KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Hijrahku

    Hijrahku

    BY 13 Jul 2024 Dilihat: 230 kali
    Hijrahku_alineaku

    JADI BURONAN  DAN AKHIRNYA DAPAT HIDAYAH

    Sahabatku bernama Rina, biasa aku panggil Ririn.

    Aku sekelas dari kelas 1 SMA sampai lulus SMA.

    Kami sama-sama di kelas Fisika (A1)

     

    “Ayo Rin, buruan nanti keburu Eva kesini.”

    “Iya Vi tunggu.”

    Dan akhirnya kami sembunyi di toilet atau kantin sekolah untuk menghindar dari Eva yang selalu kejar-kejar kami untuk ikut ekskul rohis di SMA kami.

     

    Eva teman seangkatan kami lain kelas. Eva kelas Sosial (A3). Eva pengurus rohis.

    Terkadang kami kesal sama Eva, suka maksa kami ikut rohis yang padahal kadang kami sebelum pulang sekolah sudah janjian mau “nongkrong” di Arema dulu. Arema itu tempat kami makan bakso atau mie ayam sambil ngobrol dan bersenda gurau dg teman-teman yang lain.

     

    Kegiatan rohis diadakan setiap hari Jumat sepulang sekolah untuk yang akhwat (keputriannya).

    Dan belakangan Eva jadi sering bisa nemuin kami di tempat persembunyian kami. Aku yang suka tidak enakan jadi aku sering ikutan rohis walau terpaksa. Ririn saja yang sering menghindar tidak mau ikutan rohis.

    Dan akhirnya aku rutin ikut rohis setiap hari Jumat sepulang sekolah dan lama-kelamaan aku pun tertarik dengan rohis, aku kagum dengan pembina, pengurus dan anggota rohisnya.

    Kebanyakan mereka cantik-cantik dan ganteng-ganteng, bersih-bersih, akhlak mereka mulia, mereka sopan dan santun.  Kebanyakan  pengurus juga anggota rohisnya pintar-pintar (kebanyakan mereka yang dapat rangking di kelas).

    Dan untuk pembina rohis, mereka dari luar sekolah kami. Mereka sudah mahasiswi mahasiswa di universitas negeri dan swasta yang ada di Jakarta.

    Mereka terlihat sholih sholihah smua, aku adem rasanya kalau lihat mereka, maa syaa Allah.

     

    Di rohis lah aku baru tahu yang namanya Allah dan RasulNya, aku baru tahu yang namanya shalat dan akhirnya pun aku baru tahu kalau muslim dan muslimah harus menutup aurat.

    Sebenarnya Papa Mama sudah mengenalkan itu semua tapi seperti shalat mereka tidak menyuruh kami shalat, karena buat kami di rumah yang penting sudah berbuat baik ya sudah, jadi aku dan adik-adik juga Papa Mama jarang shalat.

    Dan juga seperti Allah dan RasulNya, Papa Mama dan dari sekolah kami dikenalkan kalau Allah itu yang menciptakan kita dan Rasul itu utusan Allah, Nabi kita. Ya Papa dan Mama hanya mengenalkan kami begitu saja.

     

    Dan dengan ikut rohis, aku jadi tahu bahwa shalat itu wajib hukumnya, aku jadi tahu betapa sayangnya Allah pada makhluknya yang mau menjalankan semua perintahNya.

    Dengan ikut rohis juga aku jadi tahu aurat perempuan gmn. Aku jadi tau kalau perempuan wajib menutup aurat kecuali muka dan telapak tangan.

    Dan lain-lainnya.

     

    Dan akhirnya, aku merasa aku ingin disayang Allah yang pada saat itu aku merasa aku ini banyak dosa tapi semuaaaa Allah kasih misal aku selalu dapat rangking di kelas dan semua yang aku mau selalu dikasih dipenuhi sama Papa juga Mama.

    Di kepalaku hanya ada kalimat, tidak tahu malu semua sudah Allah kasih tapi tidak mau penuhi maunya  Allah, tidak mau penuhi semua yang Allah perintahkan, yang ada malah banyakin dosa saja, malas sholat dan tidak menutup aurat. Astaghfirullahaladzim.

     

    Dan akhirnya aku pelan-pelan melaksanakan perintah Allah satu per satu. Aku shalat dan aku ajak Papa Mama juga adik-adikku untuk shalat.

