ucapnya sambil menerima HP dari istrinya. ”Halo…., assalamualaikum !” Dia menyapa Lisa.

    “Wa alaikum salam ! Pak Ustadz, mohon maaf mengganggu waktunya !”

    “Iya, ga apa apa, saya lagi nyantai kok. Ada apa ni, tumben-tumbenan telpon jam segini ?”

    “Saya mau ngasih khabar saja mengenai perkembangan papa saya. Sekarang ini…..,  dia sering kelihatan gelisah, pak.”

    “Gelisah ?”

    “Iya…., kadang-kadang jam dua atau jam tiga malam dia keluar rumah.”

    “Lisa tidak bertanya, kenapa papa Lisa seperti itu ?”

    “Mana berani, pak. Mamah saja ga berani.”

    ”Lisa…..!” Terdengar suara mama Lisa memanggil.

    “Iya, ma….!  Pak ustadz, sudah dulu ya.  Mamah saya memanggil.”

    “Iya, ya. Terima kasih infonya !”

    “Sama-sama, pak, assalamu alaikum !”

    “Wa alaikum salam !”

    “Ada apa pak ?” Istri ustadz Hamdi bertanya

    “Itu…., pak Guntur katanya sering gelisah.”

    “Gelisah kenapa ? Tanyanya lagi.

    “Ya…., belum ada yang tahu.”

    “Bapak kali nakut-nakutin “

    “Nakut-nakutin gimana ?”

    “Mana saya tahu.”

    “Ya sudah, nanti saya tanyakan langsung kepada pak Gunturnya. Nasi sudah matang ?” Ustadz Hamdi mengalihkan pembicaraan,

    “Sudah dari tadi.”

    “Ok…, kalau begitu, kita makan dulu saja.” Ajak ustadz Hamdi sambil melangkahkan kakinya diikuti oleh isterinya.

    Sementara Lisa setelah mematikan HP dia bergegas menemui ibunya di dapur.

    “Ada apa, mah ?” Tanyanya.

    “Tolong bantuin mamah, bikin kue !” Pinta mamanya.

    “Emangnya mau ada acara apa, mah ? Kok tumben bikin kue segala ?”

    “Papamu ngajak ke rumahnya ustadz Hamdi.”

    “Tumben, biasanya pak Ustadz Hamdi yang ke sini ?”

    “Ga tahu tuh, papamu. Kamu tahu kan rumah ustadz Hamdi ?”

    “Tahu…”

    “Yaudah, berarti kamu petunjuk jalan nya, ya !”

    “Ok…,maa !”

    Lisa membantu mamanya dengan penuh semangat. Mulai dari ngocek telor sampai memasukan adonan kue ke dalam oven. Kurang lebih pukul sebelas siang, proses pembuatan kue pun selesai. Rencananya mereka akan berangkat ke rumah ustadz Hamdi selepas shalat Dzuhur. Untuk itu sebelum adzan Dzuhur berkumandang Lisa dan mamanya langsung mengemas kue dengan rapi.

    Sementara ustadz Hamdi sedang duduk santai di ruang tengah rumahnya sambil membaca buku. Saat itu tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya. “Tok, tok, tok….”

    “Assalamu alaikum !” Menyusul suara orang mengucapkan salam.

    “Wa alaikum salam !” Jawab ustadz Hamdi sambil bergegas menuju pintu. “Oh, pak Ali. Silahkan masuk, pak.”Ucapnya setelah pintu terbuka.

    “Terima kasih !” Ucap orang yang dipanggil pak Ali tersebut.

    “Silahkan duduk, pak !”

    “Alhamdulillah, pak ustadz ada di rumah.” Kata pak Ali

    setelah mengambil posisi duduk berhadapan dengan ustadz Hamdi.

    “Kebetulan lagi malas keluar nih, pak.” Kata ustadz Hamdi sambil mengeluarkan aqua botol kecil, dan meletakkannya di atas meja. “Oh, iya…., bawa kabar baik apa nih pak Ali ?” Tanya ustadz Hamdi.

    “Yang pertama saya mau silaturahmi. Yang kedua saya mau minta tolong bapak !”

    “Apa itu, pak  ?”

    “Nanti malam, di rumah kami mau selamatan. Kami mohon perkenan bapak untuk memimpin tahlil di rumah kami.”

    “Malam ini ?”

