Kalau kita ingin menjadi penghuni Surga tentu harus dapat ridha dan rahmat Allah, Tuhan yang maha Esa. Sejumlah ulama muslim mengatakan, “Orang masuk Neraka ibarat curah hujan lebat, begitu banyak gak terhitung”.
Sebaliknya masuk Surga begitu sulit … Ibarat memasukan unta ke lubang jarum. Dua narasi ini menjelaskan mudahnya masuk Neraka dan sulitnya masuk Surga. Makanya para ulama mengatakan hanya karena rahmat Allah lah seseorang bisa masuk Surga.
Rajin ritual, bolak balik ke tanah suci, dermawan, menyantuni anak yatim, pakai jubah serba putih, peci putih, rambut putih, janggut putih, istri tiga, punya pesantren besar, hafiz dan segalanya serba terlihat alim.
Bukan itu yang membuat seseorang masuk Surga … Sekali lagi hanya karena rahmat dan ridha Allah saja seseorang bisa masuk Surga. Allah lah sebagai pemilik segalanya, Restu Ilahi, kunci segalanya … Allah ridha, segalanya mudah.
Bagaimana supaya Allah ridha dan selalu memberi rahmat pada kita sampai akhir hayat dan sampai rahmat masuk Surga … Ini tentu tak mudah dan butuh ilmu. Jadilah pribadi berilmu, beriman dan beramal. Iman kita, amalan kita yang sesuai ilmu agama tentu akan sangat baik.
Tak mudah memahami agama dan pengetahuan terbaik. Setidaknya marilah kita miliki mentalitas Lillah. Apa itu mentalitas Lillah. Tiada lain adalah jadilah pribadi yang selalu ridha pada Allah, apa pun yang kita alami. Segalanya kaitkan, gantungkan, hubungkan dengan Allah.
Bila kita selalu ridha pada Allah, semoga Allah pun ridha pada kita. Allah tergantung prasangka hamba Nya. Mari kuatkan mentalitas prasangka positif pada Allah. Kuatkan mentalitas Lillah. Mentalitas meng-Allah. Menjadikan Allah sebagai segalanya atas apa yang terjadi.
Kita akan sampai ke Surga bila Allah memberi restu. Kita tidak akan sampai ke Surga bila Allah tak restu. Ada satu rahasia hidup terkait ridha Allah. Apa itu … Ridha manusia kepada sesama manusia. Bila sesama manusia saling ridha, saling mencintai, saling memberi manfaat dan menyukai kebaikan maka Allah ridha.
Allah tak butuh manusia, Allah tak tergantung manusia. Allah tak rugi manusia berbuat dosa atau pun berbuat kebaikan. Namun manusia tergantung Allah, tergantung sesama manusia. Gantungkan iman Mu pada Allah dan kaitkan keseharian Mu pada amaliah terbaik pada sesama.
Bisa jadi Surga kita kelak terkait muamalah kita. Surga kita terkait amalan kita pada sesama. Bagaimana sikap kita pada sesama adalah bagaimana ridha Allah pada kita . Saya curiga ridha Allah ada pada ridha sesama pada kita. Orang lain, sesama manusia adalah penentu adanya ridha Allah.
Bagaimana kita ber-Tuhan akan sangat terkait dengan bagaimana kita ber-manusia. Bagaimana kita ber-manusia akan sangat terkait dengan bagaimana kita mengimani Tuhan dengan mencintai ciptaan terbaiknya yakni manusia.
Agama, para Nabi, kitab suci semua Allah hadirkan untuk “melayani” manusia. Manusia menjadi pusat “tatasurya” kehidupan. Bisa jadi ridha sesama manusia adalah asbab ridha Allah, Tuhan yang maha Esa. Harga seorang manusia adalah harga ke Esaan Allah yang telah menciptakannya.
Jalan menuju Surga ada di bawah telapak kaki manusia. Tidak hanya di telapak kaki Ibu kita, tetapi berada di bawah telapak kaki manusia lainnya yang harus kita muliakan sebagai sesama ciptaan Allah, Tuhan yang maha Esa.
Memuliakan manusia sama dengan memuliakan pencipta-Nya. Bila orang lain sukses kita harus turut bersyukur dan bahagia karena itu kehendak Allah. Sukses orang lain adalah kehendak Allah, jangan iri dan dengki.
Mayoritas kita orang lain sukses, kita iri dengki dan bahkan sakit hati. Orang lain gagal dan menderita apalagi saingan kita bahagia. Ini soalan mental kita yang buruk, tidak Lillah. Tidak lah mungkin kita masuk Surga dengan hati iri dengki. Iri dengki adalah api. Api adanya di neraka.
Siapa saja orang yang selalu malayani, memuliakan, bahagia melihat orang lain sukses dan mendukung hajatan orang lain maka Ia adalah orang Lillah. Ia adalah orang yang akan mengundang ridha Allah dalam hidupnya dan insyaallah dalam hidup akhir keabadiannya.
Orang iri dengki, tak bisa tidur melihat tetangga atau orang lain sukses, tak mungkin masuk Surga karena ada api dalam dirinya. Ada ketidakridhaaan dalam hatinya. Orang baik saja belum tentu masuk Surga, apalagi orang yang tak ridha melihat orang lain sukses dan bahagia.
Hidup tidak akan sampai ke Surga bila hati jauh dari cinta dan bahagia karena Allah. Hidup tidak akan sampai ke Surga karena ridha Allah tak bisa sampai pada jiwa jiwa yang hatinya sakit. Sehat hati, sehat amal, sehat relasi, Lillah adalah dasar berkehidupan.
Semoga kita tidak menjadi orang yang tak sampai ke Surga dan hanya sampai ke kuburan. Mari kita menuju Surga dengan memahami keinginan orang lain, layani dan muliakan. Allah ridha pada kita asbab kita cinta tanpa modus pada sesama … Ridha pada sukses orang lain, Subhanallah.
Comment Closed: Hidup Tak Sampai Ke Surga
Sorry, comment are closed for this post.