Pada suatu hari yang mendung, di sebuah kerajaan yang jauh dari hiruk-pikuk dunia, seorang raja duduk termenung di singgasananya. Di hadapannya, terletak sebuah cincin emas yang kecil dan sederhana, namun menyimpan harapan besar dalam dirinya. Sang raja, yang dikenal bijaksana namun selalu gelisah, telah meminta kepada tukang emas kerajaan yang sudah tua untuk menuliskan sesuatu di dalam cincinnya. Sesuatu yang bisa memberikan ketenangan, baik di saat duka maupun suka.
Dengan suara yang lembut namun penuh harap, sang raja berkata kepada tukang emas itu, “Tuliskanlah sesuatu yang bisa kamu simpulkan dari seluruh pengalaman dan perjalanan hidupmu, supaya itu pun bisa menjadi pelajaran untuk hidupku.”
Tukang emas yang sudah renta itu menerima permintaan sang raja dengan rasa tanggung jawab yang berat. Berbulan-bulan ia bekerja dengan tekun, membuat cincin itu dengan segala keterampilan yang ia miliki. Namun, yang paling sulit adalah menuliskan kata-kata yang seharusnya abadi di dalam cincin emas yang kecil itu. Setiap kali ia mencoba menulis, ia terhenti, seolah-olah setiap kata yang keluar dari pikirannya tidak cukup kuat untuk mewakili seluruh pengalaman hidupnya.
Suatu malam, ketika rembulan tersembunyi di balik awan dan angin berhembus pelan, si tukang emas duduk sendiri di bengkel kecilnya. Ia memejamkan mata dan mulai berdoa, memohon pencerahan. Setelah lama merenungkan, akhirnya ia menemukan jawabannya. Dengan tangan yang gemetar namun mantap, ia menuliskan sesuatu di cincin itu. Esok harinya, ia menyerahkan cincin itu kepada sang raja.
Sang raja, dengan rasa ingin tahu yang mendalam, menerima cincin itu dan membaca tulisan kecil yang terukir di dalamnya. Hanya ada satu kalimat sederhana yang tertulis:
“THIS TOO, WILL PASS (DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU)”
Pada awalnya, sang raja tidak terlalu paham dengan makna dari kalimat itu. Ia merasa sedikit kecewa, mengapa hanya kata-kata itu yang tertulis di cincinnya. Namun, seiring waktu berlalu, makna dari kata-kata itu mulai meresap dalam dirinya. Ketika kerajaan menghadapi masalah yang pelik, ia membaca cincin itu lagi, dan tiba-tiba, ia merasakan ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. “Dan inipun akan berlalu,” katanya kepada dirinya sendiri, dan dengan itu, ia menemukan kekuatan untuk menghadapi segala persoalan dengan tenang.
Di saat-saat bahagia, ketika pesta berlangsung meriah dan tawa menggema di seluruh istana, tanpa sengaja, matanya tertuju pada cincin itu lagi. “Dan inipun akan berlalu,” ia membaca dalam hati, dan seketika ia merasakan kerendahan hati yang mendalam. Ia sadar bahwa tidak ada yang abadi, dan dalam kesadaran itu, ia menemukan kedamaian.
Waktu terus berjalan, dan sang raja, yang dulu sering gelisah, kini hidup dengan keseimbangan. Ia tidak lagi terlalu bersedih ketika menghadapi masalah besar, dan ia juga tidak lagi terlalu terbawa oleh euforia ketika sedang bersenang-senang. Karena ia tahu, bahwa segala sesuatu, baik suka maupun duka, akan berlalu.
Pesan dari cincin kecil itu sederhana, namun mendalam. “Dan inipun akan berlalu.” Sebuah pelajaran hidup yang mengingatkan kita untuk tetap sejuk di tempat yang panas, tetap manis di tempat yang pahit, tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar, tetap tenang di tengah badai hebat, dan selalu mengandalkan Tuhan dalam segala perkara.
Dengan demikian, sang raja menemukan apa yang selama ini ia cari—keseimbangan dan kedamaian yang sejati. Dan setiap kali ia melihat cincin itu, ia tersenyum, mengingatkan dirinya bahwa dalam segala hal, tidak ada yang abadi. Dan dengan pemahaman itu, ia menjalani hidupnya dengan bijaksana, hingga akhir hayatnya.
Kreator : Wista
Comment Closed: Inipun Akan Berlalu
Sorry, comment are closed for this post.