KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • basedonmyrealitylife
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Gome di Ujung Peluru; Melayani Terenggut Konflik

    Gome di Ujung Peluru; Melayani Terenggut Konflik

    BY 28 Sep 2025 Dilihat: 14 kali
    Gome di Ujung Peluru_alineaku

    Di sebuah distrik kecil bernama Gome, kabupaten Puncak, provinsi Papua Tengah,  ada seorang perempuan muda bernama Iranti. Namanya yang berarti Kenangan (Yoruba, Nigeria), seolah ia ditakdirkan untuk membawa cerita-cerita indah dalam hidupnya. Iranti bekerja sebagai tenaga medis di Puskesmas Gome. Setiap hari, ia dan rekan-rekannya melayani masyarakat dengan penuh dedikasi. Tak hanya di dalam gedung, mereka juga sering mengadakan program luar gedung, seperti penyuluhan kesehatan, imunisasi anak, dan pemeriksaan kesehatan bagi warga di pedesaan.

     

    Gome adalah tempat yang indah. Udara sejuk pegunungan, hamparan perkebunan sayuran yang hijau, dan senyum hangat warga membuat Iranti merasa betah. Ia selalu menikmati perjalanan ke desa-desa terpencil, melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh kebun-kebun sayur. Pemandangan itu selalu memberinya ketenangan, seolah alam sedang menyemangatinya untuk terus melayani.

     

    Namun, segala sesuatu berubah drastis beberapa bulan terakhir. Konflik bersenjata melanda Gome. Tembak-menembak terjadi di mana-mana. Suara dentuman senjata dan helikopter militer yang terbang rendah menjadi pemandangan sehari-hari. Warga yang dulu ramah kini banyak yang mengungsi, meninggalkan rumah dan kebun mereka. Perkebunan sayuran yang dulu hijau kini terlihat sepi, seolah ikut berduka atas keadaan yang terjadi.

     

    Iranti merasakan kehilangan yang begitu besar. Bukan hanya kehilangan pemandangan indah yang dulu ia nikmati, tetapi juga kehilangan rasa aman. Ia tidak lagi bisa dengan bebas melayani masyarakat seperti dulu. Kegiatan luar gedung dihentikan karena situasi yang tidak kondusif. Bahkan, perjalanan dari rumah ke Puskesmas pun kini dipenuhi rasa was-was. Setiap kali ia mendengar suara tembakan, jantungnya berdebar kencang. Ia takut sesuatu yang buruk akan terjadi.

     

    Ia teringat pada suatu hari, ketika ia dan timnya mengadakan penyuluhan kesehatan di sebuah desa terjauh. Warga berkumpul dengan antusias, anak-anak berlarian dengan riang, dan para ibu dengan sabar mendengarkan penjelasan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Saat itu, Iranti merasa begitu bahagia. Ia merasa bahwa pekerjaannya berarti, bahwa ia bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat. Namun, kini semua itu hanya menjadi kenangan. Desa itu kini sepi, warga yang dulu ramah telah mengungsi, dan kebun-kebun sayur mereka terbengkalai.

     

    Kehilangan rasa aman juga membuat Iranti kehilangan sukacita dalam bekerja. Dulu, ia selalu bersemangat setiap kali memakai sneli-nya, siap melayani siapa pun yang membutuhkan. Kini, seragam itu terasa berat. Setiap kali ia memakainya, ia teringat pada risiko yang harus dihadapi. Bahkan, di dalam gedung Puskesmas pun, ia tidak bisa sepenuhnya tenang. Suara tembakan yang tiba-tiba berbunyi selalu membuatnya dan rekan-rekannya berlindung di bawah meja.

     

    Suatu malam, Iranti duduk di beranda rumahnya, memandang langit yang gelap. Ia merindukan bintang-bintang yang dulu sering ia lihat di Gome. Namun, malam ini langit terasa suram, seolah mencerminkan hatinya. Ia merindukan masa-masa ketika ia bisa dengan bebas melayani masyarakat, ketika ia bisa menikmati indahnya alam Gome tanpa rasa takut.

     

    Tiba-tiba, ia mendengar suara tangisan dari tetangganya. Seorang ibu muda yang juga mengungsi dari desanya sedang menangis karena anaknya demam tinggi. Iranti segera mengambil tas medisnya dan mendatangi mereka. Saat ia memeriksa anak itu, ia teringat pada alasan mengapa ia memilih menjadi tenaga medis dan sumpah Hipokrates yang pernah diikrarkannya. Ia ingin membantu orang lain, ingin membuat perbedaan, meskipun dalam situasi yang sulit.

     

    Meskipun rasa takut masih menyelimuti hatinya, Iranti menyadari bahwa ia tidak bisa menyerah. Masyarakat masih membutuhkannya. Ia mungkin telah kehilangan rasa aman dan kebebasan, tetapi ia masih memiliki semangat untuk melayani. Ia bertekad untuk terus bekerja, meskipun harus dengan hati-hati dan penuh kewaspadaan.

     

    Malam itu, Iranti berjanji pada dirinya sendiri bahwa suatu hari nanti, Gome akan kembali damai. Ia akan kembali melihat senyum warga, mendengar tawa anak-anak, dan menikmati indahnya perkebunan sayuran. Sampai saat itu tiba, ia akan terus berjuang, membawa kenangan indah masa lalu sebagai penyemangat untuk menghadapi kehilangan yang ia rasakan hari ini.

     

    Dan di tengah malam yang gelap, Iranti tersenyum kecil. Ia tahu, selama masih ada harapan, kehilangan tidak akan pernah menjadi akhir.

     

     

    Kreator : Vidya D’CharV (dr. Olvina ML.L. Pangemanan, M.K.M.)

    Bagikan ke

    Comment Closed: Gome di Ujung Peluru; Melayani Terenggut Konflik

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak lahir begitu saja. Di balik perumusan lima sila yang menjadi pondasi bangsa ini, ada pemikiran mendalam dari para tokoh pendiri bangsa, salah satunya adalah Soekarno. Pemikiran Soekarno dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Lalu, apa saja pemikiran Soekarno tentang dasar negara […]

      Des 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021