Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi, namun mentari belumlah muncul. Seolah ia enggan menampakkan wajahnya. Langit tampak mendung, angin bertiup dingin terasa menusuk tulang. Suasana pagi ini benar-benar kurang menggairahkan. Seperti perasaan cemas yang dirasakan Dila. Ibu beranak satu yang kini tengah hamil muda. Ia begitu resah lantaran di kampung tempat ia dan suaminya tinggal belum lama ini ada dua orang ibu muda yang meninggal saat melahirkan. Hal tersebut begitu menghantui hari-harinya. Hingga suatu hari ia utarakan niatnya kepada suaminya untuk pulang ke rumah orang tuanya yang jaraknya lumayan jauh. Tentu saja sang suami pun kaget dengan permintaan istrinya itu. Namun karena istrinya terlihat selalu murung ia pun mengabulkannya.
Kini berangkatlah Dila dan suami ke rumah orang tua Dila. Sesampainya disana mereka disambut hangat oleh orang tua dan keluarga Dila. Terlebih sudah lama Dila tak pulang kampung dan baru kali ini mereka bertemu Dila yang tengah hamil muda. Dila pun menyampaikan maksud kepulangannya itu kepada orang tuanya. Mendengar penjelasan Dila ibu Dila begitu memakluminya. Kakak Dila yang waktu itu juga sedang berada di rumah orang tuanya ikut bicara, “ ya udah dek, kamu melahirkan di sini saja”. “ Ia, apalagi di sini kan dekat dengan bidan”. Sahut ibu Dila. Akhirnya sejak saat itu Dila tinggal bersama orang tuanya.
Sejak kepulangan Dila ke rumah orang tuanya hari-hari yang Agus lalui terasa begitu sepi. Terlebih anak pertamanya juga ikut ibunya. Lita yang baru berumur empat tahun tentu tak mau jauh dari ibunya. Namun, semangat untuk terus mencari rejeki guna menghadapi kelahiran anak kedua mereka membuat Agus senantiasa giat bekerja. Kini tak terasa usia kandungan sang istri telah masuk Sembilan bulan. Sepasang suami istri ini pun tak sabar menanti kehadiran anak kedua mereka.
Siang itu seperti biasa sepulang bekerja Agus menyeduh segelas kopi hangat guna menghilangkan penat yang ia rasa. Baru setengah gelas ia meminumnya, tiba-tiba handphonenya berdering. Dari seberang terdengar suara seseorang yang menelepon. “ Mas, Kak Dila sakit. Mas Agus cepat ke sini ya?”, begitu suara adik Dila yang memberi kabar pada agus. Kaget bercampur panik agus menerima kabar tersebut. Mengingat istrinya tengah hamil tua dan tinggal menunggu hari kelahiran anaknya. Tak menunggu lama Agus segera berangkat menuju rumah mertuanya.
Tak henti-hentinya Agus berdo’a sepanjang jalan menuju rumah mertuanya. Sesampainya di sana Dila segera dilarikan ke rumah sakit. Dila yang dinyatakan menderita demam berdarah ini kini terkulai lemah disalah satu kamar pasien. Suaminya sungguh tak tega melihat penderitaan istrinya itu. Sudah dua malam Dila dirawat, namun kondisinya belum juga membaik. Dokter baru saja memeriksanya, ternyata waktu melahirkan sudahlah tiba. Tim dokter pun segera melakukan tindakan medis. Tak lama sang bayi pun lahir. Namun sayang, ia lahir dengan sudah tidak bernafas lagi. Dokter bilang sang bayi keracunan. Efek dari penyakit yang diderita ibunya. Betapa sedih hati Agus menerima kenyataan ini. Dipandanginya wajah buah hatinya yang berjenis kelamin laki-laki itu. Berderai air matanya tak tertahankan menerima kenyataan itu. Digendongnya putranya tersebut dan segera ia bawa pulang. Sementara sang istri masih belum sadarkan diri.
Kini genap 5 hari Dila menginap di rumah sakit, namun ia tak kunjung sadarkan diri. Dokter bilang Dila koma dan kondisinya makin memburuk. Terlihat Dila begitu pucat terkulai lemah. Hingga keesokan paginya dokter menyatakan bahwa Dila tak bisa diselamatkan lagi. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Begitulah kiranya gambaran bagaimana kenyataan yang harus Agus hadapi. Tangis keluarga pun pecah. Dila dibawa pulang untuk segera dimakamkan.
Sementara di rumah ibu Dila juga tengah sakit dan kini sedang dirawat di klinik terdekat. Tak tega menyampaikan kabar duka yang sedang melanda, keluarga pun sepakat untuk tidak memberitahu ibu Dila. Hingga prosesi pemakaman usai selang dua hari barulah ibu Dila boleh dibawa pulang karena kondisinya sudah membaik. Betapa terkejutnya hati sang ibu menerima kenyataan pahit ini. Ia pun menangis sejadi-jadinya dan meminta untuk diantar ke makam anaknya. Lita anak pertama Dila yang dari kemarin tak melihat ibunya kini menangis menanyakan di mana ibunya. Suasana pun makin terasa pilu. “ Dila…begitu cepat kau meninggalkan kami, lihatlah di sini anakmu yang merindukan kehadiranmu. Kini aku baru sadar, bahwa keinginanmu ingin pulang ternyata tak kan kembali lagi. Kudo’akan semoga kau tenang di sana”. Ucap Agus dalam hati.
Kreator : Sri Dewi Rejeki
Comment Closed: Ingin Pulang
Sorry, comment are closed for this post.