KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Indahnya Kesempatan kedua

    Indahnya Kesempatan kedua

    BY 14 Jun 2024 Dilihat: 183 kali
    Indahnya Kesempatan kedua_alineaku

    Angin bertiup lembut menerpa wajah Dina yang nampak sedikit murung.  Tak biasanya sepulang mengajar ia duduk termenung di teras depan rumah. Sambil memandangi tanaman bunga asternya ia bergumam, “ Ah, ada apa dengan diriku ini!, mengapa sampai sekarang aku masih belum memiliki kekasih?”.  Ia begitu gelisah, yang ada dalam pikirannya saat itu adalah ingin segera mendapatkan jodoh. Namun, sampai sekarang hingga masa kuliah hampir selesai belum ada seorang pemuda pun yang menarik hatinya. Datang pergi silih berganti belum ada yang menurutnya cocok untuk dijadikan pendamping hidup.

    Bagi perempuan kota yang bekerja dan memiliki karir usia 25 tahun tentu bukanlah usia yang mengkhawatirkan, namun tidak untuk Dina. Gadis desa yang pemalu ini merasa kurang percaya diri manakala orang-orang di kampung sering bertanya perihal siapa calon suaminya. Terlebih hampir semua teman-teman seusianya telah menikah lebih dulu. Tidak sedikit keluarga atau teman-temannya yang berusaha mencarikan pasangan hidup untuknya. Namun lagi-lagi belum ada yang berhasil memikat hatinya.

    Tepat di akhir masa kuliahnya ia dipertemukan dengan seseorang yang mulai membuatnya gelisah. Bukan teman kuliahnya yang selama ini berusaha mendekatinya. Bukan pula teman mengajarnya yang beberapa waktu lalu mencoba melamarnya. Hmmm…ternyata hanya seorang pemuda biasa yang waktu itu jadi ojek dan pernah mengantarnya karena kebetulan tidak ada angkutan umum yang kosong saat hendak pergi ke kampus. 

    Tiga bulan berlalu sejak pertemuan itu, pemuda sederhana yang pernah mengantar Dina akhirnya memberanikan diri bersilaturahmi ke rumah. Sekedar ingin mengenal Dina dan keluarganya lebih dekat. Dina yang memang sejak awal bertemu jatuh hati pada pemuda tersebut, menyambut dengan senyum sumringah kedatangan tamunya. Pembicaraan pun Nampak asyik. Keduanya saling berbagi pengalaman masing-masing. Tak disangka kedua orang tua Dina pun menyambut hangat kedatangan pemuda tadi. Bahkan ternyata orang tua pemuda itu sudah sangat dikenali orang tua Dina. Ia merupakan tokoh nomor satu di Desa tetangga tempat Dina mengajar. 

    Tak menunggu lama tommy yang merasa sudah cukup dekat mengenal Dina dan keluarganya itu, mulai berani mengatakan bahwa sebentar lagi ia ingin memperkenalkan Dina kepada kedua orang tuanya. Tentu hal itu diizinkan oleh orang tua Dina. Dina sebenarnya sangat canggung sekali diajak ke rumah Tommy karena harus melewati rumah murid-muridnya. Dina memang gadis yang sangat menjaga sikap dan perilakunya. Ia begitu takut akan menjadi buah bibir para muridnya. Ah, dasar Dina! Selalu saja respon orang lain yang ada dalam pikirannya. 

    Hari yang dinanti Dina dan Tommy telah tiba, kini mereka resmi menjadi suami istri. Acara digelar cukup sederhana. Hanya keluarga dan sahabat dekat saja yang diundang menghadiri hari bahagia itu. Dina yang sejak kecil belajar menikmati hidup apa adanya tak ingin merepotkan kedua orangtuanya. Terlebih dia sangat merasa berhutang budi pada orang tuanya karena telah membiayainya sekolah sampai ke perguruan tinggi. Setelah menikah keduanya segera mencari rumah kontrakan. Hari-hari dilalui pasangan pengantin baru ini dengan penuh bahagia. Keduanya tampak begitu romantis . Dua bulan telah berlalu dan masuk bulan ketiga Dina mulai sering merasa badannya kurang sehat. Kepalanya sering pusing dan perutnya sering mual. Sang suami segera mengajaknya periksa ke dokter, dan Alhamdulillah keluhan Dina itu karena Dina kini telah berbadan dua. Dengan senang hati mereka menyambut kehadiran calon anak pertamanya. 

