KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Aksi » Identitas Baru

    Identitas Baru

    BY 27 Jun 2024 Dilihat: 55 kali
    Identitas Baru_alineaku

    Selama  setahun yang berlalu di alam Nadvore, Ilta tumbuh menjadi sosok yang lebih kuat dan bijaksana. Ia mulai memahami tujuan besar di balik ujian kandidat Utusan Sang Ilahi yang dihadapinya, persiapan untuk peran yang akan diembannya sebagai Utusan Sang Ilahi.

     

    Ketika waktunya di Nadvore hampir habis, semua leluhurnya berkumpul untuk memberikan selamat tinggal. Vadim, Borislav, Milena, dan Zora berdiri bersama di bawah sinar matahari yang lembut, memandang Ilta dengan penuh kebanggaan dan harapan.

     

    “Kau sudah siap, Ilta,” kata Vadim, menggenggam tangan Ilta erat. “Kau telah belajar banyak dan menjadi lebih kuat. Kerajaan Zima membutuhkanmu. Ingatlah semua yang telah kau pelajari di sini, dan gunakan kekuatanmu untuk kebaikan.”

     

    Borislav menambahkan dengan senyuman bangga, “Jangan pernah lupakan ketenangan dalam setiap gerakanmu, dan ingatlah bahwa keseimbangan adalah kunci dalam setiap pertarungan.”

     

    Milena menyentuh bahu Ilta dengan lembut. “Gunakan pengetahuanmu tentang penyembuhan untuk melindungi dan menyelamatkan orang lain. Kekuatanmu bukan hanya untuk bertarung, tetapi juga untuk melindungi dan menyembuhkan.”

     

    Zora mengakhiri dengan kata-kata bijaknya, “Jadilah pemimpin yang bijaksana dan adil. Percayalah pada ajaran Sang Ilahi dan pada dirimu sendiri. Dengan itu kamu bisa menghadapi segala tantangan.”

     

    Dengan penuh keyakinan, Ilta mengucapkan selamat tinggal kepada semua leluhurnya dan mempersiapkan diri untuk kembali ke alam Zivotu, di mana tantangan baru dan takdir yang menantinya telah siap untuk dihadapi.

     

    Ilta duduk sendirian di tepi danau yang tenang, merenung dalam-dalam. Pikirannya dipenuhi dengan bayangan dirinya di masa lalu yang muncul dari dalam alam bawah sadarnya. Bayangan itu berdiri di hadapannya, wajahnya memantulkan rasa ketakutan dan keraguan yang mendalam.

     

    “Ilta, kau tidak akan pernah bisa lari dari kegelapan,” kata bayangan itu dengan suara dingin yang menggetarkan hati Ilta. “Kau harus menghadapiku, mengalahkan ketakutanmu.”

     

    Ilta menatap bayangan itu dengan penuh kebingungan dan sedikit ketakutan. Dia merasa seolah sedang berhadapan dengan bagian dari dirinya yang selama ini ingin dia sembunyikan, rasa takut akan kegagalan dan keraguan akan kemampuannya sendiri.

     

    Namun, dibalik keruhnya pikiran, Ilta mengingat semua pelajaran yang telah dia terima dari para leluhurnya. Dia mengingat kata-kata bijak Vadim tentang mengendalikan emosi dan kemampuan Indigo. Dia mengingat nasihat Borislav tentang menemukan ketenangan dalam setiap gerakan. Dia mengingat bagaimana Milena mengajarkan kekuatan dalam penyembuhan dan perlindungan. Dan dia mengingat Zora yang mengajarkannya harus percaya pada ajaran Sang Ilahi.

     

    Dengan tekad yang membara, Ilta menghadapi bayangan dirinya sendiri. “Aku tidak akan menyerah padamu,” kata Ilta dengan suara yang tegas, meskipun hatinya berdebar kencang. “Aku menerima diriku dengan segala kelebihan dan kelemahanku. Aku siap untuk menghadapi tantangan apa pun.”

     

    Bayangan itu melihat ke dalam mata Ilta, mencari kelemahan atau keraguan. Namun, yang ditemuinya adalah kekuatan yang tumbuh dari dalam, keputusan yang kokoh untuk tidak lagi bersembunyi di balik bayangan-bayangan yang menakutkan.

