Kebanyakan dari kita kalau diterima kerja entah itu di sebuah perusahaan, pabrik, toko atau dimanapun pasti akan bercerita seperti apa tempat kita bekerja. Ceritanya ke teman, tetangga, saudara. Dari pengalaman saya, sebaiknya tidak perlu cerita berlebihan atau seenak apa tempat kita bekerja. Apalagi kita punya Privilege tersendiri di tempat kita bekerja.
Saya ambil contoh pengalaman pribadi. Saya bekerja di Kantor Properti sebagai Training. Saya bisa masuk ke Perusahaan Properti sama sekali tidak ngelamar layaknya orang cari pekerjaan. Saya bisa bekerja di Perusahaan Properti ini karena pengelolanya adalah kenalan saya awal merintis jualan online tahun 2012. Nggak sengaja saya ketemu kenalan saya ini di sebuah workshop.
Lalu saya cerita apa saja kegiatan selama ini dan akhirnya kenalan saya ini tertarik untuk merekrut saya buat jadi karyawannya. Dan saya pun bersedia. Privilege pun saya dapatkan. Ketika tidak ada anak PKL yang di Training, saya masuk kantor dan bebas mau datang jam berapa saja tanpa khawatir kena hukuman, peringatan atau potong gaji. Saya juga dapat uang harian yang sama dengan karyawan yang harus datang tepat waktu selama bekerja.
Lalu, hasil pekerjaan saya tidak pernah dipertanyakan atau ditagih. Tapi untuk yang satu ini saya cukup tahu diri. Saya harus inisiatif menceritakan hasil pekerjaan saya ke atasan meski saya kenal dia. Dan karyawan disana sama sekali tidak ada yang iri, dengki apalagi kelewat benci sama saya. Karena saya juga nggak ganggu mereka sama sekali apalagi nunjukin Privilege saya selama di kantor.
Jadi kita semua di situ saling menghormatilah, nggak pakai acara sikut sikutan atau sirik sirikan. Intinya adalah saya nyaman dengan pekerjaan ini. Saya bersyukur bisa kerja di kantor properti milik kenalan saya ini.
Ketika di rumah, saya hampir menceritakan semua Privilege saya sama keluarga. Dan apa yang terjadi. Keluarga saya jadi manipulatif. Semua tagihan rumah suka tidak suka saya yang harus bayar. Terkadang, ada anggota keluarga saya beli sesuatu tapi saya yang mesti bayar. Karena tahu saya bisa masuk jam berapa aja, anggota keluarga saya jadi malas malasan buat bersihkan rumah. Dan menyerahkan hampir semua pekerjaan rumah ke saya semua.
Terkadang, ada juga orang tua yang mau enaknya sendiri misal minta gaji lebih besar, gajiannya minta diberikan lebih dulu dari karyawan yang lain atau minta hutang besar dari kantor tapi nyicil hutangnya sesuka hati. Mentang-mentang anak dapat Privilege jadi seenaknya menggunakan Privilege sesuai kepentingan. Kalau nggak diturutin, ntar di ancam macam-macam sama orang tua. Atau diberi label buruk sama orang tua.
Misal anak durhaka, nggak diakui anak lagi atau orang tua pasang muka sedih biar anak iba dan segera nuruti kemauan orang tua. Kenapa nggak bilang ke orang tua dan saudara kandung kalau semua kemauanmu nggak bisa di kabulkan? Jawabannya adalah sudah. Tapi tidak semuanya mau mengerti. Bahasanya begini deh, kamu boleh marah, benci, kesel atau emosi yang lainnya. Tapi habis itu tetep, kamu rapikan seisi rumah. Kamu turuti semua kemauan kita.
Jadi repot sekali berurusan sama orang yang sifatnya selalu menang. Maka dari itu, ada baiknya untuk tidak cerita Privilege yang kita dapatkan di tempat kerja kepada Keluarga atau teman kita. Kalaupun mau cerita, lihat dulu orangnya lah. Apa dia ikut merasa senang dengan kemudahan yang kita dapatkan? Atau dia malah jadi nggak suka dengan kemudahan yang kita dapatkan?
Kalau ada rasa ragu takut hal buruk terjadi sebaiknya tidak udah cerita Privilege yang kita dapatkan ke Keluarga atau Teman. Yang aman adalah cerita ke orang yang nggak kita kenal atau sekedar ketemu sekali aja.
Brayu, 9 Desember 2022
Comment Closed: Hindari Cerita Privilege-mu di Kantor
Sorry, comment are closed for this post.