KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Inun kecil part 2

    Inun kecil part 2

    BY 28 Agu 2024 Dilihat: 16 kali
    Inun kecil part 1_alineaku

    INUN HILANG.

     

    Inun mengendap-endap di tengah kegelapan malam,tak tau tujuan harus kemana.Kain jaret yang nyrimpeti kakinya dijinjing melebihi dengkul agar mudah melangkah bahkan ingin lari sekencang kencangnya.

    Kebun belakang rumah sangat luas.Ada pohon-pohon besar seperti sawo, nangka, mangga dan mlinjo. Di sana ada gubuk yang didirikan Abah Fatah, tempat lumbung penyimpan padi yang sudah kering. Inun lari ke arah gubuk lumbung padi.

    “Semoga aku aman disana, tak ada yang melihat”pikir Inun.

    Gubuk besar yang didalamnya terdapat keranjang besar. Keranjang itu lebar 2×3, besar sekali  keranjangnya,? ya memang beneran keranjang. Jadi keranjang besar didalam gubuk, Keranjang itu khusus buat menyimpan padi, terbuat dari bambu yang diserut kemudian dianyam berbentuk bulat dan rapat sehingga padi yang dimasukkan ke dalamnya tidak akan  bocor  keluar.

    “Bismillaahirrohmaanirrohiim”Inun membuka pintu gubuk “Krieeet” suara daun pintu dari bambu yang tak pernah diminyaki berbunyi nyaring, sehingga Inun menutup mulutnya sendiri, takut ada yang mendengar deritan pintu. Segera Inun masuk dan mengunci pintu dengan palangan kayu kembali dari dalam.
    “Alhamdulillah,………….. slamet,slamet,slamet” Inun mengadahkan kedua tangannya lemas.

    Lumbung padi di dalam gubuk itu dirasa cukup tinggi, untuk ukuran tinggi Inun yang masih anak2, namun Inun tak kehabisan akal. Bambu yang menonjol di dinding gubuk dijadikan panjatan untuk naik ke atas lumbung.”Kriyeeet,… bluk” tubuh  Inun sudah berada di dalam lumbung padi.

    Kain jaret dilepas kemudian digelar di atas padi kering, “lumayaaan,meskipun kemresek namun empuk” Suhu padi yang hangat membuat Inun tanpa menggunakan selimut. Inun rebahan di atas rentangan kain jaret. Inun tertawa sendiri membayangkan Umi, Abah, bulek Is dan para tamu bingung mencari kemanten putri.

    Atau mungkin bulek Is dimarahi Umi karena tak bisa menjaga Inun.  Atau mungkin juga temanten putri diculik betoro kolo, karena kampong ini masih rawan dengan mahluk halus. Inun tidak peduli, yang penting telah selamat.

    “Inun, dimana kau, nak” suara Umi terdengar samar-samar.

    “Pulanglah nak” suara Umi menghiba

    “Nun…..”

    “Inuuun,…” kepala Inun didongakkan diatas pinggiran lumbung, hendak mengintip suasana diluar, namun Inun tidak bisa melihat apa-apa diluar sana, karena terhalang dinding kayu gubuk.

    Panci, timba, tempeh,  wajan, piring, dandang, baskom dan semua peralatan dapur ditabuh ramai sekali. Inun tersenyum.

    “Maafkan Inun,Umi” suara Inun pelan sekali, merasa bersalah

    Suara alat-alat dapur yang ditabuh warga,semakin jelas dan ramai terdengar. Mengelilingi kampung, pinggiran sungai, kebun kebun terutama dibawah pohon-pohon besar, sawo, nangka, mangga,   mlinjo, warga akan semakin mengeraskan tabuhanya. Karena di pohon-pohon besar itu mereka menganggap paling rawan ditempati makhluk halus dan kemungkinan tempat disembunyikan Inun oleh mahluk halus.