     

    Tiba-tiba, bayangan itu menyerang dengan kecepatan kilat, memaksa Ilta untuk bertarung. Pertarungan itu sengit, penuh dengan serangan dan pertahanan yang memerlukan seluruh keterampilan yang telah Ilta pelajari. Bayangan itu mencerminkan setiap gerakan Ilta, menantangnya dengan setiap serangan dan jebakan yang tidak bisa dibayangkan.

     

    “Apakah ini semua yang kau punya, Ilta?” tanya bayangan itu dengan ejekan, sambil melemparkan serangan energi gelap yang Ilta hindari dengan lincah.

     

    “Aku baru memulai,” jawab Ilta, mengerahkan energi alam dengan kemampuan Indigo yang dia pelajari dari Vadim. Tangannya bersinar terang, memanggil kekuatan air dari danau di sekitarnya. Sebuah gelombang air menyerang bayangan itu, namun bayangan tersebut hanya tersenyum sinis dan memanggil energi hitam untuk membelah gelombang tersebut.

     

    Bayangan itu mengayunkan tangannya, mengirimkan gelombang energi gelap ke arah Ilta. Ilta merasakan serangan itu mendekat dan dengan cepat mengerahkan kekuatan tanah, menciptakan perisai batu besar untuk melindunginya. “Kau lupa, aku juga belajar dari Borislav,” katanya sambil melompat ke arah bayangan, menyerang dengan serangkaian tendangan cepat.

     

    “Jangan menganggap remeh aku,” jawab bayangan itu sambil menghindari setiap serangan dan kemudian meluncurkan pukulan telak yang memukul mundur Ilta beberapa meter ke belakang. “Aku adalah semua ketakutanmu, kau tidak akan pernah menang!”

     

    Ilta terjatuh, namun dia segera bangkit kembali. Dia menutup matanya, mengingat ajaran Milena tentang penyembuhan dan perlindungan. Dia merasakan energi cahaya mengalir melalui dirinya, menyembuhkan luka-lukanya dan memberinya kekuatan baru. “Aku menerima diriku, dengan segala kekuatan dan kelemahanku. Namun, aku tidak akan pernah menyerah.” Katanya dengan penuh keyakinan, kini dia menggunakan energi cahaya tanpa energi kegelapan. Sebuah pencapaian yang diwariskan oleh kakeknya, Vadim.

     

    Ilta menyerang bayangan itu dengan seluruh kekuatan batin dan fisiknya. Serangan itu penuh dengan energi cahaya dan kepercayaan diri yang murni, memecah bayangan itu menjadi pecahan cahaya yang menyebar ke segala arah.

     

    Bayangan itu menjerit saat tubuhnya mulai pecah, namun sebelum hilang, dia menatap Ilta dengan rasa hormat. “Kau telah menerima dirimu sendiri, Ilta. Kau layak untuk menjadi Utusan Sang Ilahi,” kata bayangan itu sebelum lenyap sepenuhnya.

     

    Setelah bayangan Ilta pecah lenyap, Ilta merasakan gelombang kelegaan dan penerimaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dirinya yang lama dan bayangan yang menghantui kini bersatu dalam harmoni baru.

     

    Tepat saat dia meresapi momen ini, cahaya lembut mengelilingi Ilta, dan sosok Skazati muncul di hadapannya.

     

    “Selamat, Ilta Jedlikca,” kata Skazati dengan senyum bangga dalam wujud manusia bersayap putih. “Kamu telah mengatasi salah satu ujian terberatmu. Sang Ilahi bangga padamu.”

     

    Ilta menatap Skazati dengan penuh rasa syukur. “Terima kasih, Angeluc Skazati. Aku tidak akan bisa melakukannya tanpa ajaran Sang Ilahi dan para leluhurku.”

     

    Skazati mengangguk. “Ada seseorang yang ingin menemuimu.” Dengan isyarat tangan, Skazati memanggil sosok lain. Seorang Angeluc muncul, cahaya keemasan menyelimuti sayap putih dan hitamnya yang indah.

     

    Ilta tertegun, mengenali kehadiran Angeluc ini. Meskipun tidak mengambil bentuk manusia, Ilta tahu bahwa Angeluc inilah yang telah melindunginya sejak kecil. “Angeluc pelindungku…” bisiknya dengan suara tercekik oleh emosi.