    Waktu berlalu begitu cepat, kini sang anak yang dikandung Dina telah berusia satu tahun. Dina mulai merasa bosan dengan tingkah suaminya yang pemalas. Tak jarang sang anak diajaknya ke sekolah agar ayahnya tidak terganggu kerjanya. Tapi tetap saja hal itu justru tak disadari suaminya. Kini bisnis sembako yang telah dibukanya semenjak menikah mulai mengalami kemunduran. Barang dagangan di etalase sudah mulai habis, tapi uang tak terkumpul. Entah kemana uangnya. Dina yang tak mau suaminya menganggur berusaha mencari pinjaman untuk tambahan modal. Beruntung ada salah satu teman dekatnya yang rela memberi pinjaman untuknya. Sebenarnya, orang tua Dina juga memberikan kebun yang sudah produktif untuk Dina dan suaminya. Tapi karena  suaminya pemalas, kebun tersebut hanya diambil hasilnya saja tanpa diurus. Otomatis kebun itupun rusak dan kurang produktif.

    Hari-hari dilalui Dina dengan penuh kelelahan, pagi berangkat mengajar dan selepas dzuhur baru pulang. Sesampainya di rumah ketemu pekerjaan rumah dan mengurus anak. Akhir-akhir ini Ia nampak begitu marah karena sang suami seringkali mementingkan hobinya memancing di laut ketimbang bekerja mencari nafkah untuk keluarga. Tak hanya itu, kebiasaan sang suami minum-minuman keras di luar rumah juga sudah terdengar oleh Dina. Belum lagi kemalasannya menjalankan shalat lima waktu juga makin membuat Dina benci pada suaminya. Ia tak pernah menyangka bila kini harus bersuamikan seorang pemalas. Tak hanya malas bekerja tapi juga malas beribadah. Ditambah lagi kedongkolan hati Dina memuncak saat tau bahwa suaminya memiliki banyak hutang di luar sana yang tidak hanya pada satu orang. Bahkan termasuk pada rentenir. Yang lebih menjengkelkan lagi suaminya selalu menjadikan alasan pinjam uang karena untuk membiayai kuliahnya. Padahal menikah saja sudah lulus kuliah. 

    Sore itu Dina sengaja menunggu kedatangan suami di ruang tamu. Rasanya tak sabar ia ingin segera menyampaikan kekecewaannya itu pada sang suami. Tak berapa lama suami pun pulang. Langsung saja ia menyampaikan segala keresahan yang dialaminya itu pada suaminya. Sang suami hanya terdiam mengakui kesalahannya dan tak berani menjawab. Dengan nada yang dilembutkan Tommy meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Dina pun luluh, tak tega dengan suaminya ia pun memaafkannya. Keesokan harinya terlihat sang suami tampak lebih giat bekerja. Namun hal itu tak berlangsung lama, kembali Tommy mengulang perbuatan buruknya. Dina yang merasa kesal segera menghubungi kakak Tommy yang paling tua, dengan harapan agar mau menasihati Tommy. Kali ini sepertinya Tommy mendengarkan perkataan kakaknya. Ia kembali giat bekerja dan rajin beribadah.

    Entah setan mana yang merasuki hati suami Dina kali ini ia tak lagi mau mendengarkan nasihat kakaknya. Ia bahkan makin sering minum-minuman keras dan pulang sore karena pergi memancing. Dina mulai tak nyaman sebab hampir tiap hari ada saja yang datang ke rumahnya untuk menagih hutang. Saat itu putrinya telah duduk di bangku TK. Hampir lima tahun berlalu sejak Dina dan suaminya mengucapkan janji suci di depan penghulu. Namun kini suami yang disayanginya tega mengkhianati janji tersebut. Tak jarang uang modal sembako mereka hilang. Sekali dua kali Dina percaya kalau uang itu benar-benar hilang. Tapi lama kelamaan Dina mulai curiga pada suaminya. 

