Ideal itu nanti, di kehidupan sesudah mati.
Disini, di bumi renta ini, baiknya memantas diri.
Supaya kelak, Bumi Baru boleh dimasuki.
Ideal di bumi ini, sejatinya belum dimengerti.
Segalanya tergantung pada cara pandang dan persepsi.
Tergantung kasih semesta yang setia pada tatanan diri.
Ideal itu nanti, di balik kesudahan diri.
Ketika segala yang fana melayang pergi.
Dan yang tinggal hanya jiwa ini, sendiri.
Adakah yang berani pasti menemani?
Menemani jiwa yang kelak sendirian?
Tanpa raga, tanpa apa-apa?
Adakah?
Ideal itu nanti, di Bumi Baru yang sedang terus bersiap diri.
Menjadi tempat terbaik untuk raga kekal tak bertepi.
Tempat untuk ideal sejati, yang sekarang, di bumi renta ini,
berusaha dipahami setengah mati.
Ideal itu nanti, di keabadian yang tak terbayangkan.
Ketika tubuh kembali ke titik nadirnya.
Ketika ruh kembali pada Sang Pemberi.
Ketika jiwa menjadi sebatang kara.
Tanpa apa-apa, tanpa siapa-siapa.
Hanya jiwa, menunggu raga kekal, yang entah bagaimana.
Ideal itu nanti, disana, tidak disini, tidak di bumi renta ini.
Ketika raga baru diberi.
Ketika tua tidak ada lagi.
Ketika nestapa bumi renta ini menjadi memori.
Ketika segala yang sempurna mendapatkan tempatnya.
Sempurna yang tidak bercacat-cela.
Ideal itu nanti.
Ketika jiwa mendapatkan tubuh kekalnya.
Dimulailah kehidupan kekal sesudah kematian itu.
Ketika Sang Raja bertahta di kerajaan-Nya.
Kerajaan Sorga namanya.
Hari kesembilan Oktober yang panas banget.
Kreator : E.B. Mustafa
Comment Closed: Ideal
Sorry, comment are closed for this post.