     

    Angeluc melayang mendekati, memberikan suasana tenang untuk Ilta dengan kelembutan tak terhingga. Meskipun tidak berbicara, kehadirannya memancarkan rasa kasih dan perlindungan yang dalam. Ilta menunduk hormat, air mata mengalir di pipinya. “Terima kasih. Terima kasih telah selalu melindungiku.”

     

    Skazati menepuk bahu Ilta dengan lembut, mengalihkan perhatiannya. “Ilta, ada beberapa hal penting yang harus kau ketahui sebelum kau kembali ke alam Zivotu.”

     

    Ilta mengangguk, matanya penuh perhatian. “Aku siap mendengarkan, Angeluc Skazati.”

     

    “Pertama,” Skazati memulai, “setelah kau kembali ke alam Zivotu, kau harus melatih dirimu kembali. Kau telah mendapatkan banyak pelajaran dan pelatihan selama di Nadvore. Sekarang, kau harus melatih semuanya dari awal. Terutama membuat senjatamu sendiri, yaitu cakram yang kau gunakan bersama Borislav. Itu akan menjadi tanda kekuatanmu.”

     

    Ilta mengangguk lagi, mencatat setiap kata. “Aku mengerti. Apa yang berikutnya?”

     

    “Kedua,” lanjut Skazati, “kau harus menjaga dan melindungi Keluarga Videnbe. Mereka adalah pelindung setiamu, tapi bahaya dari Deniluc yang bersembunyi di antara enam keluarga utama sangat nyata. Mereka menginginkan kekuasaan dan keserakahan yang akan menghancurkan Kerajaan Zima.”

     

    “Ketiga, setelah kau menyelesaikan semua masalah yang ada di Kerajaan Zima, barulah kau akan mendapatkan petunjuk tentang kedua orang tuamu. Saat ini, kau hanya perlu tahu bahwa mereka masih hidup.”

     

    Mata Ilta berbinar dengan harapan. “Mereka masih hidup… itu sudah cukup untukku.”

     

    “Keempat,” kata Skazati dengan nada serius, “saat keadaan begitu buruk dan kau tidak bisa lagi menahan dirimu, kau diizinkan untuk mengambil keputusan berat yang memprioritaskan kepentinganmu sendiri. Kamu bukanlah satu-satunya Utusan Sang Ilahi, jadi kamu bisa bebas untuk menyelesaikan masalahmu sebelum menerima tugas yang lebih besar.”

     

    Ilta merasa berat, tapi dia mengerti pentingnya peringatan ini. “Aku akan berhati-hati.”

     

    Skazati mengajak Ilta duduk di tepi danau yang tenang. Cahaya bintang memantul di permukaan air, menciptakan pemandangan yang indah namun penuh dengan makna mendalam. Skazati memandang Ilta dengan lembut, lalu memulai kisahnya tentang transformasi Angeluc dan Deniluc, sebuah cerita yang menjadi bagian penting dari sejarah Svetu Razvitie.

     

    “Ilta,” kata Skazati, suaranya lembut dan penuh rasa hormat, “ada sesuatu yang penting yang perlu kamu ketahui. Ini tentang Angeluc dan Deniluc, dan bagaimana peran mereka berubah sejak periode Tbma.”

     

    Ilta mendengarkan dengan penuh perhatian, merasakan bahwa ini adalah bagian penting dari pelajaran terakhirnya di Nadvore.

     

    “Pada masa sebelum periode Tbma,” lanjut Skazati, “Angeluc dikenal dalam bentuk sepasang sayap putih dan hitam. Kami adalah makhluk surgawi, penjaga keseimbangan, penyampain pesan Sang Ilahi, dan pelindung umat manusia. Angeluc melayang di antara manusia, memberikan bimbingan dan perlindungan, meskipun sering kali tidak terlihat oleh mata manusia.”

     

    Skazati menghela napas, menatap jauh ke dalam ingatan masa lalu. “Namun, dengan datangnya periode Tbma, segala sesuatunya berubah. Angeluc mulai mengambil bentuk manusia dengan sayap putih yang megah. Perubahan ini memungkinkan kami untuk berinteraksi lebih dekat dengan manusia, memberikan perlindungan dan bimbingan dengan cara yang lebih langsung dan efektif.”

     

    Ilta mengangguk, membayangkan sosok-sosok Angeluc pelindungnya yang bisa saja mengambil wujud manusia. “Apa yang terjadi pada sayap hitam pada Angeluc?” tanya Ilta, penasaran.