     

    Hayyi adik laki-laki Inun faham betul watak dan kebiasaan kakaknya,bila bermain dengan teman-temanya. Di dalam lumbung padi itulah tempat paling aman bila bermain petak umpet. Inun dan Hayyi biasa bersembunyi di lumbung ini dan teman-temanya tak pernah bisa menemukan mereka berdua.

    Hayyi mengambil kayu kecil, kemudian dimasukkan lewat lubang kecil antara pintu dan kayu gawang. Digerakan sedikit kayu kecil tadi seperti mencongkel “Klotek” kayu palangan jatuh. Kemudian Hayyi membuka pintu dan masuk.

    “Ssseet,nih mbak, makan dulu” Hayyi mengulurkan kresek yang sudah diisi macam-macam kue dan jajan.Tangan Inun diulurkan ke bawah, menerima bungkusan kresek hitam.

    “Makasih Dek” Inun berterima kasih. Hayyi langsung keluar meninggalkan gubuk,  tak lupa mengunci dari luar.

    Tiga hari tiga malam belum ada titik terang, dimana keberadaan Inun. Umi tiap hari hanya menangis dan berdo’a.

    “Bah, Inun sudah 3 hari belum ketemu, besok kita adakan selamatan, biar Inun dikembalikan kekita sama mahluk halus ya Bah” saran Umi, tapi Abah Fatah hanya melirik sedikit.

    “Mahluk halus apa to Mi,coba ngaji lagi, biar gak sedikit dikit mahluk halus,dikit dikit barang halus” Abah Fatah memberi  nasehat Umi.

    “Lho Abah ini gimana to, alam pikiran anak yang akan dinikahkan itu semrawut, pikiran gak karuan, sehingga pikiran yang semrawut itu tercium oleh barang –barang halus seperti setan,jin,genderuwo,kunti dan lainya.Inun maka dari itu harus kita selamatkan Bah”

    “Inun itu selamat Mi,Inun itu kabur, Inun itu bukan dibawa mahluk halus.Sudah sekarang Umi kebelakang masak kesukaan Inun, siapa tau Inun laper terus pulang” kembali Abah Fatah menasehati Umi.

    “Injih Abah”

     

    Yu Sarmi, lijo bakulan mampir duduk di teras depan, diturunkanya bakul dari gendonganya.  Daganganya tidak banyak namun yang dibawa yu Sarmi,pas sekali dengan yang diinginkan Umi Muntiatun, Uminya Inun.

    Pindang salem, klotok, cabe ijo dan tomat agak banyak.Rencana Umi Ingin memasak kesukaan Inun.Pindang ,klotok yang sudah goreng diirisi bawang merah,bawang putih,cabe ijo dan tomatnya yang banyak, semua bumbu diiris tipis-tipis kemudian digongso setengah matang, kemudian pindang dan klotok  yang sudah digoreng dimasukkan jadi satu. Diaduk-aduk rata, maka aroma masakan akan menyeruak kemana-mana, sedap sekali membuat setiap orang yang mencium aromanya akan terasa lapar.

    Hayyi membuka tudung saji, sudah lama Umi tidak masak seperti ini, Hayyi jadi teringat  Inun, Mbakyunya.

    “Umi, ini kan masakan kesukaan mbak Inun”

    “Iya le, Umi masak ini , barang kali  nanti mbakyumu dipulangkan”

    “Iya Mi, Hayyi kangen,….dipulangkan sama siapa Mi”

    “Umi juga kangen le,…ah sudahlah,sekarang Hayyi makan dulu ya”

    “Iya Mi,…” Umi tidak menjelaskan kepada Hayyi.

    Pandai sekali Hayyi bersandiwara, pura-pura kangen. Kemudian Hayyi sudah menyelipkan 3 plastik di dalam saku baju. Diliriknya Umi masih mencuci piring ditempat cucian. Hayyi mengambil piring, lalu makan. Sengaja makannya dilama-lamakan sampai Umi meninggalkan ruang makan.

