KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • basedonmyrealitylife
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Ibu, Aku Rindu!

    Ibu, Aku Rindu!

    BY 07 Des 2022 Dilihat: 173 kali

    Oleh : Irma Muthiah saleh

        Sudah dua puluh dua tahun waktu itu berlalu. Hari dikala terakhir kulihat wajahmu, pucat dengan tubuh terbujur kaku. Sekujur tubuhmu dingin. Tak ingin rasanya melepas tubuhmu ibu. Tubuh dengan dua tangan kokoh yang selalu terbentang untukku. Tangan kokoh yang menggendong kesana kemari di waktu aku bayi. Menuntunku ketika aku beranjak menjadi kanak yang lincah. 

           Kini aku belajar menjadi wanita tegar sepertimu. Wanita yang tetap sabar meski berbagai kepahitan hidup menjajari langkah-langkahmu. Wanita yang tetap tegar berjuang mendampingi sang suami yang berjuang menahan sakit yang seakan enggan menjauh selama bertahun-tahun. Bahkan hingga Tuhan Pemilik jiwa setiap hamba memanggilnya untuk kembali. 

           Ibu, kutahu perjuanganmu makin berat setelahnya. Kutahu hatihmu pedih ditinggal suami tercinta.  Kutahu engkau lelah berjuang sendiri tanpa pendamping. Tiada pendamping untuk berbagi cerita, berbagi asa akan mimpi masa depan. Kutahu hari-harimu makin berat ibu.

           Ibu, di penghujung malam ini tiba-tiba kerinduan itu menusuk-nusuk jiwa. Rindu ketika mengenang masa-masa indah bersamamu. Perih membayangkan engkau berjuang sendiri ketika kami anak-anakmu sedang menuntut ilmu jauh darimu. Rupiah demi rupiah engkau kirimkan untuk bekal kami yang sedang belajar di kota yang jauh dari kampung kecil kita. 

          Terbayang betapa keras perjuanganmu ibu. Hidup serba sederhana. Berbekal sepetak sawah dan ladang peninggalan ayah, engkau bertahan dan membiayai pendidikan kami hingga usai.  Kami harus belajar untuk hidup sederhana dan tidak banyak menuntut karena kami sungguh faham perjuanganmu sungguh berat. Kami harus rela berjalan kaki demikian jauhnya untuk sampai ke kampus demi mengirit biaya bulanan yang tidak sedikit.

           Malu? Sungguh kata itu tidak ada dalam kamus kami saat itu karena kami sadar engkau telah berjuang keras untuk kami. Bisa membayar uang kuliah dan membeli makanan untuk bertahan hidup sudah lebih dari cukup buat kami.  Ibu masa-masa bersamamu menorehkan kisah indah. Masa-masa kebersamaan yang juga ingin kami torehkan pada lembaran-lembaran cerita putra putri kami, cucu-cucumu. 

           Ibu! aku dan adikku, anak-anakmu tercinta bertekad untuk saling mengasihi sebagaimana engkau mengasihi kami berdua. Lihatlah ibu, kini kami sudah semakin tua dengan putra-putri yang sudah beranjak dewasa. Waktu berlalu namun kenangan tentangmu tak lekang oleh zaman. Kerinduan untukmu tetap menyala seiring harapan dan do’a semoga Sang Pemilik kehidupan ini kelak mempertemukan kami denganmu, mengumpulkan kami bersamamu, Bersama ayah. Berkumpul bersama di Syurga-Nya. 

           Ya Rabb pertemukan aku dengan wanita terkasih, ibuku dan kumpulkan lah aku bersamanya di syurga-Mu.

    Bagikan ke

    Comment Closed: Ibu, Aku Rindu!

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak lahir begitu saja. Di balik perumusan lima sila yang menjadi pondasi bangsa ini, ada pemikiran mendalam dari para tokoh pendiri bangsa, salah satunya adalah Soekarno. Pemikiran Soekarno dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Lalu, apa saja pemikiran Soekarno tentang dasar negara […]

      Des 02, 2024
    • Rumusan dasar negara yang dikemukakan oleh Mr. Soepomo memiliki peran sangat penting dalam pembentukan dasar negara Indonesia. Dalam sidang BPUPKI, Mr. Soepomo menjelaskan gagasan ini dengan jelas, menekankan pentingnya persatuan dan keadilan sosial. Dengan demikian, fokusnya pada teori negara integralistik membantu menyatukan pemerintah dan rakyat dalam satu kesatuan. Lebih lanjut, gagasan ini tidak hanya membentuk […]

      Okt 21, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021