KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Harga Sebuah Ide

    Harga Sebuah Ide

    BY 25 Jun 2024 Dilihat: 167 kali
    Harga Sebuah Ide_alineaku

    Aku langsung duduk di tempat duduk yang kosong bersebelahan dengan seorang Bapak berusia 50 tahunan, ketika bus Indonesia melaju menuju Semarang dari Gresik. Kulihat Gresik begitu panas dan berdebu, karena saat itu menginjak jam 14.00 WIB. Setelah bubaran pabrik Petrokimia Gresik sekitar jam 13.00 WIB (kala itu hari Sabtu, dan belum ada kebijakan libur pada hari Sabtu), aku langsung menuju ke terminal Kebomas untuk pulang ke Semarang. Namanya kangen keluarga. Waktu itu statusku adalah mahasiswa kerja praktek di Petrogres yang sudah menjalani Kerja Praktek selama 2 (dua) minggu.

     

    Kiranya Bapak yang duduk di sebelahku cukup ramah. Beliau menyapaku dan melemparkan berbagai pertanyaan yang meliputi what, where, how, when, which, etc. Semuanya aku jawab dengan ramah dan sopan (tentunya). Akhirnya giliran beliau bercerita. Konon, Bapak tersebut adalah mantan mahasiswa suatu perguruan tinggi teknik tersohor yang letaknya di ibukota Jawa Barat dan mengambil jurusan seperti jurusan yang aku ambil. Beliau tidak jadi lulus, karena saat itu sempat terjadi kerusuhan mahasiswa sehingga jalannya perkuliahan dihentikan selama hitungan bulan. Selama itu beliau balik ke kampung, namun sayangnya ketika perkuliahan dinyatakan dimulai lagi Bapak tersebut terlanjur sudah tidak punya apa-apa untuk biaya kuliah.

     

    Beberapa tahun kemudian beliau bertemu kembali dengan teman kuliahnya yang mengajak membuka usaha minuman limun. Konon, kemudian beliau mengusulkan untuk menjual suatu minuman yang umum disukai oleh masyarakat, berasa manis, beraroma, tanpa bahan pengawet, tanpa bahan kimia, yang biasanya dijual di terminal-terminal bus ataupun stasiun kereta api dalam kemasan plastik, namun kali ini kemasannya dibuat beda dan mudah dipegang, tinggal disedot saja. Temannya tidak yakin dengan ide tersebut, namun beliau meyakinkan bahwa bila ide tersebut adalah ide baru dan saat itu belum terpikir oleh orang lain. Setelah itu mereka berpisah dan tidak bertemu cukup lama.

     

    Tak disangka tak dinyana, beberapa bulan kemudian di pasaran dan iklan-iklan muncullah produk minuman dengan kemasan seperti yang diusulkan oleh si Bapak, dan konon produsennya adalah teman Bapak tersebut dan menjadi booomm……!. Dan sampai saat ini, temannya sama sekali tidak pernah menghubunginya dan menyampaikan terima kasih.

     

    Walau ada perasaan setengah tidak yakin (berarti setengahnya percaya) dengan cerita tersebut, aku sempat terbengong-bengong mendengar cerita si Bapak, yang sehabis bercerita Bapak tersebut tercenung melihat ke luar jendela yang terlihat sangat terik sementara bau ikan asin dan bau amis yang dibawa angin dari laut di sepanjang pesisir pantai utara jawa yang membiru itu tercium demikian khas.

     

    Aku lihat profil Bapak itu sangatlah sederhana seperti aku, Bapakku ataupun tetangga-tetangga kampungku: berbaju putih sederhana, bersandal kulit imitasi, namun berbicara penuh semangat pada saat bercerita tentang masa mudanya dahulu. Aku juga ikut terdiam, aku tidak mampu lagi bertanya di mana kerjanya saat ini?, mengapa waktu itu dia tidak menemui temannya? , mengapa…, mengapa…. yang lainnya. Kala itu aku sempat menanyakan siapa nama beliau, namun pertanyaan yang lain tidak juga terucap olehku hingga Bapak itu turun di sebuah desa sebelum memasuki kota Kudus. Sayang, sekarang aku telah lupa siapa namanya…, yang teringat olehku hanyalah cerita pilunya (sekali lagi bila cerita itu memang benar) dan hal ini sangat membekas di hatiku.

     

    Ide sangatlah mahal. Begitu kata instruktur QCC (Quality Control Circle) untuk para trainee yang dilaksanakan beberapa waktu yang lalu tentang sebuah ide. Sehingga adanya SS, GKM, TQM, atau yang lainnya adalah suatu cara untuk menghargai suatu ide.

    Suatu ide baru akan dipercayai bila terdapat bukti yang akurat, antara lain berupa tulisan atau hasil karya, dan hal ini sudah berlaku di negara maju sejak beberapa abad lalu (dan saat itu di sana juga belum disebut negara maju). Beethoven, Michael Angelo, Newton, Einstein, H.C. Andersen, etc; mereka menulis teori, pendapat, maupun hasil karyanya. Karya mereka abadi, karena pada awalnya ada yang mengakui dan menghargai karya tersebut dan mendokumentasikan dan mempublikasikannya. Berbesar hati dengan hasil karya orang lain, sportif, dan menjadikan menulis sebagai budaya, adalah salah tiga dari sekian langkah untuk menghargai karya itu sendiri. Aku tak tahu apakah budaya menulis dan menghargai hasil karya orang lain tersebut sudah juga menjadi budaya Bangsa Indonesia?