    “Iya, pak. Gimana…., apa bapak bisa ?”

    “Kalau malam ini insya Allah bisa, 

    “Alhamdulillah…, terima kasih, pak !”

    “Waktunya ba’da Maghrib, atau ba’da Isya ?”

    “Ba’da Isya, pak.”

    “Insya Allah…, mudah-mudahan kita disehatkan sampai malam nanti.

    “Aamiin…! Kalau begitu, saya mohon diri dulu !”

    “Kok buru-buru amat ?”

    “Masih banyak yang belum saya kasih tahu, pak. Assalamu alaikum !”

    “Wa alaikum salam !”

    Pak Ali keluar dari rumah ustadz Hamdi dengan hati yang lega, karena ustadz Hamdi telah bersedia untuk memimpin do’a dirumahnya. Dia berjalan dengan langkah yang tenang, diikuti oleh tatapan ustadz Hamdi sampai dia menghilang ditelah pembelokan. 

    Saat ustadz Hamdi membalikan tubuhnya untuk kembali ke dalam rumah, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Di dalam mobil itu tiada lain pak Guntur dengan istri dan anaknya.

    “Assalamualaikum, pak ustadz !”  Ucap pak Guntur setelah membuka kaca depan mobilnya.

    “Wa alaikum salam !” Jawab ustadz Hamdi. “Eeh, pak Guntur. Lengkap lagi…, ada ibu, dan Lisa. Abis dari mana, atau mau kemana nih, pak ?” Tanyanya.

    “Sengaja mau kesini, pak.” Jawab pak Guntur sambil keluar dari dalam mobil diikuti oleh anak, dan istrinya. Lalu ketiganya menyalami ustadz Hamdi.

    “Alhamdulillah, kalau begitu mari masuk !” Ustadz Hamdi mempersilahkan.

    “Terima kasih !” Jawab pak Guntur.

    “Pak Ustadz, ini sedikit buat anak-anak bapak !” Lisa menyodorkan bawaanya, setelah berada di dalam rumah.

    “Waah, kenapa repot-repot ? Saya aja ga pernah bawa apa-apa kalau datang kesana.” Kata ustadz Hamdi.

    “Pak ustadz mah, cukup bawa ilmu buat kami !” Ucap Lisa sambil tersenyum.

    “Ah….., Lisa bisa aja. Tapi maaf, anak dan istri saya sedang pada keluar, nih.” 

    “Ga apa-apa, pak.” Ucap istri pak Guntur.

    “Saya merasa sangat terhormat dikunjungi keluarga bapak. Gimana kabar semuanya ?

    “Alhamdulillah, kami semua dalam keadaan baik-baik saja.” Jawab pak Guntur mewakili keluarganya.

    “Syukurlah kalau begitu.” Ucapnya sambil mengambil botol aqua kecil dari bawah meja. “Silahkan diminum, sekedar menghilangkan dahaga !” Lanjutnya setelah air dihidangkan.

    “Terima kasih, pak.” Ucap Lisa sambil mengambil satu botol aqua di depanya, lalu meminumnya.

    “Pak ustadz ada sesuatu yang ingin saya tanyakan.” Ucap pak Guntur, memulai pembicaraan.

    “Silahkan, pak !”

    “Selain shalat, adakah kewajiban saya yang lain, yang harus saya lakukan ?”

    “Ada, pak.”

    “Apa itu ?”

    “Antara lain…, puasa, zakat, dan haji.”

    “Puasa masih lama, haji antrinya lebih lama, zakat…. ? Bagaimana dengan zakat ?”

    “Kalau zakat profesi, bisa dilakukan tiap bulan.”

    “Apa itu zakat profesi ?” 

    “Zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada setiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu, baik yang dilakukan sendirian maupun bersama dengan orang/lembaga lain.

    “Kapan zakat profesi itu dikeluarkan ?”

    “Setiap gajian, pak.”

    “Berapa yang harus saya keluarkan ?”

    “Dua setengah persen dari gaji. Mohon maaf, berapa gaji bapa setiap bulan ?”

    “20 juta.”

    “Berarti zakat yang harus bapak keluarkan sekitar 500 ribu.”

    “Kalau begitu…., sekarang saya mau zakat.” Ucap pak Guntur sambil mengeluarkan amplop dari kantong dari sakunya. “Ini ada uang 1 juta, 500 untuk zakat, dan 500 lagi, hadiah untuk pak ustadz.” Dia menyodorkan amplop ke ustadz Hamdi.

