kisah gadis yang umroh karena pekerjaan
Aida adalah seorang gadis dengan latar belakang pendidikan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran. Menjelang Bulan Ramadhan ia mendapat tugas untuk melakukan liputan berjudul “Ramadhan di Mekah.” Proyek ini adalah kerjasama antara Perusahaan tempat Aida bekerja dengan sebuah stasiun TV. Aida sangat semangat. Selain memang rindu dengan tanah Mekah, Aida punya misi lain, yaitu berdoa untuk Kesehatan ayahnya, yang divonis kanker kantong kemih. Ini bukan pertama kali Aida pergi tanpa didampingi keluarga. Sebelumnya, Aida juga pernah liputan di Mekah sekaligus umroh. Dengan pengalaman ini, Aida dipercaya untuk membantu tim bekerja di Mekah.
Segala keperluan administrasi, termasuk surat izin dan lain sebagainya sudah disiapkan. Saat pamit kepada orangtuanya, Mama Aida berpesan, “Jangan lupa ya Kakak, jaga Kesehatan. Kalau tidak sibuk, doaian ayah agar sembuh, diangkat penyakitnya.” Kata-kata itulah yang membuat Aida semangat menjalankan tugas.
Hari yang dinanti akhirnya tiba. Aida bersama 9 orang rekan kerja berangkat ke Saudi Arabia. Di Saudi, ada tim lokal yang juga membantu mereka untuk meliput berbagai kegiatan. Ini adalah kali pertama, Aida merasakan Ramadhan di Saudi. Mereka menyewa satu apartemen yang terdiri dari 3 kamar, setiap kamar terdiri dari 3 tempat tidur. Aida satu kamar dengan Mba Tuti, seorang reporter senior. Lokasi Apartemen yang disewa Aida terletak di wilayah Azaziah, cukup dengan dengan toko-toko dan pusat perbelanjaan. Untuk makan sehari-hari, mereka menyewa catering khusus masukan Indonesia. Jadi setiap hari, petugas catering akan datang membawakan makanan menjelang Maghrib dan Sahur.
Saat menjalankan tugas ini, jam biologis kru berubah. Pukul 7 pagi sampai pukul 12 siang, mereka tidur, lanjut bekerja sampai pukul 3 sore. Setelah Ashar, mereka bersiap liputan hingga pukul 2 pagi dan sahur. Selama Ramadhan, menurut kru dari Saudi, hal ini biasa terjadi. Bank dan pertokoan akan buka di malam hari, dan di siang hari baru buka jam 13:00. Bahkan ada sekolah mulai belajar setelah Maghrib.
Menjalani Ramadhan di Mekah, sungguh penuh tantangan dan menyenangkan. Aida mengenal banyak orang dan saudara baru. Beberapa selebritis tanah air dan tokoh politik Indonesia yang melaksanakan umroh, menjadi narasumbernya. Selain doa untuk ayahnya, ia juga memiliki hajat sendiri. Berdoa di depan Ka’bah agar diberikan jodoh yang soleh. Seorang pria, yang merupakan teman TK Aida, melamar Aida beberapa bulan sebelum kepergiannya ke tanah suci. “Ya Allah, berikan ketetapan hati, berikan jodoh yang terbaik. Kuatkan dan mantapkan hati ini.”
Setelah hampir 15 hari di Mekah, tepat pada Hari Jumat, tim baru sempat melaksanakan umroh. Saat pertama kali sampai di Mekah, mereka sudah tawaf dan sholat di Masjidil Haram, namun baru melaksanakan umroh di hari itu. Jumat itu, udara terasa sangat panas. Suhu di Mekkah sekitar 44 derajat celcius. Jamaah dari mancanegara nampak memenuhi pelataran masjid. Aida tidak bisa masuk ke Masjidil Haram, padat, penuh sesak. Hingga shalat Jumat berakhir, matahari seperti berada di ujung kepalanya. Aida hampir pingsan karena udara panas dan jamaah yang berjubel. Walau berat ia terus berjalan sampai bertemu teman-temannya dan berjuang keras turun ke terowongan jalan di bawah masjid. Di sana walaupun masih ramai tapi masih ada ruang kosong. Aida jatuh di trotoar. “Aida, kamu gak apa-apa?” ujar rekannya. “Ya Allah Bang, aku lemes banget.” “Bertahan ya, kita cari mobil dulu.”
Bang Mul berserta Bang Asep, berusaha mencari taksi atau mobil yang bersedia disewa untuk mengangkut mereka. Sementara Aida sudha tak berdaya untuk duduk, ia terkapar di trotoar. “Ya Allah, jika Engkau mengizinkan aku untuk menuntaskan ibadah Ramadhanku, mohon ya Allah, berikan kemudahan,’ doa Aida dalam hati. Ia sungguh tidka kuat. Ia sudah membayangkan dirinya tidka bisa melanjutkan perjalanan lagi. Bang Mul datang, “Aida ayo Aida, mobilnya sudah datang.”
Sekitar 15 menit, Aida dan kru ada diperjalanan diangkat oleh penduduk Mekah yang ramah dengan mobil Land Cruisernya yang dingin. “Ya Allah, terima kasih.” Orang itu tidak mau dibayar atas tumpangannya. Aida dan teman-teman sampai di apartemen, ia langsung mandi, bersih-bersih diri dan setelah itu tertidur pulas, sampai pukul 5 sore Aida terbangun karena kaget belum Sholat Ashar. Dalam doa setelah Ashar, Aida bersyukur keajaiban yang ia alami hari ini, doanya lama sekali hingga Azan magrib berkumandang.
Kreator : Nurhablisyah
Comment Closed: Hampir Mati Saat Umroh Ramadhan
Sorry, comment are closed for this post.