     

    Wajah Skazati menjadi lebih serius. “Tidak semua Angeluc mampu menjadi wujud manusia dan bertahan dari godaan kegelapan. Beberapa dari kami terjatuh, terkontaminasi oleh energi kegelapan yang kuat. Angeluc yang jatuh akan berubah menjadi Deniluc. Deniluc adalah kebalikan dari Angeluc, makhluk yang mencerminkan kehancuran.”

     

    Skazati menggambarkan transformasi Deniluc dengan jelas. “Deniluc memiliki rantai hitam di belakang punggung mereka yang menyerupai sayap gelap. Rantai ini bukan hanya penanda kejatuhan mereka tetapi juga kekuatan kegelapan yang membelenggu mereka. Mereka adalah simbol dari keburukan yang menyebar, menjadi ancaman besar bagi dunia.”

     

    Ilta merasakan getaran di dalam hatinya saat mendengar cerita tersebut. Dia bisa membayangkan betapa kuatnya kedua entitas ini, Angeluc dengan kemurniannya dan Deniluc dengan kegelapannya.

     

    “Namun,” lanjut Skazati, “meskipun Deniluc jatuh ke dalam kegelapan, Angeluc tetap berjuang untuk melindungi dan menuntun manusia. Pertarungan antara Angeluc dan Deniluc adalah pertempuran abadi antara cahaya dan kegelapan, antara kebaikan dan kejahatan. Sejak Periode Tbma, Ini adalah bagian dari keseimbangan yang harus selalu kita jaga.”

     

    Ilta mengangguk, menyerap setiap kata yang diucapkan Skazati. Dia merasa tanggung jawab yang besar mulai membebani bahunya, namun juga menemukan kekuatan dalam pengetahuan yang baru dia peroleh.

     

    Skazati melanjutkan dengan senyuman kecil, “Ingatlah, Ilta, kamu tidak sendirian. Angeluc pelindungmu, telah melindungimu sejak kecil. Dia adalah kekuatan yang tak terlihat namun selalu hadir di sisimu.”

     

    Ilta merasa haru dan berterima kasih, memberikan salam penghormatan kepada Skazati dan Angeluc pelindungnya yang senantiasa ada untuknya.

     

    “Sekarang,” kata Skazati, “kamu harus melanjutkan perjalananmu di alam Zivotu. Ingatlah pelajaran yang telah kamu terima, dan gunakan kekuatan serta pengetahuanmu untuk melindungi dan menuntun yang lain.”

     

    Ilta mengangguk, menerima semua yang telah disampaikan Skazati. Dengan tekad yang baru dan hati yang penuh dengan rasa terima kasih, dia bersiap untuk kembali ke alam Zivotu, mengetahui bahwa dia memiliki tugas besar di depannya.

     

    Tidak lama setelahnya, Ilta merasakan cahaya lembut menyelimutinya, mengantarnya kembali ke alam Zivotu. Tubuhnya yang lemah perlahan membuka mata, disambut oleh wajah-wajah penuh haru dari Keluarga Videnbe—Ivana, Radostaw, Sybil, dan Walter.

     

    Kembali Pulang

    “Ilta, kamu kembali!” seru Ivana dengan air mata kebahagiaan. Dia memeluk Ilta erat-erat.

     

    Ilta tersenyum lemah, merasakan kembali kehangatan yang sudah lama dia rindukan. “Aku… kembali,” bisiknya, merasakan kekuatan yang perlahan kembali ke tubuhnya.

     

    Radostaw duduk di samping tempat tidurnya, menggenggam tangan Ilta. “Kami sangat khawatir padamu. Terima kasih Sang Ilahi, Ilta telah kembali kepada kami.”

     

    Ilta perlahan-lahan mulai menceritakan kejadian di alam Nadvore. Dia bercerita tentang ujian yang dia hadapi, pelajaran bersama leluhurnya, tentang penggabungan dengan bayangannya sendiri, dan tentang bagaimana dia menemukan kekuatan dan kebijaksanaan yang baru serta tugas-tugas yang diberikan oleh Skazati. Ivana dan Radostaw mendengarkan dengan seksama, merasakan ujian Ilta kini telah mencapai tingkatan menengahnya.

     

    Sybil dan Walter, yang duduk di dekatnya, saling bertukar pandang sebelum Walter mulai berbicara. “Ilta, ada banyak yang terjadi selama kau koma. Kau dinyatakan mati oleh keluarga utama. Mereka tidak percaya kau bisa selamat.”