     

    Dan…eeng inggg eeeeenggg…aku memutuskan untuk menutup auratku, aku memutuskan untuk berhijab, untuk berjilbab.

    Ada ragu. Dalam hatiku, aku merasa aku tidak pantas pakai pakaian suci itu. Aku merasa aku banyak dosa tidak pantas untuk memakai jilbab itu. Aku merasa aku tidak pantas menutup auratku.

    Akhirnya aku ngobrol dengan kakak pembina rohisku, aku cerita dengan keinginanku untuk memakai jilbab dan beliau gembira sekali dengan niatku.

    Dan ketika aku cerita gimana perasaanku, ragu dlsb nya, beliau bilang ini hidayah Vi, Vivi harus bersyukur karena Allah kasih hidayah ke Vivi yang tidak semua orang Allah kasih hidayah itu. Untuk masalah dosa, semua orang juga punya dosa, dan insya Allah dengan jilbab kita akan terjaga kalau mau melakukan dosa minimal kita merasa malu dengan jilbab kita dengan pakaian ta’at kita.

    “Ayo Vi disegerakan kalau Vivi sudah punya niat itu, insya Allah nanti Allah mudahkan semuanya.’ Kata Emba pembina rohisku.

     

    Akhirnya aku ambil uang tabunganku untuk membeli bahan untuk aku jadikan jilbab untuk aku pakai ke sekolah. Aku pun beli kemeja putih lengan panjang dan rok panjang abu-abunya.

    Alhamdulillah semua sudah aku beli sudah aku siapkan dan tinggal aku pakai besok pagi.

     

    Bismillah.

    Pagi itu, aku bangun pagi2 sekali aku siap-siap ke sekolah aku pakai seragam baruku. Aku pakai seragam sekolah yang menutupi auratku.

    Papa Mama kaget, tapi mereka tidak banyak komen karena kami, aku dan adik-adikku sudah siap berangkat sekolah dan Papa sudah siap berangkat ke kantor.

     

    Di sekolah masih sepi, belum ada yang datang. Satu per satu akhirnya teman sekelasku berdatangan. Semua kaget melihatku, terutama Ririn sahabatku.

    Yang aku ingat, waktu pertama Ririn melihatku, “Yah Vi, gue nanti main sama siapa? Loe pasti nanti mainnya maunya sama anak-anak rohis. Gue ngerasa kehilangan eloe Vi, gue ngerasa kehilangan sahabat gue Vi” begitu kata Ririn. Dan aku hanya bisa menjawab, “Insyaallah kita akan terus berteman Rin, kita akan terus bersahabat. Vivi nggak akan berubah Rin, kita akan terus main seperti biasa, nongkrong dan jalan bareng seperti biasa.”

    Dan pagi itu di awal aku pakai hijab justru aku jadi bahan taruhan teman-teman sekelasku. Ada yg bilang, “Taruhan dehhh nanti paling lulus SMA si Vivi buka jilbab,” ada juga yang ngomong, “Nanti pas kuliah paling-paling si Vivi buka jilbabnya.”

    Dalam hatiku, aku hanya berdoa semoga aku bisa istiqomah dengan pakaian taatku dan semoga teman-temanku yang perempuan terutama  sahabatku bisa segera pakai pakaian ta’at seperti yang Allah perintahkan dan semoga aku tetap bisa berteman dengan teman-temanku semua walau aku sudah pakai jilbab.

     

    Dan hari itu ketika jam istirahat banyak yang ke kelas aku terutama teman-teman rohis. Mereka senang banget lihat aku pakai jilbab, “Alhamdulillah Vi akhirnya Vivi dapat hidayah dan alhamdulillah Allah mudahkan Vivi pakai jilbab,”begitu kata mereka.

    Disela-sela kita ngobrol, Eva tanya jilbab yang aku pakai beli dimana, dan aku jawab, “Kemarin beli di Mayestik.” Kata Eva, “JIlbabnya bagus Vi tapi itu bahan buat bikin rok.”

    Yaaa Allah makanya mahal dan dipakainya aku jadi merasa panas keringetan karena tebal bahannya. Padahal kemarin aku beli karena aku lihat bahan itu yang terbagus yang aku lihat dan harganya sesuai dengan uang tabunganku yang sengaja aku bawa ke pasar Mayestik untuk aku belikan jilbab untuk aku pakai ke sekolah hari ini.