    Hayyi segera mengeluarkan plastic, kemudian diisi nasi, lauk dan oseng kangkung. Setelah bungkusan dimasukkan kedalam kaos, dirapatkan sabuk celana  agar bungkusan tidak jatuh dan kedua tangan tidak perlu memegangi, sehingga terkesan tidak membawa apa-apa. Hayyi melangkah keluar.

    “Hayyi,…”

    “Njih Mi”

    “Mau kemana”

    “Kedepan Mi, main sama teman” Hayyi deg degan takut ketahuan.

    “Kalau sudah sore, cepet pulang, jangan telat sholat asharnya”

    “Injih Mi”Hayyi lega karena Umi tidak mencium niatnya.

    Lewat depan Umi yang sedang duduk di ruang tengah, Hayyi membungkukkan badan.

    “Permisi Mi” sambil tangan kanan Hayyi memberi kode permisi.

    “Hemm”

    Jarak 5m, Hayyi langsung lompat lari kedepan Masjid, di sana teman-temanya sudah menunggu bermain. Setelah dirasa aman, Hayyi langsung lari kekebon belakang, kegubuk tempat lumbung padi persembunyian Inun.

    “Ssset,..mbak ini makan dulu” Hayyi mengulurkan kresek ke atas lumbung sambil kakinya njinjit agar tangan sampai ke atas, Inun menjulurkan tangan ke bawah, menerima kresek.

    “Makasih dek” Inun berterima kasih.

    “Mbak, siap-siap,…kita pergi ke Pare, ke rumah Bude”

    “Kita gak punya uang buat naik kereta”

    “Basok Hayyi carikan mbak”

    “Dengan cara apa ,wong kamu anak kecil”

    “Tenang saja mbak”.

    Inun sendiri juga tidak bisa berbuat sesuatu. Sementara Inun nurut saja , apa kata adik kecilnya.

    “Yi, bajuku bagaimana, tolong ambilkan ganti dilemari”

    “Iya”

    Hayyi kembali keluar dari gubuk dan mengunci lagi dari luar dengan kayu palangan.

     

    Di dapur Hayyi melihat hasil kebon Abah banyak sekali, ada bengkoang, sawo, pisang, salak dan nangka. Biasanya semua hasil kebon akan didatangi sama kang Darmaji untuk dijual keluar kota. Abah hanya terima bersih.

    Semalam Hayyi sudah sempat menyisihkan bengkowang dan salak dimasukkan karung, pagi ini  salak dan bengkowang dibawa ke Yu Sarmi, akan  diganti uang sama Yu Sarmi, seberapapun diterima Hayyi yang penting bisa buat ongkos pergi ke Pare, tempat bude Johar.

     

    “Le,bengkoang sama salak, tak bayar 12 repes yo,bilang sama Umi yo” 

    “Njih yu” jawab Hayyi .Bagi  Hayyi uang segitu sudah cukup buat pergi berdua naik kereta.

     

    “Mbak kita turun dimana” tiba2 Hayyi mengagetkan lamunan Inun.

    “Di Pasar Pare”

    Inun hafal betul,karena Inun kalau diajak Umi ke Pare pasti yang di ingat pasar Pare.Tinggal jalan kaki  1km sudah sampai di rumah Bude Johar.

    Kaki rasanya pegel,perjalanan cukup jauh, melelahkan ditambah perut kosong belum makan. Tentu saja kami belum makan, karena kami berangkat tanpa izin Umi dan Abah.Untung sudah sampai rumah bude Johar.

     

    Siang itu Bude Johar sedang duduk dibawah pohon mangga bersama putra  putrinya. Melihat Inun dan Hayyi datang dengan jalan kaki, bude Johar kaget.

    “Lho cah bagus, cah ayu, sama siapa kesini”

    “Berdua saja  Bude”

    “Lho,lho,lho kok berdua saja. Ayo masuk rumah dulu, biar dibuatkan teh dulu sama Mbak Aminah” kami dipandangi  dari rambut sampai ujung  kaki, agaknya bude Johar kaget melihat kondisi kami yang hanya memakai  baju seadanya dan sandal jepit, kaki penuh dengan debu.