    Matahari hampir tenggelam, sang suami belum juga pulang. Tanpa berpikir panjang diajaknya putri kesayangannya ke laut tempat di mana suaminya sering memancing. Benar saja sampai di pinggir pantai Tommy begitu kaget melihat kedatangan istri dan anaknya. Dina yang sedari rumah tadi memendam emosi spontan langsung meluapkan kemarahannya itu pada Tommy. Sang putri pun menangis mendengar pertengkaran kedua orang tuanya itu. Dina yang sudah dua kali memberikan suaminya kesempatan untuk memperbaiki diri merasa tak percaya lagi. Kini ia tak lagi bisa memaafkan kesalahan suaminya itu. 

    Sepulang dari laut Dina tak mau bicara pada Tommy, ia bertekad untuk meminta pisah darinya. Tentu hal itu sangat membuat tommy tersentak kaget. Sembari duduk bersimpuh Tommy mencium tangan istrinya dan memohon agar ia diberi kesempatan satu kali lagi untuk berubah. “Bu….tolong beri aku kesempatan satu kali ini saja, aku bersumpah bakal berubah dan akan membuat kalian bahagia”. Pinta Tommy. Namun Dina yang sudah terlanjur sakit hati tak lagi sudi memberikan kesempatan. “Tidak!, aku ingin kita pisah,  Biarkan Maya bersamaku, rasa cintaku padamu telah hilang begitupun kepercayaanku padamu”. Jawab Dina dengan penuh kemarahan. Sejak kejadian itu Dina dan Tommy pun berpisah. Meski awalnya Tommy bersikeras tidak mau tapi lama kelamaan ia malu karena istrinya tak mau lagi tinggal bersamanya. Dengan penuh kekecewaan Tommy pulang ke rumah orang tuanya. 

    Udara malam itu terasa dingin menusuk tulang. Dina yang rajin menjalankan ibadah shalat malam terbangun dari tidurnya. Dipandanginya putri kesayangannya yang tertidur pulas. Segera ia bangkit dan mengambil air wudhu. Air dingin nan sejuk telah menyapu wajah Dina. Dingin namun terasa masuk ke pori-pori dan memberikan kesegaran. Diraihnya sajadah dan digelarnya. Dengan penuh kekhusyukan Dina pun Mendirikan shalat malam dan memohon pada sang Illahi agar diberi ketabahan menjalani semua yang dialami. 

    Kini hari-hari ia jalani berdua  bersama sang putri. Dimulainya kehidupan baru dengan menyandang sebutan single parent. Tentu ini tidaklah mudah. Karena ia harus bisa berperan menjadi ibu sekaligus ayah bagi putrinya tercinta. Sebisa mungkin ia tetap tegar dan terus mencoba menebalkan telinga dari ucapan-ucapan miring orang-orang yang tidak menyukainya. Sambil menyibukkan diri dengan kegiatan yang bisa membuatnya lupa akan permasalahan yang tengah dihadapinya. 

    Keluarga besar terutama orang tua Dina sangatlah bersedih melihat kenyataan yang Dina dan putrinya alami. Namun Dina tetap optimis menjalani hari dan percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik untuknya. Setiap hari usai menjalankan shalat ia tak pernah lupa berdo’a agar diberikan kekuatan dan kesabaran serta diberikan pengganti suami yang lebih baik lagi. Ia pun selalu rajin membaca ayat-ayat suci Al Qur’an guna mencari ketenangan dan ketentraman batin. Kini ia pasrahkan segalanya pada sang pemilik kehidupan. Ia yakin dan percaya akan kasih sayang Tuhan padanya. 

