KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Ilusi Religiusitas: Mengapa Otak Religius Tak Menjamin Hati yang Baik

    Ilusi Religiusitas: Mengapa Otak Religius Tak Menjamin Hati yang Baik

    BY 15 Mei 2025 Dilihat: 346 kali
    Ilusi Religiusitas_alineaku

    “Religiusitas bisa dipelajari. Tapi empati, hanya tumbuh dari otak yang terbuka dan hati yang sadar.”

     

    Ada yang lebih berbahaya daripada orang jahat: orang yang mengaku religius tapi tak punya kendali atas sikap dan emosinya. Di dunia yang semakin bising dengan simbol-simbol kesalehan, kita justru makin sering disakiti—bukan oleh mereka yang tak beragama, tapi oleh mereka yang paling lantang bicara tentang Tuhan.

     

    Mereka tahu banyak tentang hukum langit, tapi tak paham cara memperlakukan manusia di bumi. Mereka hafal ayat, tapi lupa bahwa mempermalukan orang lain, menyindir, menyakiti, dan menindas tidak ada kaitannya dengan kebenaran yang sejati. Kita hidup dalam zaman ketika orang menyembah Tuhan dengan baik, tapi memperlakukan manusia dengan buruk.

     

    Lalu, muncullah pertanyaan sederhana namun menyakitkan: apa gunanya ritual jika tak membentuk akhlak? Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa orang yang religius pasti lebih baik secara moral. Bahkan, studi-studi psikologi modern menunjukkan bahwa moralitas tinggi tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat religiusitas seseorang. Yang lebih berpengaruh justru adalah kemampuan mengelola emosi, menunda reaksi negatif, dan menumbuhkan empati.

     

    Inilah mengapa kecerdasan emosional lebih penting daripada sekadar tampilan luar. Ia membuat seseorang bisa menahan amarah, mengendalikan ego, memberi ruang bagi orang lain, dan melihat dunia dari perspektif yang lebih luas. Cerdas secara emosi bukan sekadar tahu kapan harus marah dan kapan harus diam, tapi sadar bahwa perlakuan kita terhadap orang lain adalah investasi terhadap dunia yang kita tinggali bersama.

     

    Jika kita ingin dihargai, mulailah dengan menghargai. Jika kita ingin dimengerti, belajarlah memahami. Kalau kita ingin dunia ini damai, jangan cuma mengatur urusan langit, tetapi juga memelihara relasi dengan sesama di bumi. Karena hukum kehidupan ini sederhana: apa yang kita lempar ke dunia akan kembali ke diri kita. Kebaikan akan kembali sebagai kebaikan. Keburukan akan datang dalam bentuk yang tak terduga.

     

    Religiusitas yang sehat harusnya membuat seseorang makin lembut, bukan makin kasar. Makin bijak, bukan makin mudah menghakimi. Jika tidak, mungkin itu hanya ilusi yang dibungkus rapi oleh ego.

     

     

    Kreator : Kadek Suprapto

    Bagikan ke

    Comment Closed: Ilusi Religiusitas: Mengapa Otak Religius Tak Menjamin Hati yang Baik

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021