Aku anak ketiga dari tiga bersaudara. Yang terlahir normal dari rahim seorang ibu yang tangguh, sederhana, sabar, penuh semangat, dan juga penuh kasih sayang. Ibuku adalah seorang guru di sekolah dasar. Keseharian beliau selain menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga juga menjalankan tugasnya sebagai Abdi Negara. Pekerjaan yang tidak mudah bagi seorang perempuan untuk membagi waktunya. Mengurus suami, dengan tiga anak yang usianya berdekatan sekaligus dengan tugasnya sebagai seorang guru di sekolah.
Setiap hari beliau tetap semangat menjalankan tugasnya. Sebelum shubuh harus bangun mencuci, memasak, dan aktivitas lainnya agar tidak terlambat untuk bekerja. Adzan subuh pun berkumandang tak lupa sholat berjamaah dengan bapak yang kemudian di lanjutkan menyiapkan semua bekal keperluan anak-anaknya. Bapakpun ikut serta membantu ibu karena memang bapak juga bekerja.
Ketika jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi semua sudah siap untuk sarapan bersama dan sudah menyiapkan perlengkapan masing-masing. Usai sarapan kami bertiga pamit untuk berngkat ke sekolah bersama dengan jalan kaki yang kebetulan sekolah kami hanya berjarak 200 meter dari rumah. Bapak dan Ibu berangkat bekerja dengan memakai sepeda ontelnya masing-masing. Namun kebetulan tempat ibu bekerja lebih jauh daripada tempat bapak bekerja. Walau begitu ibuku tidak pernah pantang menyerah, beliau setiap hari pulang pergi dengan semangat mengayuh sepedanya dari rumah ke sekolah dengan jarak 2,5 kilometer. Sehingga setiap harinya ibu mampu menempuh jarak lima kilometer dengan bersepeda. Sesampai di rumah beliau pun langsung melanjutkan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga. Begitu seterusnya
Perjuangan ibu tidak hanya itu, setiap perjalanan menuju tempat bekerja selalu saja ada ujian. Entah itu ban sepeda yang bocor dan harus berjalan dengan menuntun sepeda sampai pada desa selanjutnya karena kebetulan tempat bekerja ibu di sepanjang jalan hanya ada tambak tambak penduduk. Selain itu terjatuh dari sepeda pun juga sering dialaminya karena memang jalannya masih berupa tanah. Apalagi jika musim penghujan, ibu pun harus berjuang melewati jalan berlumpur sepanjang lima kilometer pulang pergi. Jatuh bangun dilewati oleh ibu dengan tetap semangat dan pantang mengeluh apalagi untuk menyerah. Tidak lain semua hanya demi keluarga tercintanya.
Ibuku adalah pahlawan bagiku. Setiap apa yang beliau lalui tak pernah ada kata putus asa apalagi menyerah. Kaki bengkak, tidak bisa berjalan bahkan sempat harus istirahat di rumah tiga hari pasca terjatuh dari sepeda sepulang dari sekolah tempat beliau bekerja itupun tidak menjadikan beliau untuk berhenti bekerja. Semangat juang yang beliau punya menjadikan motivasi tersendiri bagiku bahwa wanita harus selalu kuat dan pantang untuk menyerah demi keluarga tercinta.
Perjuangan ibu kan selalu ku kenang sepanjang hidupku. Semangat dan ketulusan ibu kan selalu ku amalkan dalam kehidupanku. Kan ku buktikan bahwa anakmu ini akan dapat menjadikan kebangganmu di hari tuamu ibu. Aku akan selalu berusaha yang terbaik demi kebahagiaan ibu di hari tua nanti. Doa tulus yang selalu kan kupanjatkan disetiap hembusan nafasku. Ibu. Doa tulus dan terbaik pula yang akan senantiasa terlangitkan buat kedua orang tuaku. Semoga setiap tetesan keringat ibu bapakku nanti kan terbalaskan dengan kebaikan terbaik dari Allah S.W.T.
Aamiin…..
Kreator : Tri windyastutik
Comment Closed: IBUKU PAHLAWANKU
Sorry, comment are closed for this post.