KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • basedonmyrealitylife
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Hari Pertama di Bumi Lamandau

    Hari Pertama di Bumi Lamandau

    BY 03 Okt 2025 Dilihat: 20 kali
    Hari Pertama di Bumi Lamandau_alineaku

    Pagi itu, matahari belum sepenuhnya meninggi ketika Hutama membuka matanya di kamar kos sederhana yang terletak di pusat kecil Kabupaten Lamandau. Suara burung berkicau dan deru kendaraan kecil mulai memenuhi udara, mengantar hari barunya sebagai anak rantau. Ia menarik nafas panjang, menatap langit yang cerah dari jendela kecil kamarnya.

    Rasa canggung dan campuran harap serta ragu masih menyelimuti hatinya. Semua masih terasa asing—suara, bau, bahkan wajah-wajah yang berlalu lalang di jalan. Yogyakarta yang ramah dan penuh warna kini berubah menjadi kenangan yang mulai mengabur.

    Setelah mandi cepat dan mengenakan seragam PNS barunya, Hutama bergegas keluar. Langkahnya ringan namun penuh tekad. Ia tahu hari ini bukan sekadar awal pekerjaan, tapi awal perjalanan untuk menemukan dirinya di tanah yang jauh dari rumah.

    Di kantor barunya, Hutama disambut oleh pegawai lama dengan senyum ramah namun penuh rasa ingin tahu. “Selamat datang, Pak Hutama. Semoga betah di sini,” sapa seorang ibu paruh baya dengan suara hangat.

    Hutama membalas dengan senyuman kecil, berusaha meleburkan diri dalam suasana baru. Ia diperkenalkan kepada lingkungan kerja, aturan, dan program yang sedang berjalan. Semua terasa berbeda—lebih sederhana, namun penuh tantangan.

    Sepanjang hari, Hutama mengamati dengan seksama. Ia belajar bahwa Lamandau bukan hanya sekadar kabupaten kecil, tapi sebuah komunitas yang kuat, erat dengan alam dan tradisi. Di sela-sela pekerjaan, ia menyempatkan diri berbincang dengan beberapa penduduk lokal, mencoba memahami kehidupan mereka yang sederhana namun sarat makna.

    Saat makan siang di warung kecil pinggir jalan, Hutama merasakan kehangatan lain—hangatnya sambutan dari pemilik warung yang ramah dan rasa makanan khas daerah yang baru pertama kali ia cicipi. Semua itu mengikis sedikit demi sedikit rasa asing di hatinya.

    Namun, saat senja mulai turun dan ia berjalan pulang ke kamar kos, kerinduan mulai mengintip kembali. Ia memikirkan keluarganya di Yogyakarta, teman-temannya, dan semua yang ia tinggalkan. Ada rasa kesepian yang tiba-tiba terasa begitu nyata.

    Tapi Hutama tahu, kerinduan adalah bagian dari perjalanan. Sebuah ujian kecil yang harus dilalui agar ia bisa tumbuh lebih kuat. Di bawah langit malam Lamandau yang bertabur bintang, ia berjanji pada dirinya sendiri: “Aku akan bertahan. Aku akan berjuang. Dan aku akan membuat ini rumah kedua.”

    Hari pertama sebagai anak rantau di Kabupaten Lamandau telah berlalu. Meskipun penuh dengan tantangan dan perasaan campur aduk, Hutama tahu satu hal pasti—ini adalah langkah awal dari cerita besar yang akan ia tulis dengan sepenuh hati.

    Malam itu, ketika Lamandau telah tertidur di bawah selimut gelapnya, Hutama masih terjaga di kamar kosnya yang sederhana. Lampu redup dari sebuah lampu meja menyinari wajahnya yang tampak lelah, namun mata itu menyimpan kegelisahan yang sulit diungkapkan.

