Kisah ini diawali pada hari Sabtu pagi pukul 07.00 wita, sekolah telah ramai dengan siswa-siswi beserta wali/orang tua mereka masing-masing. Saat itu masih berada di tahun 2006. Sistem sekolah masih belum berubah seperti sekarang ini. Dimana siswa-siswi punya perasaan gugup setengah mati menunggu keputusan kelulusan dari sekolah yang saat dinaunginya. Hingga pada saatnya bel sekolah berbunyi tepat pukul 08.00 wita. Panggilan untuk seluruh wali/orang tua murid kelas 3 SMA untuk memasuki ruang pertemuan. Tepat saat itu, jantung semua murid seperti sedang dipacu, menunggu wali/orang tua mereka keluar ruangan dengan membawa amplop keramat. Yah, benar. Amplop keramat yang berisi tulisan penting. LULUS atau TIDAK LULUS. Sekitar dua jam ayah dan ibu kami berada di dalam ruangan. Sekalipun kaki lelah menunggu di luar sambil berdiri, namun rasa lelah itu kalah dengan rasa gugup.
Akhirnya waktu yang dinanti telah tiba. Satu per satu ayah dan ibu kami keluar ruangan dengan membawa amplop keramat itu. Kami menyambut mereka dengan hati berdebar tidak karuan. Terlihat dari jauh sosok seorang ayah perlahan mendekat. Memberikan amplop, dan memintaku untuk membukanya sendiri. Dengan degub jantung yang tidak menentu pelan-pelan kubuka amplop itu dan kubaca isi di dalamnya. Tapi sebelumnya, kuperhatikan teman-teman di sekelilingku yang memperlihatkan berbagai ekspresi. Ada yang menangis bahagia disertai dengan sujud syukur menandakan bahwa mereka telah lulus. Ada juga yang menangis sembari menundukkan kepala dalam sedalam-dalamnya sambil dipeluk orang terdekat mereka. Sangat terlihat jelas bahwa mereka termasuk anak-anak yang mendapatkan keputusan tidak lulus sekolah.
Irama detak jantung semakin tidak menentu. Kubuka surat itu perlahan sambil memejamkan mata. Daaan Alhamdulillah, keputusan di surat itu tertulis LULUS. Perasaan sangat lega bercampur bahagia. Tidak terasa air mata mengalir dan tubuh ini bersujud untuk bersyukur atas keputusan ini. Lega karena tidak sampai mengecewakan mereka yang sudah berjuang untuk menyekolahkan. Berikutnya berjalan upacara kelulusan yang berjalan seperti biasanya.
Kehidupanmu belum selesai anak muda. Dunia perkuliahan sudah menunggumu di depan mata. Kedua orang tua yang memiliki harapan besar anaknya untuk bisa kuliah, dan Allah mengizinkan itu terwujud. Pada akhirnya diri ini masuk ke dalam dunia perkuliahan, dimana di sini dituntut untuk bisa lebih mandiri. Saat-saat awal perkuliahan, ayah selalu ada mendampingi. Melalui panas terik dengan berjalan kaki ke kampus sampai dengan mendapatkan tempat tinggal. Hampir menyerah, karena lelah. Tetapi saat itu diri ini berdoa dan bergumam dalam hati, “Ya Allah, izinkan nanti ayahku bisa ada di sampingku saat aku telah diwisuda”.
Masa-masa proses pendaftaran kuliah, di sinilah saya dipertemukan dengan para kakak-kakak tingkat yang banyak sekali berjasa dalam proses perubahan diri ini. Dari sekian banyak orang yang ada di sana, merekalah yang lebih dahulu mengulurkan tangannya untuk memberikan bantuan. Mereka berhasil mengambil hati ini dengan tutur kata yang lembut dan tertata. Pakaian yang sangat rapi, anggun, tertutup dan syar’i. Senyum, sapa, salam, sopan, santun yang selalu direlihatkan. Wawasan mereka yang luas sehingga selalu nyaman untuk menjadi tempat bertanya. Dan yang terpenting, semangat mereka dalam belajar serta menebar kebaikan dimanapun berada. Itu semua memotivasi diri ini untuk berubah ingin menjadi seperti mereka.
Perlahan tapi pasti, di tahun pertama cara berpakaian ini mulai sedikit demi sedikit mengalami perubahan. Mulai merasa nyaman dengan pakaian panjang dan tertutup. Dan Allah semakin dekatkan diri ini dengan teman-teman yang sangat baik dan memiliki frekuensi dan keingingan yang sama untuk berubah. Semakin sering mengikuti kajian dan bertemu dengan komunitas yang berjuang dalam kebaikan. Itu semua dilakukan berawal dari keterpakasaan, kemudian semakin tertarik dan Allah mudahkan untuk beraktivitas dalam kebaikan tersebut dengan sepenuh hati.
Dalam proses ini, saya dapat menyimpulkan. Untuk merubah seseorang tidak cukup hanya dengan berkata-kata. Tapi berikan teladan nyata sehingga menarik orang untuk bisa melakukan perubahan secara suka rela. Tetapi tetap diberikan penguatan bahwa berubahlah bukan karena manusia. Karena manusia tempatnya mengekecewakan dan dikecewakan. Dikuatkan dengan doa agar Allah jaga selalu dalam keistiqomahan.
Kreator : Lasri Awaliah
Comment Closed: Hijrahku
Sorry, comment are closed for this post.