     

    Sybil melanjutkan dengan nada serius. “Dan kedua orang tuamu, mereka masih menghilang. Tapi kami percaya mereka masih bertahan hidup. Kami tidak akan berhenti mencari mereka.”

     

    Ilta merasa hatinya berdebar kencang. “Kerajaan Zima menganggapku mati?” tanyanya dengan kebingungan dan sedikit kemarahan. “Mengapa mereka begitu cepat menganggapku mati?”

     

    Walter mengangguk. “Ya, mereka takut pada kemampuanmu, Ilta. Ke-6 keluarga utama melihatmu sebagai ancaman. Mereka takut pada potensi yang kau miliki untuk mengambil gelar Sang Vladyka berikutnya.”

     

    Ilta menghela napas, mencoba memproses informasi ini. “Dan orangtuaku… Aku mendapatkan petunjuk bahwa mereka masih hidup.”

     

    Ivana meraih tangan Ilta, memberikan kekuatan dan dukungan. “Kita akan menemukan mereka, Ilta. Kami semua disini bersamamu.”

     

    Radostaw menambahkan, “Sementara itu, kamu harus memulihkan kekuatanmu. Kami akan melindungimu dari ancaman apapun. Keluarga Videnbe selalu ada untukmu.”

     

    Ilta mengangguk, merasakan dorongan semangat dari kata-kata mereka. “Terima kasih, semuanya. Aku tahu aku bisa mengandalkan kalian.”

     

    Hari-hari berikutnya, Ilta fokus pada pemulihan tubuhnya. Sybil dan Walter menggunakan teknik energi cahaya dan kegelapan untuk mempercepat penyembuhannya. Setiap hari, mereka bekerja tanpa lelah, memastikan Ilta mendapatkan perawatan terbaik.

     

    Ilta juga meluangkan waktu untuk berbicara dengan Ivana dan Radostaw, menggali lebih dalam tentang apa yang terjadi selama dia koma. Dia mengetahui bahwa Keluarga Videnbe telah bekerja keras untuk melindunginya, bahkan di saat-saat paling sulit.

     

    Suatu malam, ketika mereka berkumpul di sekitar api unggun, Ilta mengungkapkan rasa terima kasihnya. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi tanpa kalian semua.”

     

    Ivana tersenyum hangat. “Kamu adalah keluarga bagi kami, Ilta. Kita akan selalu bersama, menghadapi apa pun yang datang.”

     

    Ilta menatap api yang berkobar, merasakan kehangatan yang menyelimuti hatinya. Dia tahu perjalanan di depannya penuh dengan tantangan, tetapi dengan dukungan keluarga Videnbe, dia merasa lebih siap dari sebelumnya. Dengan kebijaksanaan dan kekuatan yang baru ditemukan, dia siap menghadapi masa depan dan mengemban peran sebagai Utusan Sang Ilahi.

     

    Identitas Baru

    Dengan dukungan penuh dari Keluarga Videnbe, Ilta bersiap memulai hidup barunya di Kerajaan Zima. Untuk melindungi dirinya dan menyusup ke Akademi tanpa terdeteksi, dia harus mengubah penampilannya secara drastis.

     

    Ilta memiliki rambut asli yang hitam dengan corak putih alami, sesuatu yang membuatnya menonjol dan mudah dikenali. Untuk menyamarkan dirinya, Sybil menyiapkan pewarna alami untuk mengubah warna rambut Ilta menjadi coklat, sesuai dengan anggota keluarga Videnbe lainnya. Pewarnaan ini tidak hanya mengubah penampilan Ilta tetapi juga memberikan kesan bahwa ia adalah bagian dari keluarga Videnbe yang baru.

     

    “Ini akan membuat corak putihmu tetap menonjol namun tidak mencurigakan,” kata Sybil sambil menyisir rambut Ilta dengan hati-hati. “Kita akan menambahkan beberapa helai rambut coklat untuk membuatnya tampak lebih seperti pola yang disengaja.”

     

    Proses pewarnaan dimulai. Sybil dengan telaten mengaplikasikan pewarna pada rambut Ilta di sebuah ruangan kecil yang dipenuhi dengan aroma ramuan herbal. Pewarna alami yang digunakan dibuat dari campuran tumbuhan dan rempah-rempah khusus yang tidak hanya mengubah warna rambut tetapi juga menutrisi kulit kepala, membuat rambut Ilta tampak lebih sehat dan berkilau.

