Bel tanda istirahat telah berbunyi, setelah bapak dan ibu guru meninggalkan kelas, para siswapun secara teratur keluar kelas untuk memburu berbagai macam makanan yang telah tersedia di kantin sekolah.
Begitupun dengan Malisa yang segera menutup kegiatan pembelajaran ketika bel istirahat telah terdengar, ia ingin para siswa memaksimalkan waktu istirahatnya untuk merefresh kondisi fisik dan mentalnya agar siap kembali untuk belajar di jam berikutnya.
Setumpuk kertas dibawa nya ke ruang guru. Hasil tugas siswa Minggu lalu kini ada dalam genggamannya. Iapun mulai memeriksanya satu per satu, Apa yang menarik dari pelajaran kimia? Kebanyakan jawabannya sama persis atau menyalin dari google. Menjadi seorang guru di era informasi saat ini tidak boleh kalah pintar dari google, pikir Malisa. Malisa jadi merindukan saat-saat ia menjadi siswa SMU. Saat itu belum ada handphone, ia harus ke perpustakaan kalau ingin mencari informasi tambahan mengenai materi pelajaran yang sedang dipelajari nya. Informasi di perpustakaan pun terbatas.
“Menurut saya yang paling menarik dari pelajaran kimia adalah tentang ikatan kimia, bagaimana atom-atom yang belum mencapai konfigurasi elektron stabil, akan berikatan dengan atom lain membentuk molekul unsur atau molekul senyawa, seperti manusia juga kalau sedang galau pasti mencari teman atau mencari jodoh ya bu”
Malisa hanya tersenyum membaca tulisan itu. Para siswa jaman sekarang bicaranya lebih berani dan blak-blakan. Ketika dikelas pun Malisa kadang hampir kewalahan menghadapi spontanitas para siswa nya itu.
“Dan apa manfaatnya itu?” Celetuk seorang siswa ketika Malisa menjelaskan tentang salah satu materi di semester sebelumnya. Begitulah mereka tingkahnya seringkali tak terduga, kadang begitu manis membuat Malisa berbunga-bunga kadang begitu kritis membuat Malisa seperti hampir kena serangan jantung.
Malisa pun kembali meneliti lembar tugas para siswa
“Saya teringat waktu belajar kesetimbangan kimia dimana reaksi kimia dapat mengalami reaksi bolak-balik yang kesetimbangannya dapat bergeser jika dipengaruhi faktor-faktor tertentu. Dengan kata lain suatu reaksi kimia dua arah yang sudah mencapai kesetimbangan dapat memberikan respon jika diberikan aksi. Mirip mahluk hidup bukan? Responnya kesetimbangan dapat bergeser ke arah product atau ke arah reaktan.”
Wow, ada yang membahas kesetimbangan kimia. Batin Malisa. Materi itu sebenarnya agak membutuhkan pemahaman tingkat tinggi.
Setelah memeriksa semuanya, Malisa melihat di daftar nilai ada beberapa siswa yang belum menyerahkan tugas, salah satunya adalah Arlie Dwiyantie.
***
“Maaf ya Arlie, ibu memanggilmu setelah pulang sekolah seperti ini, kau pasti lelah dan ingin segera sampai di rumah.” Malisa mulai berbicara pada Arlie.
“Eh,,, hm,,, tidak apa-apa Bu, rumah saya dekat.” Sebenarnya Arlie sudah menduga kenapa ia dipanggil, pasti gara-gara belum mengumpulkan tugas.
“Mungkin kamu juga sudah tahu kenapa ibu memanggilmu.”
“Tujuan ibu memanggilmu karena ingin menanyakan kenapa kau belum mengumpulkan tugas yang terakhir?” Tanya Malisa dengan lembut
Benar kan, batin Arlie.
“Mohon maaf Bu.” Jawab Arlie “saya kurang mengerti kimia.”
“Kau cuma belum berusaha dengan maksimal Arlie, memahami Kimia memang butuh proses. Salah satunya mengerjakan tugas yang diberikan guru. Sekarang kan teknologi sudah canggih, kau bisa mengerjakan tugas dengan bantuan internet.”
“Saya sudah berusaha memahaminya Bu, tapi tetap saja sulit, dan seperti yang pernah ibu bilang, kita harus punya orisinalitas dalam mengerjakan tugas. Kalau cuma menyalin dari internet tanpa ada proses berfikir, bagaimana kita mau paham?”
Jawab Arlie sok idealis.
“Wah betul sekali itu.” Jawab Arlie “kita harus punya prinsip sendiri dalam mengerjakan tugas, dan tidak asal menyalin.”
“Iya Bu.” Kata Arlie pelan.
“Memang sih segala sesuatunya tidak bisa dipaksakan. Setiap orang punya kesenangannya sendiri pada setiap pelajaran.”
“Iya Bu, maafkan saya.”
“Tidak apa-apa, tapi kamu tetap harus punya nilai tugas.”
“Jadi bagaimana Bu.”
“Kita diskusi secara lisan saja ya…”
“Baik Bu.”
“Kau tahu garam dapur?”
“Tau Bu, yang rasanya asin kan?”
“Nah, tiap materi kan ada rumus kimia nya, misalnya Oksigen yang kita hirup rumus kimia nya O2, kalau garam dapur rumusnya apa ya…?”
“Apa ya Bu, saya lupa “
“Rumus kimia garam dapur adalah NaCl.”
“Unsur Na adalah logam yg mudah meledak jika terkena air. Sementara Unsur Cl2 adalah gas beracun. Keduanya tidak mungkin bisa dikonsumsi kan?”
“Oh iya Bu” Arlie mulai antusias
” Iya, tapi setelah keduanya bergabung, akan menghasilkan senyawa dengan sifat yang berbeda, malah digunakan untuk zat aditif pada makanan.”
“Oh,,, saya baru tahu jadi sifat senyawa itu berbeda dari unsur pembentuknya ya Bu…”
Tiba-tiba Arlie mulai paham tentang kimia.
“Alhamdulillah kau mulai paham.”
“Tapi Bu, garam kan berasal dari air laut?”
“Nah siapa yang menciptakan laut dan mereaksikan unsur-unsur di alam menjadi senyawa sehingga dapat menunjang kehidupan mahluk di bumi?”
“Allah swt Bu,,,”
“Benar sekali, dengan belajar kimia kita juga bisa merenungkan kebesaran-Nya lewat ciptaan-ciptaanNya yang menakjubkan.”
“Subhanallah ya Bu… Seperti ada yang mengatur alam ini…”
“Betul sekali Arlie”
***
Hujan pun turun dengan derasnya. Molekul-molekul H2O Bersatu membentuk tetesan-tetesan air yang terjun dari langit lalu menghantam bumi dengan begitu kuatnya. Suara gemericik air hujan mengiringi Langkah Arlie di koridor sekolah yang bergegas keluar meninggalkan ruang guru. Kali ini Arlie tidak mengeluh walau hujan turun dengan lebat dan harus membuatnya menunggu sebelum pulang ke rumah.
Kenapa harus membenci hujan? sementara Pelangi muncul setelah derasnya hujan. Dan kenapa harus membenci pelajaran kimia? sementara dengan belajar kimia kita jadi lebih mengenal lingkungan sekitar kita.
Comment Closed: I LOVE CHEMISTRY (Part 2)
Sorry, comment are closed for this post.