    Dan kata Eva lagi, “Mahal banget Vi, coba Vivi ngomong ke Eva mau beli jilbab pasti Eva anter ke Meteo tempat kami beli jilbab. Dengan uang segitu Vivi bisa dapat jilbab beberapa potong jadi bisa buat ganti-ganti.” Teman-temanku yang lain jadi bersahut-sahutan mengatakan omongan Eva.

     

    Dengan kejadian itu aku jadi ingat aku tidak punya jilbab untuk aku pakai di rumah.

    Dan akhirnya aku bilang ke teman-teman sekelasku jangan main ke rumah dulu karena aku belum ada jilbab buat aku pakai di rumah.

    Tidak tahunya, ada aja yang ke rumah yang akhirnya kalau teman laki-laki yang ke rumah aku pakai mukena pas nemuin mereka.

     

    Alhamdulillah akhirnya satu persatu aku bisa beli jilbab dan kaos lengan panjang untuk aku pakai sehari-hari.

    Alhamdulillah aku bisa main, bisa nongkrong bisa kumpul dengan teman-temanku seperti biasa walau dengan penampilan yang berbeda dari biasanya. Ya, aku dengan pakaian taatku dan teman-temanku dengan pakaian mereka seperti biasa.

     

    AKU DIBILANG SEPERTI ORANG SAKIT

     

    Aku kira dengan pakai jilbab membuat Papa Mama bangga, senang dan bersyukur, tidak tahunya justru malah membuat mereka sedih dan marah.

    Kata mereka, “Pakai pakaian apa itu yanggg”

    “Besok susah yang cari kerja,” kata Papa

    “Besok kalau kuliah kan pakai baju bebas yang, nanti tidak bisa pakai pakaian yang modis-modis gitu yang,* kata Mama

    Dan aku hanya bisa jawab, “Semua sudah diatur Allah Pa Ma.”

     

    Dan aku merasa Papa Mama jadi lain ke aku, aku jarang diajak ngobrol dengan mereka, jadi seperti ada jarak antara aku dan Papa Mama.

    Mungkin mereka kaget karena aku tidak izin dulu ke mereka untuk pakai jilbab tambah lagi memang saat itu masih sedikit sekali orang pakai jilbab tidak seperti sekarang dan apalagi aku pakai jilbab langsung dengan jilbab ukuran besar yang panjangnya sebetis aku.

    Walaupun aku merasa Papa Mama berubah aku tetap berusaha seperti biasa ke mereka.

     

    Pernah suatu ketika Mama mengajakku ke supermarket, “Yang, ayo ikut belanja,” tapi tiba-tiba Mama malah mengajak adikku, “Dek, ayo ikut Mama belanja. Mama ngga mau sama emba, emba kaya orang sakit kemana-mana pakai kaos kaki,”

    Akhirnya aku tahu, mungkin Mama malu dengan penampilanku. Tapi aku langsung mbatin semoga Mama dan adik-adik perempuanku dapat hidayah semoga mereka mau pakai jilbab juga kaya aku. Dan semoga mereka mau menerimaku dengan penampilanku sekarang ini.

     

    Alhamdulillah lama-kelamaan Papa Mama akhirnya menerimaku dengan penampilan baruku. Mereka sudah seperti biasa lagi. Justru terkadang aku mendengar omongan Papa ke teman-teman atau tetangga dengan bangganya, “Anak saya pakai jilbab awalan itu Pak Bu, orang masih jarang yang pakai jilbab tapi anak saya sudah lebih dulu pakai jilbab.”

     

    Dan kalau kami pergi mereka tidak mempermasalahkan kaos kaki lagi, masya Allah, terima kasih atas pertolongan dan kemudahanMu ya Allah.

     

    “Ada perempuan di pasar pakai jilbab pakai cadar menyuntikan racun ke semangka-semangka di pasar. Wahhhh mbak Vivi nihhh nanti bisa difitnah yang menyuntikan semangka di pasar,” kata tetangga yang mampir ke rumah menemui Mama.

    Dan Mama langsung jawab, ‘Anak saya mana bisa menyuntikan semangka di pasar ke pasar aja nggak pernah. Dan juga anak saya hanya pakai jilbab ngga pakai cadar.”

    Ahhh Mama aku bangga dan berterima kasih sama Mama, Mama sudah belain aku. Karena memang betul bukan aku pelakunya dan betul aku tidak pernah ke pasar.

