“Hayo terbang anakku, kau pasti bisa.”
Anak burung itu menggelepar,mencoba untuk bisa terbang.
“Terus…terus anakku, kau pasti bisa.”
Sekali lagi anak burung itu mencoba terbang tapi tetap tak bisa.
“Hayo anakku, coba lagi, apa salahnya mencoba,induk burung terus memberikan semangat, coba lagi, coba lagi, seru induk burung dengan harap-harap cemas.”
“Sudah Bu,beberapa kali sudah kucoba, tapi aku tetap tak bisa, ibu juga tahu kan kalau bulu-buluku masih berupa jarum-jarum, yang pastinya tidak memungkinkan untuk bisa terbang.”
“Ibu juga tahu,tapi tak ada salahnya untuk terus mencoba.” Udara panas mulai terasa, di ufuk timur langit mulai memerah,menandai Semeru akan segera meletus.
“Cobalah sekali lagi nak, langit mulai gelap, rintik abu mulai jatuh.”
“Begini saja bu,sebaiknya ibu sendiri pergi tak apa aku menanti maut disini”
“Ya tidak bisa begitu nak, mana ibu tega meninggalkan kamu dalam situasi genting seperti ini, tinggal sendirian disini.”
“Tak apalah, ibu segera pergi, cari bapak, jika ibu tetap disini mati bersamaku, nanti tidak ada lagi burung-burung sebagai penerus generasi kita,
maka pergilah sekarang juga, sebelum Semeru benar-benar meletus.”
Dengan pertimbangan sesuai dengan apa yang disarankan anaknya : ” Ya nak , ibu akan pergi,jaga dirimu baik-baik, selamat tinggal.”
Induk burung pun terbang meninggalkan anaknya dengan perasaan tak menentu.
Setelah tiga kali putaran dengan tak lepas memandang anak nya ia pun mempercepat terbangnya ke arah barat, menjauhi gunung Semeru yang akan segera meletus.
Dengan bertengger diatas ranting pohon mangga yang jauh dari jangkauan letusan gunung, induk burung itupun tak lepas menatap ke arah. timur,dimana anaknya berada.
Hatinya belum rela, belum sepenuhnya ikhlas , jika anaknya mati karena musibah letusan gunung Semeru.Tak terasa air mata pun.menetes diiringi kicau burung yang menghiba.
Suara dentuman gunung yang menggelegar, bumi yang berguncang, disertai deru angin kencang yang berembus, tiba-tiba ada suara berdentum jatuh diatas tumpukan jerami ..brug…cit..cit ..cit, seperti anaknya memanggil-manggil..Rupanya anak burung terbawa hembusan angin yang menerbangkannya ke tempat induk .
Induk burung segera bergegas mencari suara dimana keberadaan benda yang jatuh terbawa angin.
Betapa bahagianya induk burun, bahwasanya benda yang jatuh tadi adalah anaknya.
“Anakku, kau anakku kan, kau selamat kan?”
“Iya Bu, Tuhan telah menolong hambanya , kita bisa hidup bersama lagi.
“Iya nak , sini istirahatlah di bawah sayap ibu, kau pasti kedinginan.
Betapa senang dan bahagianya induk burung dan anaknya setelah melewati hari-hari yang menegangkan.
Kreator : Sudarsono
Comment Closed: Induk burung dan anaknya
Sorry, comment are closed for this post.