    “Keluarkan dulu yang yang buat zakatnya, pak !” Pinta ustadz Hamdi.

    “Ini, pak.!” Ucap pak Guntur setelah mengeluarkan uang 500 ribu dari amplop yang tadi dia keluarkan.

    “Pegang duitnya !” Ucap  ustadz Hamdi. “Ikuti saya !” Lanjutnya. “Bismillahirrohmanirrohim….”

    “Bismillahirrohmanirrohim…”

    “Nawaitu  an ukhrija zakaatal maali fardhol lillahi ta ’aala.”

    “Nawaitu  an ukhrija zakaatal maali fardhol lillaahi ta’aala.”

    “Niat saya mengeluarkan zakat harta saya, fardu karena Allah ta’ala.”

    “Niat saya mengeluarkan zakat harta saya, fardu karena Allah ta’ala.”

    “Ajarakallahu fiimaa a’thoita wa barakallahu fimaa abqoita waja’ala lakallaahul khairo. Saya terima pak, ya. Dan insya Allah duit ini akan saya bagikan ke mustahiq yang ada disekitar sini.” Ustadz Hamdi menerima dan menyatakan kesediaannya untuk membagikan zakat tersebut kepada yang berhak untuk menerimanya.

    “Terima kasih sebelumnya, dan ini mohon diterima sebagai hadiah dari kami. ! Ucap pak Guntur sambil menyerahkan amplop sisa uang tadi kepada ustadz Hamdi.

    “Terima kasih, semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan buat keluarga bapak.!”

    “Aamiin !” Pak Guntur, Lisa dan istrinya  mengamini.

    “Bagaimana, pa ? Sudah tenang sekarang ?” Tanya istri pak Guntur setelah hening beberapa saat.

    “Mudah-mudahan.!” Jawab pak Guntur.

    “Pak Ustadz, sejak dia mau shalat. Dia sering kelihatan gelisah. “ Istri pak Guntur menceritakan.

    “Betul, pak. Terus terang, saya tidak pernah merasakan kegelisahan seperti sekarang ini.” Pak Guntur menguatkan.  “Mudah mudahan dengan  menunaikan zakat kegelisahan saya menjadi berkurang.! Demikian harapannya.

    “Aamiin.” Anak dan istri pak Guntur mengamini.

    Ustadz Hamdi merenung sejenak, seolah-olah ada sesuatu yang ingin disampaikan kepada tamu istimewanya ini. Pak Guntur….!” Ucapnya. “Bapak mau shalat itu merupakan sebuah kebaikan bapak, bapak mengeluarkan zakat, juga merupakan kebaikan, bahkan merupakan kemajuan buat bapak.  Tapi…., yang lebih baik itu adalah bapak mengenal siapa yang memerintahkan shalat dan siapa yang memerintahkan zakat.” Lanjut ustadz Hamdi

    “Kalau begitu…., saya harus mengenal Allah ?” Pak Guntur menyimpulkan apa yang diucapkan oleh ustadz Hamdi.

    “Iya….” Ucap ustadz Hamdi sambil menganggukan kepala.

    “Siapa yang bisa mengenalkan saya dengan Allah ?” Tanya  pak Guntur.

    “Ya pak Ustadz lah pa…” Ucap Lisa dan istrinya bersamaan.

    “Saya belum tentu bisa, bu.” Kata ustadz Hamdi

    “Ah, pak ustadz terlalu merendah.” Ucap istri pak Guntur.

    “Iya, pak ustadz jangan menyerah, pak ustadz pasti bisa.” Lisa menguatkan.

    “Kita coba saja.” Kata pak Guntur.

    “Papamu itu loh, Lis. Ngaji ko coba-coba.” Cela isterinya.

    “Iya…, iya…, saya mau melanjutkan ngaji sama pak ustadz.” Ucap pak Guntur.

    “Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita semua !” Ustadz Hamdi mendoakan.

    “Aamiin !” Keluarga pak Guntur mengaminkan.

    Selanjutnya mereka ngobrol tentang hal-hal yang ringan yang tidak ada kaitanya dengan pengajian, sampai menjelang adzan Ashar dikumandangkan.

     

     

    Kreator : Baenuri

    Bagikan ke

    Comment Closed: Gelisah

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021