     

    Kadang aku kasihan dengan orang-orang yang pakai jilbab. Hanya mau ta’at dengan perintahNya saja, cobaanNya  berat banget. Yang tidak diperlakukan tidak baik lah sama keluarga dan lingkungan rumahnya, yang diperlakukan tidak baik lah sama teman-teman sekolahnya dan masih banyak sekolah yang tidak membolehkan muridnya yang muslimah pakai jilbab.

     

    JADIAN SAMA TEMAN SEKELAS DAN KEPINCUT DENGAN KAKAK PEMBINA

     

    Tiba-tiba temen-temen Ipung pada ngomong, “Pokoknya loe harus terima Ipung Vi, Ipung mau nembak eloe, Ipung suka eloe Vi, habis loe suka godain Ipung,” kata temen-temen Ipung ke aku.

    “Yaaa gimana, memang gue suka sama laki-laki alim, pendiam dan pintar seperti Ipung gitu,”  jawabku

    Ipung teman sekelasku. Dia baik, alim,  pendiam dan pintar. Tempat duduk Ipung di belakang tempat duduk aku.

     

    Dan akhirnya, “Gue suka eloe Vi” kata Ipung

    Dan aku jwb, “Iya sama gue juga suka eloe Pung”

    “Loe mulai sekarang jadi pacar gue ya Vi,” kata Ipung

    “Iya tapi dengan syarat kalau malam minggu loe jangan ke rumah gue ya dan kalo jalan jangan jalan berdua an gitu ya Pung, jangan jalan sebelahan gitu,” aku mengajukan syarat ke Ipung

    Akhirnya aku pun jadi pacar Ipung.

    Dan ketika kami naik ke kelas dua, Ipung dan aku diamanahi sebagai pengurus rohis, Ipung jadi ketua rohis dan aku jadi bendahara rohisnya. Di rohis kami tahu tidak ada pacaran dalam Islam, tidak boleh pacaran, jd saat itu kami jadi bulan-bulanan teman-teman di sekolah, yang kata mereka, “Masa anak rohis pacaran. Masa pengurus rohis pacaran. Masa jilbaban pacaran.”  

     

    Ipung sepertinya tahu kalau aku tidak nyaman tapi kami tetap jalani seperti biasa, dengan syarat-syarat ku tetap berlaku tentunya.

    Awalan berjalan lancar,  yaaa aku merasa biasa-biasa saja.

    Kalau Ipung ajak jalan, aku buru-buru telepon Ririn aku ajak Ririn jalan temani aku dan Ipung. Dan kalau malam minggu Ipung tidak ke rumahku.

    Tapi lama-kelamaan Ipung pun protes,.”Gue ini pacar loe Vi masa malam minggu gue ngga boleh ke rumah loe. Dan kalau jalan loe selalu ajak Ririn yang akhirnya kita jalan bertigaan, loe ber 2 jalan di depan dan gue jalan di belakang kalian berdua seperti bodyguard kalian. Gue pengen berduaan aja Vi sama eloe,” kata Ipung

    Bingung deh aku harus jawab apa, karena sebenarnya aku malu kalau didatangi laki-laki apalagi kalau laki-laki itu datang sendirian. Dan aku pun malu kalau jalan berduaan sama laki-laki. Besok-besoknya Ipung pun datang ke rumah sendirian kalau malam minggu, alhamdulillahnya Papa atau Mama atau adik-adikku ikut menemani kami ngobrol. Dan kalau jalan, kami lebih sering ke toko buku, aku cari tempat umum yang ramai yang bisa santai sambil baca-baca.

     

    Ramadhan, pengurus rohis seperti biasa  mengadakan Pesantren Kilat, kami pengurus bertugas menyiapkan semua keperluan Pesantren Kilat dari menyiapkan acara sampai makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Setiap menjelang maghrib setiap mau buka puasa aku selalu lihat ada laki-laki jalan ke arah gerbang sekolah. Aku tanya ke Eva, “Siapa itu Va kok setiap mau buka puasa selalu ada yang jalan ke arah gerbang sekolah?”

    “Itu namanya Kak Adji Vi kakak pembina rohis kita juga. Kak Adji itu ngga suka masakan selain masakan pembantunya jadi kalau mau buka puasa Kak Adji pamit pulang untuk buka puasa di rumahnya,” jawab Eva.