     

    Ilta duduk di depan cermin, menyaksikan perubahan pada rambutnya. Rambutnya kini memiliki kontras dramatis antara coklat dan corak putih, memberikan kesan elegan dan misterius. Dia menggerakkan jarinya melalui rambutnya yang baru, merasakan tekstur yang berbeda namun tetap familiar.

     

    Untuk menutupi mata putihnya yang bisa memicu trauma dan menghindari pengenalan, Ivana memberikan kain khusus yang lembut untuk menutupi kedua mata Ilta. Kain ini terbuat dari bahan halus yang dirancang untuk kenyamanan maksimal namun tetap memberikan tampilan yang elegan. Warna kain putih dipilih agar serasi dengan seragam akademi yang akan dikenakan Ilta nantinya.

     

    Ivana membantu Ilta memasang kain tersebut, memastikan bahwa kain tersebut terpasang dengan baik. “Ini akan menutupi matamu secara natural dan kamu bisa melihat dari balik kain,” kata Ivana saat menyesuaikan kain di sekitar kepala Ilta.

     

    Ilta merasakan kain yang menutupi matanya memberikan sentuhan lembut namun kokoh. Kain tersebut terasa ringan namun kuat, memberikan kenyamanan sekaligus perlindungan. Penampilan barunya dengan mata yang tertutup kain putih menambahkan aura misterius dan elegan, membuatnya tampak seperti sosok yang tersembunyi di balik bayang-bayang, siap untuk menghadapi dunia dengan identitas baru.

     

    Untuk melengkapi perubahan ini, Ilta memutuskan untuk menggunakan nama baru, Izka, yang memiliki arti “bebas” atau “merdeka”. Nama ini mencerminkan kebebasan baru yang diperoleh setelah melalui berbagai tantangan dan transformasi.

     

    “Dari sekarang, aku akan dikenal sebagai Izka,” kata Ilta dengan tegas di hadapan keluarganya. “Nama ini akan menjadi simbol kebebasanku dari masa lalu dan langkah baru menuju masa depan.”

     

    Terakhir, Radostaw memberikan nasihat kepada Ilta. Dia ingin memastikan bahwa Ilta tidak hanya siap secara fisik tetapi juga mental untuk tantangan yang akan datang. Radostaw mengajarinya seni berbicara dengan sarkasme halus, sebuah keterampilan yang akan membantu Ilta menyembunyikan identitas aslinya dan berbaur dengan siswa lain di Akademi tanpa dikenali.

     

    “Kamu harus bisa menutupi perasaanmu yang sebenarnya dan memberikan kesan bahwa kamu selalu satu langkah lebih maju,” kata Radostaw sambil tersenyum. “Sarkasme yang halus adalah cara yang efektif untuk melakukannya.”

     

    Ilta mempraktikkan gaya berbicara ini, menguji berbagai frasa dan nada sampai dia merasa nyaman dengan pesona barunya. Setiap kata dan gerakan dipelajarinya dengan cermat, memastikan bahwa tidak ada yang mengenali dirinya yang sebenarnya.

     

    Beberapa waktu kemudian, dengan identitas barunya yang telah matang, Ilta merasa siap untuk memasuki Akademi di Kerajaan Zima. Sebelum keberangkatannya, seluruh Keluarga Videnbe berkumpul untuk memberikan doa dan dukungan.

     

    “Kamu harus tetap waspada,” kata Ivana dengan nada serius. “Deniluc mungkin bersembunyi di mana-mana, dan mereka akan mencari setiap kesempatan untuk mencelakakan siapapun yang dianggap mengganggu.”

     

    “Dan ingatlah,” tambah Sybil, “kami selalu ada di sini untukmu. Jika kamu membutuhkan bantuan, kamu tahu di mana mencarinya.”

     

    Ilta mengangguk, merasakan kekuatan dari dukungan mereka. “Terima kasih. Aku tidak akan mengecewakan kalian.”

     

    Dengan semangat yang berkobar di dadanya, Ilta meninggalkan tempat perlindungannya dan menuju Akademi sebagai murid pindahan. Dia memasuki gerbang besar dengan langkah mantap, siap menghadapi tantangan baru yang menantinya.

     

     

    Kreator : Ry Intco

    Bagikan ke

    Comment Closed: Identitas Baru

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021