    “Bener to kalian kesini Cuma berdua?”  tanya yu Aminah putri bude Johar sambil menggandeng tangan Inun.

    “Iya Yu”

    Dua gelas teh manis sudah tersedia di meja.Rasanya bibir Hayyi ingin langsung minum, namun Hayyi tau diri, tidak akan minum sebelum disilahkan

    “Ayo teh manise diminum , biar badan agak  seger terus nanti cerita2” kata bude Johar.

    Inun dan Hayyi krasan di rumah Bude, sebab anak-anak bude semua ramah, yu Aminah, mas Faisal, mbak mentik

    semua menyenangkan.

    “Inun, Hayyi duduk sini  le,nduk” bude memanggil mereka berdua.

    “Iya Bude”

    “Coba ceritakan ke Bude,bagai mana kalian pergi kok tanpa diantar Abah dan Umi ”

    Inun melirik Hayyi, kemudian adiknya disikut.

    “Aduh!” Hayyi kesakitan.

    “Gak usah sikut sikutan” ujar Bude, tentu saja Inun langsung diam, menunduk. Inun sendiri tidak tau harus cerita dimulai dari mana. Air matanya tiba tiba menetes.

    “Mbak Inun dijadikan  manten Bude”tiba-tiba Hayyi memulai bercerita.

    “Hah” Aminah dan saudaranya kaget, Hayyi tidak tau kalau dari tadi mereka ikut mendengarkan dari dalam ruangan.

    Bude Johar tersenyum,  beliau sangat mengerti hati kedua anak adik kandungnya.Kemudian direngkuh keduanya memberi kekuatan Inun yang masih sesenggukan.

    “Oalah Inun sayaaang, kamu ini disenangi orang to, terus dilamar , terus  dijadikan manten,  terus kalian lari kesini tanpa sepengetahuan orang tua, gitu to”

    “Inun ndak mau Bude, Inun ingin sekolah”

    “Iya , iya  nduk” diciumi ubun-ubun Inun dengan penuh kasih sayang.

    “Besok Inun sekolah   disini saja gimana,?” titah Bude.

    “Hayyi ndak mau Bude, Hayyi sekolah di Jombang saja”

    “Iya, Hayyi sekolah di  Jombang saja”Bude mengiyakan.

    Tentu saja Inun kecil girang bisa sekolah di sini, di Pare, berarti Inun bakal bisa bermain bersama yu Aminah,bukan senang lagi hati Inun.Sudah lama Inun ingin bermain bersama Aminah,karena merasa cocok, stel,saling nyambung,bermain selalu bersama,belanja bersama,membersihkan rumah bersama,sholat berjamaah juga bersama.

    Bude Johar ketika melahirkan Yu Aminah, tidak lama kemudian Umi Muntiatun melahirkan Inun. Bude Johar dan Umi Muntiatun adalah kakak beradik

    .

    Kulit bersih kuning langsat,rambut ikal mayang,bibir agak sensual merah segar walau tidak memakai gincu.Semua dimiliki dua gadis cantik, Inun dan Aminah. Bak kembar, Cuma bedanya Inun badanya agak kecil sedang Aminah lebih berisi, montok.

    “Nun ,besok kita berangkat sekolahnya bareng”

    “Iya mbak” jawab Inun.

     

    Mulai saat itu Inun dan Aminah berangkat Sekolah selalu bareng, semua alat sekolah dibelikan Bude sama modelnya tak ada yang berbeda.

     

    Hanya 200 m jarak  sekolah dengan rumah,  jalan kaki 10 menit sudah berada di dekat sekolah. Inun dan Aminah tak mau berangkat sendiri- sendiri,  selalu bebarengan.

    Ketika mereka berangkat sekolah,di tengah jalan mereka berdua diberi salam seorang laki.

    “Assalamu’alaikum Aminah,berangkat sekolah ya” suara laki2 itu sambil matanya lirak lirik kearah Inun.Senyam senyum, Inun mengindahkan, karena Inun merasa tidak kenal.