    “Ah sombongnya,” jawabku lirih

    “Maunya buka puasa di rumah nggak mau buka puasa di sekolah bareng pembina , pengurus dan Peserta Pesantren kilat yang lain. Tapi, ya sudahlah,” batinku.  

     

    Beberapa bulan kemudian rohis mengadakan rihlah ke Taman Wiladatika Cibubur dan aku beri tugas temanku Rudi sebagai sie dokumentasi. Aku bilang ke Rudi, “Rud, foto yang penting-penting saja ya biar ngga banyak keluarin dana buat cuci filmnya, cuci fotonya.”

    “Iya,” jawab Rudi

    Tapi tidak tahunya, setelah acara rihlah, aku cuci filmnya dan aku lihat foto2nya, daaaaamn…

    “Ruuuuud, ini siapa sih kok fotonya banyak banget?,” tanyaku

    “Jangan marah Vivi sayang, itu Kak Adji Vi pembina rohis kita juga,” jawab Rudi sambil bercanda

    “Hmmmmm dia lagi,” batinku

     

    Dan jauh setelah acara rihlah, aku mendengar kabar kalau Kak Adji kakak pembina rohis kami sakit dan aku dengar juga teman-teman yang ikhwan (laki-laki) mau menjenguk Kak Adji.

    Aku ngomong ke temen-temenku, “Vivi ikut ya nengok Kak Adji.”

    “Iya boleh tapi hanya Vivi aja nihhh yang  akhwat (perempuan) yang ikut,” kata temenku yang lain

    “Iya ngga apa-apa,”jawabku

     

    Pas sampai sana kikuk juga rasanya perempuan sendiri. Dan datang waktunya sholat, teman-temanku dan Kak Adji sholat, aku ke halaman depan lihat kolam ikan. Tapi tiba-tiba aku kaget karena tahu-tahu Kak Adji sudah ada di belakangku

    “Bagus pakai gamis begitu,”kata Kak Adji

    Ahh jadi tersanjung, ge er aku dibilang begitu yang padahal aku lagi belajar pakai gamis seperti teman-teman rohis perempuanku yang lain.

    Dan terus terang setelah itu aku jadi gimana gitu sama yang namanya Kak Adji. Suaranya yang lembut yang bikin aku…aahhh…astaghfirullahaladzim

     

    MULAI BERUSAHA UNTUK MENJALANKAN PERINTAHNYA SATU-SATU

     

    Menjelang ujian kelas tiga, kami fokus belajar dengan berharap kami lancar menyelesaikan soal-soal ujian dan lulus dengan nilai yang bagus.

     

    Saatnya foto untuk di ijazah nanti. Satu-satu nama kami dipanggil ke mushola untuk foto. Dan akhirnya namaku disebut. Aku buru-buru ke musholla dan benar dugaanku disana masih ada teman-temanku yang sama-sama berjilbab. Ya, kami diminta buka jilbab ketika foto. Sudah panjang tawar-menawar kami dengan sang juru foto, yang kami minta tetap pakai jilbab dan sang juru foto juga bapak kepala sekolah kami minta kami membuka jilbab kami, minta kami tidak pakai jilbab saat difoto.

    Ahh…pilihan yang sulit buatku karena aku ingat ucapan Papa, “Nanti susah yang kalau foto untuk pas foto ngga pakai jilbab nanti dikira ngga punya telinga atau dikira cacat. Dan nanti susah masuk perguruan tinggi dan masuk dunia kerja karena foto di ijazahnya pakai jilbab nggak kelihatan telinganya.

    Dan akhirnya aku dan teman-teman membuka jilbab kami ketika difoto. Hanya Eva yang tetap pakai jilbab ketika difoto.

    “Ahh….keimanan kami masih jauh dari sempurna, kami masih mementingkan dunia daripada akhirat. Tolong maafkan kami yaaa Allah,” gumamku.

     

    Satu-satu aku mulai tahu hukumnya bagaimana di agama. Termasuk urusan pacaran yang di dalam Islam itu tidak ada. Satu-satu aku ingin memenuhi perintahNya dan menjauhi laranganNya. Salah satunya, aku mau putusin Ipung, aku tidak mau pacaran lagi. Walaupun kami, aku dan Ipung  tidak pernah berduaan atau melakukan hal-hal yang dilarang dalam Islam, tapi aku sadar aku salah. Jadi aku berniat nanti pas lulus SMA aku mau putusin Ipung.

     

    Dan hari kelulusan tiba.