    Dua tahun telah berlalu sejak perpisahannya dengan sang suami. Hari itu sepulang mengajar ia bertemu dengan seorang ibu yakni salah satu tetangga suaminya. Ibu itu bilang kalau Tommy sekarang sudah menikah lagi. Mendengar hal itu hati Dina lega, karena dulu mantan suaminya itu hampir bunuh diri saat baru berpisah dengannya. Sepertinya ia begitu terpukul oleh permintaan Dina. 

    Sejauh ini Dina mulai menyadari betapa putri kecilnya masih sangat membutuhkan kasih sayang seorang ayah. Namun, pengalaman pahit yang pernah dialaminya membuatnya lebih berhati-hati dalam mengenal lelaki. Tidak sedikit yang berusaha melamar Dina untuk menjadi ayah sambung buat anaknya. Namun, Dina masih sedikit trauma dengan kisah masa lalunya. Kembali digelarnya sajadah tengah malam, memohon ketenangan jiwa dan kejernihan hati untuk bisa menentukan pilihan. Hingga tiba di suatu hari seorang sahabat dekatnya datang dan menyatakan perasaannya pada Dina. Dina yang tak pernah menyadari bila sahabatnya itu jatuh hati padanya tak menanggapinya serius. Terlebih sahabatnya itu sangat senang sekali bercanda. Dina berpikir ini pasti tak serius. Sampai suatu malam sahabatnya berkunjung ke rumahnya menyampaikan keseriusannya. Tentu Dina sangatlah kaget serasa tak percaya, apalagi untuk seorang yang masih perjaka mana mungkin mau dengannya yang kini telah memiliki seorang anak pikirnya.  Namun kegigihan sahabat Dina telah membuat Dina tak berdaya menolaknya. Ditambah lagi dukungan dari teman-teman mengajar serta restu orang tua dan saudara-saudaranya membuat Dina berani melangkah. 

    Dihari yang telah disepakati kedua belah pihak keluarga akhirnya Dina dan calon suaminya melangsungkan akad nikah. Suasana haru menyelimuti acara tersebut. Dina berusaha untuk menahan air matanya agar tak menetes di pipinya. . Ia tak ingin melihat putrinya bersedih. Sejak saat itu Dina diajak tinggal bersama suaminya. Serasa menemukan obat kini Dina merasa kehidupan rumah tangganya jauh lebih bahagia dibandingkan pernikahannya yang dulu. Kini, bukan Dina yang mengingatkan suaminya untuk rajin menjalankan shalat lima waktu. Justru suaminyalah yang selalu mengajak dan mengingatkannya untuk selalu tepat waktu menjaga lima waktu. Suami Dina memang seorang ustadz yang tak hanya rajin ibadah, tapi juga sayang pada keluarga dan sangat berbakti pada kedua orang tua. Disamping juga kebiasaannya yang selalu disiplin dalam segala hal membuat Dina banyak belajar darinya. 

    Bertambah kebahagiaan Dina dan suami manakala hadir putri kedua dalam kehidupannya. Suaminya Nampak begitu sayang pada anaknya itu. Namun tetap tak mengurangi rasa sayangnya pada Maya putri Dina. Tuhan memang maha bijaksana dan selalu menepati janjinya sebagaimana yang tertulis  dalam firmanNya, bahwa sesungguhnya “Beserta kesulitan itu ada kemudahan”. Kini terasa dibayar lunas segala kekecewaan dan luka batin yang dialami Dina di pernikahannya yang pertama. Semakin bersyukurlah ia karena telah diberi kesempatan kedua menjalani hidup bersama seorang suami yang begitu didambakannya selama ini. Begitulah kiranya rencana Allah itu lebih baik dari apapun yang telah hambanya harapkan. Manusia hanya mampu berencana, namun segala ketetapan ada ditanganNya. Ketabahan dan ketaqwaanlah yang akan mampu menjadi penawar perihnya setiap luka yang dialami manusia. Yakin akan kebesaran Allah menjadikan diri kuat menjalani semua tantangan hidup. Sabar dan shalat hendaknya senantiasa menjadi penolong kita.

     

    Kreator : Sri Dewi Rejeki

    Bagikan ke

    Comment Closed: Indahnya Kesempatan kedua

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021