    Jauh di sana, di Yogyakarta, rumah yang selama ini menjadi pelabuhan hatinya kini hanyalah sebuah bayangan. Suara tawa keluarga, aroma masakan ibu, hangatnya pelukan teman—semua terasa begitu jauh dan seolah semakin menjauh setiap hari.

    Hutama menatap foto keluarga yang ia simpan di meja kecil. Wajah ibunya tersenyum lembut, ayahnya yang bijaksana, dan adik kecil yang selalu ceria. Rindu menusuk seperti duri, membuat dadanya sesak. Ia merindukan sentuhan sederhana yang dulu terasa begitu biasa.

    Hari-hari di Lamandau penuh dengan tugas dan rutinitas yang menuntut fokus, namun hati Hutama sering kali terombang-ambing antara kenyataan dan kerinduan. Ia merasa seperti terombang-ambing di lautan luas tanpa kapal yang pasti. Kadang ia bertanya pada diri sendiri, apakah semua pengorbanan ini layak?

    Malam-malam yang sunyi menjadi saksi bisu kegelisahannya. Hutama merasakan kesepian yang tajam, jauh dari suara dan wajah-wajah yang selama ini mengisi hidupnya. Tak jarang ia termenung lama, mencoba merangkai kata-kata dalam hati, berharap suatu saat rindu itu bisa ia obati dengan keberhasilan dan kebahagiaan di tanah rantau.

    Namun, di balik kerinduan yang mendalam, ada bisikan kecil dalam dirinya yang terus meneguhkan hati. Suara itu berkata, “Ini bukan hanya soal dirimu. Ini tentang masa depan yang lebih baik, bukan hanya untukmu, tapi juga untuk mereka yang kau cintai.”

    Kegalauan dan rindu itu bukan untuk melemahkan, melainkan untuk menguatkan. Hutama mulai belajar menerima bahwa menjadi anak rantau berarti harus mampu berdamai dengan perasaan sendiri, menumbuhkan ketegaran di tengah badai rasa yang datang dan pergi.

    Hari-hari berlalu, dan Hutama mulai menemukan cara untuk mengisi kekosongan itu. Ia rajin menghubungi keluarga, mengirim pesan dan cerita, berusaha tetap dekat meski jarak memisahkan. Ia juga mencoba membuka diri pada lingkungan baru, mencari teman yang bisa menjadi keluarga kedua.

    Meski belum mudah, sedikit demi sedikit ia belajar bahwa kerinduan bukanlah kutukan, tapi justru menjadi pengingat akan alasan mengapa ia bertahan—untuk sebuah harapan, sebuah mimpi yang sedang diperjuangkan jauh dari rumah.

    Di suatu malam, saat angin sepoi menyusup melalui jendela, Hutama tersenyum tipis. Meski gelombang kerinduan masih datang silih berganti, ia tahu bahwa dirinya sudah mulai menemukan pijakan di tanah rantau ini.

    Dan perjalanan panjang itu, baru saja dimulai.

     

     

    Kreator : Galih Satria Hutama

    Bagikan ke

    Comment Closed: Hari Pertama di Bumi Lamandau

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak lahir begitu saja. Di balik perumusan lima sila yang menjadi pondasi bangsa ini, ada pemikiran mendalam dari para tokoh pendiri bangsa, salah satunya adalah Soekarno. Pemikiran Soekarno dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Lalu, apa saja pemikiran Soekarno tentang dasar negara […]

      Des 02, 2024
    • Rumusan dasar negara yang dikemukakan oleh Mr. Soepomo memiliki peran sangat penting dalam pembentukan dasar negara Indonesia. Dalam sidang BPUPKI, Mr. Soepomo menjelaskan gagasan ini dengan jelas, menekankan pentingnya persatuan dan keadilan sosial. Dengan demikian, fokusnya pada teori negara integralistik membantu menyatukan pemerintah dan rakyat dalam satu kesatuan. Lebih lanjut, gagasan ini tidak hanya membentuk […]

      Okt 21, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021