KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Ibuku, Inspirasiku : Kisah Perjuangan Seorang Ibu yang Sukses Menjadikan 11 Anaknya Sarjana

    Ibuku, Inspirasiku : Kisah Perjuangan Seorang Ibu yang Sukses Menjadikan 11 Anaknya Sarjana

    BY 19 Jul 2024 Dilihat: 370 kali
    Kisah Perjuangan Seorang Ibu yang Sukses Menjadikan 11 Anaknya Sarjana_alineaku

    Tahun 2003 adalah tahun yang tidak bisa kulupakan sepanjang hidupku. Tahun paling suram, dimana aku kehilangan seorang bapak. Tidak hanya sebagai bapak, namun beliau adalah sang surya yang senantiasa menyinariku dalam kegelapan. Kala itu duniaku seakan runtuh, pun demikian dengan ibu. Masih terpatri kuat di ingatanku, ibu beberapa kali pingsan Ketika melihat bapak akan dimakamkan. Rasa kehilangan yang mendalam itulah yang kami rasakan. Pikiranku menerawang ditengah isak tangis saudara – saudaraku, yang ada dalam benakku waktu itu adalah bagaimana aku bisa melanjutkan kuliah tanpa bapak?

    Aku adalah anak kedelapan dari 11 bersaudara. Kehidupanku sama dengan anak dusun kebanyakan yang sehari – hari berkutat dengan kehidupan pedesaan. Berenang di sungai, bertelanjang kaki menginjak rerumputan, bermain lempar lumpur di areal persawahan adalah hal biasa bagiku. Namun, mengenai Pendidikan, bapak dan ibu menerapkan Pendidikan yang sangat ketat dan disiplin. 

    Bapak selalu memberi nasehat kepada kami bahwasanya beliau rela menjadikan kepala untuk kaki dan kaki untuk kepala demi membiayai anak – anaknya sampai dengan perguruan tinggi. Pemikiran itu yang seringkali mendapat cibiran dan cemoohan dari para tetangga yang notabene meragukan, apakah bisa anak dusun bisa sekolah sampai perguruan tinggi, SMA saja sudah sangat beruntung. Tidak bisa disalahkan juga, Ketika orang-orang di desaku mencemooh seperti itu, karena sebagian besar anak – anak di desaku tidak bisa melanjutkan pendidikan ke sekolah yang lebih tinggi. Mirisnya lagi, anak – anak perempuan yang sudah lulus SD akan segera dinikahkan. 

    Sepeninggal bapak, perekonomian keluargaku morat marit. Ibu yang hanya seorang ibu rumah tangga, gelagapan tidak tahu caranya menghasilkan uang untuk menghidupi kami, sebelas anaknya. Almarhum Bapak yang bekerja sebagai PNS, hanya meninggalkan uang pensiunan untuk keperluan makan sehari – hari. Hanya mengandalkan gaji pensiunan bapak tentunya tidak cukup untuk biaya kuliah dan sekolah kami. Jangankan biaya sekolah. untuk makan sehari-hari pun terkadang masih kurang. Bagaikan berjalan terseok – seok di bukit yang terjal dan berbatu dengan membawa beban yang sangat berat. Itulah perumpamaan yang bisa aku gambarkan mengenai kondisi kami saat itu. 

    Suatu Ketika aku melihat ibu terisak di sudut kursi tamu. Tidak seperti biasanya ibuku menangis seperti itu. Karena sepengetahuanku, Sepahit apapun kehidupan yang kami jalani, ibu akan tetap tersenyum di hadapan kami, anak-anaknya. Kuberanikan diri mendekati ibu dan bertanya dengan hati-hati. Ibu bercerita sesenggukan, air matanya tumpah ruah membasahi kedua pipi ibu. Ternyata sewaktu ibu belanja di Mak Tursiyah, belanjaannya yang sudah ibu kumpulkan di plastik dan sudah dihitung, diminta Kembali oleh Mak Tursiyah, dikarenakan ibu berniat berhutang karena tidak ada uang sepeserpun. Betapa malunya ibu diperlakukan seperti itu didepan ibu – ibu lain yang sedang berbelanja. Mata – mata mereka seolah mencibir dan merendahkan ibu. Bahkan ada seorang ibu yang nyeletuk, “tidak usah sok – sokan kuliah, belanja sayur saja tidak mampu.’ Mendengar cerita ibu, seketika darahku naik, amarahku membuncah didada, ingin sekali kurobek mulut-mulut kotor mereka yang telah menghina ibuku. Tangan kukepal erat dan berjanji dalam hati akan sukses kelak dan menekuk hinaan, cemoohan dan cibiran para tetangga.  

    Ibuku yang sekarang bukanlah ibuku yang dulu. Dulu ibu sehari-hari disibukkan dengan mengurus kami dan rumah saja. Sekarang ibu harus membanting tulang siang dan malam guna mencukupi biaya sekolah kami. Kata ibu, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah berkehendak. Man jadda Wa Jadda, kun fayakun. Pekerjaan apapun dilakukan oleh ibu, mulai dari menjahit, merias pengantin, dan menjual kue dan es lilin yang dititipkan ke warung tetangga. Ibu juga rajin menanam berbagai sayur mayur dan buah – buahan di pekarangan samping rumah, seperti cabe, bayam, tomat, pepaya, mangga dll. 

    Kami sebagai anak-anaknya tidak berpangku tangan membantu  meringankan ekonomi keluarga. Aku dan adik-adikku seringkali ikut menjadi buruh mengupas kulit bawang merah di Juragan Wito. Kakak Perempuan tertuaku juga seringkali mendapat pesanan membuat kue dan snack dari teman – teman kuliahnya. Semua kakak laki – lakiku tiap sore mencari rumput dan dedaunan untuk makan kambing-kambingnya.

    Tahun demi tahun dijalani dengan tertatih-tatih. akhirnya perjuangan dan kerja keras ibu membuahkan hasil. Satu demi satu, 11 orang anaknya menjadi sarjana di berbagai bidang ilmu. Anak pertama lulus dari AMN (Akademi Maritim Nusantara), cilacap. Anak kedua menjadi Dokter Umum. Anak ketiga menjadi Analis Kesehatan. Anak ke-empat menjadi Sarjana Teknik Mesin. Anak ke-lima menjadi Sarjana Pertanian. Anak keenam dan ketujuh menjadi perawat. Aku, anak ke-delapan menjadi Sarjana Teknik Lingkungan. Anak ke-sepuluh menjadi Sarjana Pendidikan dan si bungsu menjadi Sarjana Teknik Informatika.

    Sampai detik ini aku masih takjub dan bertanya-tanya. Kekuatan apa yang ada di dalam diri ibu, sehingga bisa mengentaskan kami semua dari perguruan tinggi. Padahal beliau sendiri hanyalah lulusan MTS (SLTP). 

     Kini sudah saatnya ibu menikmati hasil dari pengorbanannya. Tunai sudah janji ibu kepada bapak, untuk menyekolahkan kami hingga sarjana. Kami akan senantiasa mengingat jasa dan perjuangan ibu membesarkan dan menyekolahkan kami hingga menjadi sarjana. Sembah sungkem untukmu ibu, kucium kakimu sebagai tanda bakti kami karena memiliki seorang ibu yang kuat dan tegar laksana batu karang di lautan. 

     

     

    Kreator : Roro Nawang Wulan

    Bagikan ke

    Comment Closed: Ibuku, Inspirasiku : Kisah Perjuangan Seorang Ibu yang Sukses Menjadikan 11 Anaknya Sarjana

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021