Siapa saya hari ini. Dan, siapa saya sepuluh tahun ke depan. Pernahkah saya merancang masa depan saya lima tahun ke depan atau malah lima belas tahun kedepan. Ataukah saya tak tertarik pada visi diri saya di masa depan.
. Setiap langkah yang saya ambil hari ini adalah fondasi bagi masa depan yang saya impikan.
Saya percaya bahwa investasi ini bukan hanya tentang pencapaian materi, tetapi juga tentang pertumbuhan pribadi dan pengembangan keterampilan.
Visi saya bukan sekadar gambaran, melainkan sebuah komitmen untuk terus belajar, beradaptasi, dan berinovasi. Dengan fokus dan ketekunan, saya yakin bahwa setiap sumber daya yang saya investasikan hari ini akan membuahkan hasil.Soal kecepatannya saya dan Tuhan yang akan menentukan. Saya perlu tanamkan setiap kerja keras saya tidak sendirian. Ada Tuhan di belakang saya.
INILAH MINDSET SAYA TENTANG DIRI SAYA
Tidak ada larangan untuk menjadi pemenang, walau orang yang dilahirkan dari etnis Jawa, dari generasi jadul, ada keutamaan kultural agar orang menghindari menonjolkan diri. Tapi entahlah, masih ada yang mau mengamalkan secara sukarela atau tidak. Soalnya, di dunia pendidikan, misalnya, mulai tertanam nilai-nilai kawan kita ke depannya ada rival kita juga. Jadi, mulai kanak-kanak orang tua mulai mendesain anak anak mereka untuk bersaing bukan agar kita sesuai mereka.
Mereka, para orang tua pada generasi ini, sangat menyadari, untuk menjadi pemenang bukannya tanpa syarat. Banyak yang menentukan karakter apa yang dibutuhkan agar generasi baru mereka memiliki jiwa pemenang bukan pecundang.
Menurut Alfred Adler, seorang psikolog, mengatakan bahwa yang menentukan manusia akan berdaya atau tidak adalah apabila ia menyadari potensi dalam dirinya.
Bahwa dalam diri manusia punya kehendak untuk berkehendak itu yang menyebabkan ada ada orang kaya dan ada orang miskin, ada pemimpin dan bawahan.
Orang mengembangkan potensi will power di dalam dirinya akan selalu mempunyai ambisi yg keluar dari dirinya dalam bentuk energi yang tak terbatas. Jadi, manusia dalam dirinya ingin memiliki sesuatu yang lebih dari orang lain.
Orang lain juga punya ambisi serupa. Maka kalau anda mau memenangkan pertempuran dalam hidup bukan orang lain yang menentukan tapi diri saya sendiri.
Dan, dalam dunia yang terus berubah, kita pun terikat dengan perubahan kecuali kalau berada di suku terasing. Tanpa itu kita terlindas oleh jaman. Dunia sekitar kita berubah begitu cepat. Dulu, ketika kita punya hand phone, Nokia adalah pemimpin pasar yang tak tergoyahkan. Tapi datang BBM yang tentu ada dampaknya. Tetapi, Nokia tetap teratas. Begitu era Android datang, Nokia mulai dilupakan orang. Tapi, Nokia dengan introduksi teknologi digital juga pernah menggoyahkan Motorola yang percaya walau ada pendatang baru berbasis teknologi digital takkan menggeser Motorola dengan teknologi analog.
Itulah yang dulu nyaman sebagai pemimpin pasar yang seolah tak bisa digeser, akhirnya terkejut. Nokia merasakan itu dengan pendatang baru yang berhasil mengkombinasi alat komunikasi dan hiburan, seperti MP3. Jadi di sini ada hukum besi perubahan, saya harus berubah karena orang orang di sekitar saya juga berubah.
Di kehidupan sehari-hari, kejutan kehidupan seperti itu juga sering terjadi. Mungkin ada orang yang nasibnya biasa-biasa saja. Tapi, ada yang dalam kehidupannya tiba-tiba melesat.
Bagaimana dengan saya sendiri, apakah saya cukup puas dengan hari ininya saya. Mungkin, saya sudah menamatkan kuliah. Tetapi, belum mendapatkan pekerjaan. Atau juga justru ada yang sudah bekerja, tetapi perusahaan mengalami rasionalisasi karyawan dan yang kebetulan kena dampak saya sendiri. Mungkin juga, saya buka bisnis tidak berkembang. Tetapi, ada yang baru buka dan cepat berkembang. Ada karyawan yang sudah lama tidak bergerak, tapi yang baru masuk sudah dapat posisi penting mungkin saya merasa dia junior saya.
Lalu, apa sih perbedaannya antara saya dan orang di luar saya. Ada yang mengatakan nasib baik. Kalau soal ini, maka segalanya selesai kita tinggal nunggu hasilnya.