    “Iya Lek”jawab Aminah.Yang disebut Lek, itu adalah Lek Baskoro, Aminah kenal sebab rumahnya dekat dengan rumah Bude Johar.

    “Nih, Lek ada hadiyah buat kalian berdua”

    “Tidak Lek, terima kasih ” Jawab Aminah.

    “Ya sudah, kalau gak mau,  lek tambahi sangunya”

    “Tidak Lek, Aminah dan  Inun sudah punya sangu banyak kok” Aminah menolak.

    “Oh cah ayu ini namanya  Inun, ya sudah, kalau begitu berangkat sekolah yang rajin ya”

     

    Lek Baskoro selalu nyegat Inun dan Aminah berangkat sekolah,2 atau 3 lembar uang

    Selalu memaksa dimasukkan kedalam tas Aminah dan Inun.Walau bolak balik sudah ditolak.

    Aminah tidak tau yang sebenarnya siapa Lek Baskoro itu.Aminah hanya tau kalau Lek Baskoro itu tetangga yang baik,tinggalnya dekat rumah dan masih bujang,itu saja.

    Inun dan Aminah tak bisa dipisahkan,merasa cocok,kemanapun pergi selalu berdua.Sekolah, bermain,disuruh belanja,belajar,mengaji ke surau,sholat jamaah selalu berdua.

     

    Keduanya sekolah di Madrasah hampir lulus.Keduanya memperoleh nilai yang selalu kejar mengejar,sama2 tak mau ada yang kalah dalam hal nilai. Ketika itu tak ada istilah pringkat atau juara. Yang pasti Inun dan Aminah selalu dibanggakan oleh gurunya.

    “Menuntut ilmu terus ya nak, jangan hanya sampai disini” itu pesan yang diingat Inun dari gurunya ketika kelulusan,sehingga Inun tergugu ketika dipeluk oleh gurunya.Memang sekolah adalah impian Inun.

     

    Malam itu Inun sedang selonjoran istirahat di ruang tengah.Tiba2 Inun mendengar Bude sedang ngobrol dengan seorang tamu di ruang depan. Inun mencoba mengintip.

    “Mbak,didepan ada tamu tapi belum diberi minuman”

    “Iya Nuuun, Om Baskoro yang biasane nyelipin uang di tas kita” jawab Aminah. 

     

    Besok paginya Inun dipanggil sama Bude Johar.

    “Nduk, besok rapikan buku2 dan baju Inun” tentu saja Inun kaget, karena Inun sudah terbiasa rapih buku2 dan baju dan lemari. Tapi kali ini Inun belum faham maksud Bude Johar.

    “Ada apa  Bude”Inun masih bingung

    “Inun sudah  lulus sekolahnya, besok lanjut ke Jombang saja” tutur Bude.

    “Iya Bude” jawab Inun manut.Tentu saja Inun akan menjawab “Iya” tidak mungkin akan menjawab “tidak”.

     

    Betapa sedih hati Inun, tapi tidak bisa membantah, dalam hati bertanya tanya.Apakah Inun nakal, tidak mau ngaji,tidak mau sholat, atau disuruh belanja tidak mau. Lama Inun mencari sebab kenapa kok tiba2 bude menyuruh pindah sekolah kembali ke Jombang.

     

    Tiap malam Inun tidak bisa tidur,kalau pindah Jombang berarti Inun harus jauh dari Aminah, saudara sekaligus menjadi teman yang mengerti  keadaanya. Kalau ke Jombang Inun tidak punya teman perempuan, karena kebanyakan saudara dan teman Inun di Jombang laki2.

    “Mbak kita tidak bisa main bersama lagi tiap hari” keluh Inun.

    “Terpaksa Nun” jawab Aminah.