     

    Penemu coklat, penemu keju, penemu susu full cream, penemu klip kertas, penemu peniti, penemu teknik mengetik sepuluh jari, pengarang dongeng Putri Salju dan The Little Mermaid diketahui; namun apakah kita tahu siapa penemu tempe, tahu, oncom, tape singkong, bambu runcing, landscape sawah terasering (tatanan sawah berundak-undak), pengarang dongeng Si Kancil Pencuri Mentimun tokoh cerdik tetapi agak tengil itu?

     

    Ibu Kartini dikenal setelah Mr. dan Mrs. Abendanon mengumpulkan surat-surat, membukukan, dan mempublikasikan wanita hebat dari Jepara ini ke dunia luar. Sebaliknya apa yang terjadi bila surat-surat Kartini tersebut tidak dikumpulkan dan tidak diceritakan kembali oleh Bapak Ibu Abendanon ini? Mungkin aku tidak akan mengenal Kartini!

     

    Pengakuan secara massal suatu hasil karya bukan mutlak suatu kesalahan karena saat itu budaya menulis tidak umum. Nyatanya pada masa silam, Mpu Tantular karena meninggalkan karya dalam bentuk tulisan muncullah kalimat Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara Indonesia, sehingga beliau dikenal oleh bangsa Indonesia mulai anak-anak SD sampai profesor sebagai penulis Kitab Sutasoma tersebut. Dan saat ini karena budaya tulis sudah umum, mestinya semangat untuk menghargai hasil karya orang lain sudah mendarah daging, sehingga hasil karya ataupun ide tidak selalu dianggap bersifat massal.

     

    Belajar menghargai karya orang lain adalah salah satu langkah untuk menjadikan diri sendiri menjadi sosok yang jujur dan sportif. Kumpulan dari orang-orang yang sportif dan jujur akan menghasilkan suatu golongan orang yang sportif dan jujur. Kumpulan dari golongan-golongan yang sportif dan jujur menjadi suatu bangsa yang sportif dan jujur. Bangsa yang berisi orang-orang yang sportif dan jujur akan menjadi bangsa yang kuat dan maju. Jelas aksi korupsi, pencurian ide, skripsi, kaset dan VCD bajakan, demo ketidakpuasan dan ketidakadilan akan berkurang sesuai deret ukur. Pemberian reward adalah salah satu bentuk dari penghargaan terhadap ide (sedangkan punishment berada di sisi yang lainnya). Mencantumkan nama personal yang terlibat dalam tahapan evaluasi di dalam surat keluar, adalah salah satu bentuk penghargaan juga.

     

    Banyak ide-ide yang muncul di lingkungan kita. Walaupun setelah muncul ide tersebut mungkin sebagian dari kita (termasuk aku) mengatakan: ” Wah kalau itu sih ide sederhana, aku/gue/awak/beta/saya juga bisa membuatnya!”. Salah satu bentuk ide adalah tulisan atau karangan, apalagi saat ini berkembang pesat media sosial dan media-media yang sangat mudah dan membantu menyebarluaskan hasil karya kita yang original dan berkualitas atau menyampaikan dalam event lomba-lomba yang dilaksanakan secara online maupun offline. Namun ingat, ide ya tetap ide. Orang pertama yang mengungkapkan lah orang yang disebut pencetus ide dan dialah yang mestinya diakui sebagai pembuat ide, apalagi bila diperkuat oleh tulisan. Tidaklah etis bila kita mengakui ide seseorang itu menjadi ide kita, padahal kita mengetahui siapa pencetus ide itu sebenarnya.

     

    Di lingkungan kerjaku ada teman yang memiliki ide penanaman pohon untuk menggantikan kayu yang terpakai sebagai pallet (penyangga) kantong produk, Pemanfaatan Steam yang terbuang di Condensate Stripper, dan Ide Pemanfaatan kembali limbah Condensate yang terkandung dalam Natural Gas, dll. Hal ini merupakan contoh dari salah sekian ide-ide yang muncul dari pemikiran individu ataupun kelompok di suatu Perusahaan yang perlu ditulis dan bila memungkinkan dapat dipatenkan.

     

    Semakin dihargai nya suatu ide, akan memicu setiap orang untuk berlomba menyampaikan ide yang bermanfaat bagi Perusahaan, Negara, Bangsa, dalam upaya meningkatkan aktualisasi diri di lingkungannya. Seseorang yang sudah tidak mempunyai motivasi akan mempunyai kecenderungan apatis dalam segala hal. Hanya waktu-waktu tertentu yang membuat semangat tersebut muncul karena disaat itulah yang bersangkutan merasa mampu dan dihargai, misalnya pada saat ada perlombaan tujuh belas agustusan, pertandingan olah raga, dsb-nya. Sehabis itu semangat bekerja tenggelam kembali, karena kerja terasa hanya menjadi gaya tekan ke bawah, bukan menjadi gaya dorong ke samping untuk maju disebabkan hilangnya suatu gaya lain sebagai penguat gaya dorong.

     

    Maka sikap saling menghargai (termasuk menghargai hasil karya) tercantum dalam kitab suci dan selalu diucapkan oleh orang-orang bijak.

     

    Hingga aku terkenang akan rasa pahit yang timbul di hari yang sangat terik dan berdebu dalam perjalanan naik Bus antara Gresik dan Semarang sekitar 16 – 17 tahun silam ketika seorang Bapak bercerita tentang sepenggal kehidupannya………..

     

    Pahit karena tidak adanya sikap tulus untuk menghargai (ide) orang lain dan tidak adanya budaya menulis atau mencatat itu……….

     

     

    Kreator : Manik Priandani

    Bagikan ke

    Comment Closed: Harga Sebuah Ide

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021