Justru ini salah satu mindset yang harus saya rubah. Mungkin karyawan yang cepat menanjak itu bekerja lebih keras. Atau mungkin melengkapi kemampuannya dengan apa yang dibutuhkan organisasi saat ini.
Mungkin juga ada yang punya skill memadai, tapi attitude-nya tidak memadai. Maka, ada korporasi memasang slogan, “Attitude first, skill is second.”
Mungkin, saatnya sekarang saya merubah diri saya dari dalam. Yang dapat mengubah diri saya adalah diri saya sendiri. Saya mungkin perlu juga memvisualisasikan diri saya, seperti apa? Saya punya bayangan bisnis atau karir saya di masa depan. Tidak salah juga menggambar profil usaha saya sepuluh atau dua puluh tahun ke depan.
Sebagai karyawan, mungkin saya perlu mengembangkan citra diri saya. Orang lain akan melihat apakah saya ditempatkan kerja dilabeli sebagai trouble maker atau problem solver. Untuk dapat dilihat orang, siapakah saya tetaplah saya sendiri untuk menginvestasikan sumber daya yang saya miliki untuk citra diri saya. Mungkin saya membayangkan sebagai karyawan pekerja keras, atau mungkin saya menganggap diri saya karyawan yang siap menghadapi setiap krisis.
Atau mungkin saya menanamkan diri seorang sales yang handal. Mungkin juga membayangkan saya adalah penjual yang disukai orang. Apapun citra diri itu saya harus isi setiap hari. Dibutuhkan latihan terus menerus.
Hanya dengan cara itu saya akan jadi pemenang. Shakespeare pernah berkata nothing from nothing, kalau saya tidak pernah mengisi gelas saya bagaimana gelas saya akan terisi.
Intinya saya menginvestasikan yang saya punya . Ini yang pada akhirnya orang akan melihat diri saya. Mereka melihat saya karena saya punya value. Pimpinan juga akan melihat saya kalau saya punya value. Saya akan dipandang baik oleh pimpinan kalau yang saya kerjakan tidak sekedar business as usual. Saya harus punya standar tinggi untuk kinerja saya. Saya tidak puas hanya karena sudah dapat menyelesaikan tugas rutin saya.
Tetapi, tidak ada yang mudah di dunia ini. Tidak setiap cita cita akan tercapai begitu saja. Tidak jarang orang yang sudah bekerja keras tidak mendapat imbalan setimpal. Jangan pernah menyesali nasib. Yang saya butuhkan adalah konsistensi dalam melakukan pekerjaan. Mungkin saya belum mencapai yg saya idamkan. Tapi jangan jangan kemenangan itu sudah ada di depan mata dalam waktu yang tidak lama.
Tetapi, ketika saya menyerah pada titik itu, saya akan kehilangan momentum kalau kemenangan sudah menanti.
Yang saya harus lakukan adalah membangun mindset yang positif dan memastikan saya punya value dan value itu perlu saya isi setiap hari secara berkelanjutan.
Ada beberapa hal yang mungkin saya perlu keras terhadap diri saya.
Pertama, identifikasi nilai-nilai yang penting bagi saya, seperti kejujuran, ketekunan, atau empati. Tuliskan nilai-nilai tersebut dan ingatkan saya setiap hari.
Kedua, saya akan praktekkan kebiasaan positif setiap hari dengan rutinitas pagi yang inspiratif, seperti meditasi, membaca, atau menulis afirmasi diri saya akan apa yang harus saya selesaikan hari itu. Afirmasi akan mensugesti bahwa saya tetap berfokus pada tujuan. Ini akan membantu menetapkan niat dan focus saya untuk hari itu.
Ketiga, saya harus berani bertemu dengan orang-orang yang akan mendukung dan saya. jangan pernah alergi untuk saya bertemu dengan orang yang status sosialnya lebih tinggi dan lebih hebat dari saya. saya akan diskusikan ide-ide dan tantangan bersama mereka. Lingkungan yang positif tentu saya harapkan dapat mempengaruhi mindset saya secara signifikan.
Keempat, terima tantangan peluang untuk tumbuh. Ketika menghadapi kesulitan, tanyakan pada diri sendiri apa yang bisa dipelajari dari situasi tersebut.
Terakhir, tentu saya akan selalu merefleksikan secara berkala. Saya akan meluangkan waktu setiap minggu untuk mengevaluasi pencapaian dan kegagalan saya sekaligus rekomendasi untuk saya sendiri di masa depan. Tentu saja, ini untuk memastikan diri saya tetap berada di jalur yang benar.
Kreator : Goris Prasanto
Comment Closed: Inilah mindset saya tentang saya
Sorry, comment are closed for this post.