    “Memangnya kenapa sih Mbak,apa karena Inun nakal”

    “Tidak Nun”

    “Inun sholatnya telat ya”

    “Tidak Nun,kamu baik dan rajin sholatnya,sehingga Ibu tetap sayang”

    “Lha terus kenapa mbak,kok Inun dibawa ke Jombang lagi”

    “Sebab Inun baik dan cantik”jawab Aminah.

    “Inun gak ngerti Mbak”

    “Ya sudah, nurut saja sama  rencana Ibu,ini demi kebaikanmu,kata Ibu”

    “Tolonglah Mbak, terus terang agar aku bisa memperbaiki” desak Inun.

    Sebenarnya Aminah juga sedih harus berjauhan dengan Inun.Apa boleh buat.Aminah tidak  tega melihat saudaranya sedih.Akhirnya Aminah terus terang kepada Inun.

    “Kata Ibu, kemaren Om Baskoro datang mertamu kesini itu berniat memintamu untuk dijadikan istri” jelas Aminah.

    “Haaah, benarkah itu?,aku jadi takut Mbak,aku nggak mau Mbak” dirangkulnya erat2 Aminah seakan tak mau lepas.

    “Tenang dulu Nun, Ibu juga tidak mau kalau kamu tidak sekolah”bujuk Aminah.

    “Jadi,…”pelukan tiba2 jadi lepas.

    “Jadi Ibu bilang ke Om Baskoro, bahwa kamu akan melanjutkan sekolah  di Jombang. Disana sudah ada calon nya yang masih mondok di Tebuireng. Begitu Ibu beralasan” sebenarnya bude mungkin hanya berasalan saja, siapa yang dimaksud Bude anak Tebuireng itu. Biarlah  yang penting aku tetap bisa sekolah.

    “Ya Alloh, kalau begitu aku mau Mbak,aku senang sekali Mbak,Sampaikan terimakasihku buat Bude Mbak”

    “Ya sudah, sekarang pergi ke belakang temuin Bude, sampaikan sendiri terima kasihmu”

    “Ayo Mbak ikut aku”Aminah digandeng diseret kebelakang menemui Bude Johar.

     

    Sesampainya dibelakang rumah, tiba2 Inun dan Aminah melihat Om Baskoro lewat samping rumah entah mau kemana,sambil matanya jelas melihat kearah Inun.Jelas saja Inun langsung mlengos sambil kakinya di gedruk gedrukkan ke tanah.

    “Iiiih,…”semakin kesel,sebel saja hati Inun.

    “Ada apa Nun,…”Bude Johar menyapa.  Langsung saat itu juga Inun menghambur ke pangkuan Bude Johar. Diraih tangan kanan bude Johar, kemudian diciumi punggung tangan, kemudian ganti telapak tangan, dibalik punggung tangan,  dibalik lagi telapak tangan. Diciumi bolak balik dengan takdzim.

    “Matur suwun Bude. Bude telah menyelamatkan Inun” tangis Inun sesenggukan sampai tangan Bude basah air mata.

    “Itu untuk  kebaikanmu Nun”

    “Injih Bude,…tapi,…tapi Inun ndak mau tinggal sama Umi dan Abah di Jombang nanti”

    “Iya, iya nanti Inun ikut Bude yang di Balong ombo saja”

    “Iya, terima kasih Bude”

     

    Gadis cantik berambut ikal, mata lentik kulit putih bersih yang selalu ramah dengan siapa saja, banyak lelaki sekali pandang  begitu mudah hati terpaut. 

     

    Kini 94 th telah dilalui perjalanan hidup Inun, 12 putra putri kebanggaanya, hasil didikannya telah menjadi putra putri pengabdi negara. Hasil pernikahan dengan putra bangsa  sengaja dari ucapan bude Johar yang ingin menyelamatkan keponakannya.

     

    Jodoh yang tak sengaja diucapkan bude benar-benar Allah kabulkan. Putra bangsa, pengabdi negara dari kalangan santri Pondok pesantren.

     

     

    Kreator : Umi Nadhifah

    Bagikan ke

    Comment Closed: Inun kecil part 2

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021