KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Hampir tecekik saat antri naik bus

    Hampir tecekik saat antri naik bus

    BY 25 Agu 2024 Dilihat: 105 kali
    Hadiah Umroh Buat nenek_alineaku

    Jamaah yang ingin berangkat umroh dan haji akan selalu diingatkan untuk senantiasa sabar, Ikhlas dengan apapun yang terjadi. Kata-kata sabar, Ikhlas, berserah diri terasa ringan dalam tulisan dan lisan. Namun pada pelaksanaannya, sangat sulit. Kadang kita mencoba menguatkan diri untuk bersabar, tetapi pada akhirnya maki-maki. Hal ini terjadi pada seorang jamaah Haji tahun 2015 bernama Diana. Diana dan suami pergi Haji di usia 35 dan 36 tahun. Ia merasa secara fisik dan emosional sudah cukup kuat. Selama di tanah air, ia juga berusaha menahan amarah, godaan lain. Walau ujian ketika mau berangkat haji sangat berat.

    H-2 sebelum keberangkatan, ia dipercaya menjadi panitia inti ulang tahun Perusahaan, dan menjadi coordinator sejumlah kegiatan besar. Persiapan acara ini bersamaan waktunya dengan persiapan berangkat haji. Namun, Diana, bersikeras harus menuntaskan segala kegiatan di kantor sebelum ia beribadah. Maka dengan sekuat tenaga berbagai laporan ia selesaikan dan dikirimkan via email kepada atasannya. Namun yang membuat Diana sedih bukan itu. Ia harus meninggalkan putra semata wayangnya yang baru berusia 4 tahun. Anak laki-laki ini muncul di dalam kehidupannya, setelah usia pernikahan 7 tahun. Rasa cintanya pada Dani, sangat mendalam. Namun sekali lagi, Diana harus belajar mengikhlaskan, bahwa anak bukanlah milik kita. Seorang teman yang juga dititipkan satu anak memberikan tips pada Diana. “Ingat ya, Anak itu bukan milik kita, serahkan kepada yang punya. Karena kita pun akan menghadapi padaNya.” Kalimat itu yang menguatkan Diana, sehingga semangat menunaikan ibadah haji.

    Selama di Mekah, rasa sombong tersirat di dalam hati Diana, apalagi ini bukan kali pertama ia berada di Mekah. Diana nampak sangat percaya diri, hingga suatu kejadian menimpanya. Sore itu, Diana, suaminya, Diki dan Pak Ustad serta jamaah lain ingin menunaikan Sholat Ashar. Jarak hotel ke Masjidil Haram cukup jauh, sekitar 2 km, ditempuh dengan menggunakan bus Saptco berwarna merah. Saat ingin naik bus, ratusan jamaah dari berbagai negara berkumpul dan berdesakan ingin masuk ke Bus.

    Diana sudah mengantri dengan tertib, namun ia selalu diselak orang-orang di Tajikistan, Kirgistan dan negara lain yang tubuhnya tinggi besar. Sekali diselak, Diana masih bisa menahan, namun setelah beberapa kali Diana memaksakan diri untuk tetap menerobos pintu bus dan masuk ke dalamnya. Hasilnya, tubuh Diana terhimpit, lehernya terlilit mukena dan ia kesulitan bernafas. Diki tidak bisa menolongnya, walau ia berusaha menarik Diana. Di saat genting seperti itu, Diana berdoa di dalam hati. Ia minta ampun atas apa yang ia lakukan. Dan jalan mulai terbuka, hingga Diana bisa masuk ke dalam bus. Ia masih cemberut dan menggerutu. “Kenapa gak tertib sih Pak Ustad? Mengapa tidak bisa antri? Islam kan mengajarkan untuk antri.” Tanya Diana pada Pak Ustad. Pak Ustad hanya tersenyum, “harusnya begitu, tapi kita tidak bisa mengendalikan segala hal.” Diana terdiam.

    Usai melaksanakan sholat Ashar, Magrib dan Isya di Masjidil Haram, Diana dan Diki berjalan pulang menuju terminal, suasana bubaran sholat sangat ramai. Diki mendekati istrinya. “Kita nunggu aja dulu ya, sampai sepi?” Diana mengangguk. Mereka duduk di emperan terminal, sesekali ada burung dara menghampiri. Diana yang membawa bekal roti, membagi-bagikan remahan roti pada burung dara. Diana dan Diki menunggu sampai terminal agak sepi, sambil bercengkrama dan menikmati air zam-zam yang sudah disiapkan di botol mereka. Angin lembut menyapa pipi Diana yang memerah. Dan tanpa terasa, banyak bus yang kosong. “Sudah agak sepi, yuk kita pulang,” ajak Diki. Diana mengangguk. Di bus mereka duduk berdua dan menikmati perjalanan menuju hotel. Damai sekali malam itu. Bersabar itu, artinya menunggu, meningkati proses. InsyaAllah akan solusi akan muncul ketika hati menerima.

    Sejak kejadian di hari itu, Diana tidak lagi “maksa.” Jika ada sesuatu yang ia inginkan, senantiasa didahulukan dengan berdoa kepada Allah, diusahakan semampunya, tanpa merasa paling hebat dan paling bisa dan tidak melukai orang lain. Keyakinan itu harusnya didasari oleh keikhlasan. Apapun yang terjadi, walau sudah diusahakan semaksimal mungkin tetap kendalinya di tanggal Allah Swt.

     

     

    Kreator : Nurhalibsyah

    Bagikan ke

    Comment Closed: Hampir tecekik saat antri naik bus

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021