    Alhamdulillah aku lulus dan akhirnya aku ngomong ke Ipung, “Kita sudahan ya, kita masing-masing saja, kalau jodoh pasti nanti ketemu lagi.”

     

    Dan setelah itu aku dan Ipung tidak pernah ketemu lagi. Kami sibuk dengan kuliah kami masing-masing. Aku kuliah di daerah Pasar Minggu dan yang aku pernah dengar Ipung kuliah di daerah Depok. Karena kampusku jauh dari rumah dan jam kuliahku banyak di sore hari sampai malam akhirnya aku ngekos dekat kampus.

    Seminggu sekali aku pulang ke rumah, kadang di jalan ketemu teman SMA yang sama-sama baru pulang kuliah juga.

    Dan dari mereka aku tahu Ipung suka nungguin aku di toko buku yang biasa aku dan Ipung singgahi pas dl kami masih sama-sama sekolah.

    Aku hanya bisa bilang, “Vivi ngekos dekat kampus jd belum  ke toko buku itu lagi. Kalau waktunya pulang ke rumah ingin rasanya mampir ke toko buku itu tapi belum sempat jadi Vivi belum ke toko buku itu lagi. Salam aja ya buat Ipung, dan tolong sampaikan ke Ipung jangan tunggu Vivi lagi,” ke temanku.

     

    Sejak kuliah selain aku sibuk kuliah aku pun sibuk di Sema (senat mahasiswa) fakultas dan di LDK (Lembaga Dakwah Kampus) masjid kampus. Tambah sibuk lagi karena aku ikut tahsin tahfidz (belajar membaca Alquran) dan kuliah di Ma’had yang mata kuliahnya keagamaan semua.

    Saat itu aku merasa bersemangat sekali cari ilmu agama, aku sering bolos kuliah hanya untuk ikut seminar atau bedah buku di kampusku atau kampus-kampus lainnya.

    Alhamdulillaah di fakultas teman-teman seangkatanku satu-satu mau ikutan kegiatan di masjid kampus dan alhamdulillahnya lagi teman-teman seangkatanku satu-satu mulai pada pakai jilbab. Kebetulan teman-temanku yang satu jurusan denganku perempuan semua.

    Aku betul-betul menikmati semua kegiatanku di kampus.

     

    Di fakultas aku aktif di senat mahasiswa fakultas. Aku jadi kenal dan dekat dengan kakak-kakak kelas. Pernah aku diamanahi sebagai sekretaris di senat, yang mau tidak mau aku jadi dekat dengan ketua senatnya. Aku anggap dia teman biasa tapi dia….ahhh lagi-lagi cobaan buat aku yang dihadapkan dengan laki-laki yang bukan muhrim aku yang suka sama aku. Yang padahal aku ingin sekali jauh dari yang namanya pacaran. Sebenarnya aku sudah tahu kalau kakak kelasku itu suka sama aku dari awal aku masuk ke kampus. Setiap sampai rumah sepulang ospek Mama selalu ngmg, “Yang tadi ada yang nelpon nanyain Vivi sudah pulang belum.” Aku tanya, “Siapa Ma?” Dan Mama selalu jawab, “Nggak tahu yang.”

    Dan kalau ospek ada yang agak berat gitu, aku selalu dipanggil sama dia, biar aku tidak ikut dikerjain sama kakak-kakak kelas yang lain yang nggojlok aku dan teman-teman seangkatanku sebagai mahasiswa baru yang sedang ospek.  Alhamdulillah kakak kelasku itu tetap jadi teman yang baik buat aku dan teman-teman seangkatan. Dia baik, dia banyak membantu kami kalau kami kurang mengerti dengan mata kuliah kami dan dia juga telaten membimbing kami di senat.

     

    Terkadang aku diamanahi untuk membina (pementor) adik-adik angkatan satu fakultas dan lain fakultas. Aku juga membina akhwat dari luar kampusku.

    Selain kegiatan di kampus, aku juga masih ikutan urus rohis di SMA ku. Aku dan alumni SMA yang dulunya pengurus rohis ada beberapa yang menjadi pembina rohis di SMA ku. Tapi Ipung tidak ikut urus rohis. Yang banyak urus rohis malah adik-adik kelasku dulu di SMA dan pembina-pembina rohis kami dulu, termasuk Kak Adji.

     

    Kreator : Septavia Siswotomo

    Bagikan ke

    Comment Closed: Hijrahku

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021