KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Ironia Teacheria: Pahlawan Yang Tak Dianggap

    Ironia Teacheria: Pahlawan Yang Tak Dianggap

    BY 14 Des 2024 Dilihat: 241 kali
    Ironia Teacheria Pahlawan Yang Tak Dianggap_alineaku

    Engkau patriot, pahlawan bangsa, 

    Tanpa tanda jasa

     

    Diakui atau tidak penggalan bait di atas sudah mulai samar-samar terdengar. Namun, bukan berarti makna yang terkandung di dalamnya menjadi luntur. Di bait akhir lagu itulah deskripsi betapa profesi guru sebagai pendidik dianggap sejajar dengan para pahlawan bangsa. Profesi guru tak hanya sekedar mentransfer ilmu, tetapi juga membentuk karakter dan jiwa generasi penerus bangsa.

    Betapa tidak, setiap nasihat yang mereka ucapkan dan setiap bimbingan yang berikan, terselip cita-cita besar untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Di balik senyapnya perjuangan mereka, tersimpan dedikasi dan pengorbanan yang tak kalah dengan para pahlawan. Mereka memahat masa depan generasi di bawahnya dengan menanamkan nilai-nilai luhur, membangun kesadaran, dan membentuk insan yang kelak menjadi tulang punggung negeri. Begitulah guru, pahlawan yang selalu hadir dalam setiap perjalanan hidup kita.

    Meski demikian, masih ada di antara masyarakat yang berasumsi kurang tepat terhadap profesi guru. Status guru dianggap sebagai profesi yang mempunyai peran dan tugas yang ringan jika dibandingkan dengan profesi lainnya. Hal ini dimungkinkan karena kegiatan guru yang terlihat oleh sebagian masyarakat hanyalah rutinitas antara rumah dan sekolah.

    Sebagian masyarakat masih memandang bahwa profesi seperti dokter, tehnokrat, atau prajurit merupakan status yang lebih jelas peranannya. Bahkan, untuk berperan menjadi profesi seperti di atas, seseorang haruslah melewati suatu proses atau memenuhi syarat tertentu. Sementara itu, sebagian masyarakat memandang bahwa seseorang tidak memerlukan keahlian khusus untuk bisa berperan sebagai guru dalam mengajar peserta didik di sekolah.

    Asumsi tersebut mungkin ada benarnya jika hanya melihat dengan sekilas aktivitas guru dalam kesehariannya tersebut. Faktanya, seseorang yang berprofesi sebagai guru dituntut untuk menjalankan tugas dan peranannya secara profesional sesuai dengan UU nomor 14 tahun 2005. Regulasi tersebut mengatur bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi pada kompetensi tertentu yang sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan

    Secara khusus, aturan tersebut mengikat guru agar menjalankan tugas dan perannya dalam dunia pendidikan dengan penuh tanggung jawab. Secara umum, aturan ini menegaskan bahwa profesi guru tidak hanya terbatas pada kegiatan mengajar, tetapi juga mencakup peran sebagai fasilitator, mediator, motivator, inspirator, dan evaluator. Semuanya terangkum dalam satu kata, yakni mendidik.

    Realitas ini menempatkan guru dalam pusaran perdebatan yang tiada akhir antara pandangan sebagian masyarakat dan aturan yang berlaku. Akibatnya gaji guru kerap kali tidak sebanding dengan beban kerja yang berat serta tuntutan yang terus meningkat. Kondisi ini berdampak pada rendahnya kesejahteraan guru, yang pada akhirnya menghambat peluang mereka untuk meningkatkan kapasitas diri. Banyak guru yang kemudian terpaksa lebih fokus pada upaya memenuhi kebutuhan hidupnya daripada melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal.

    Apresiasi masyarakat terhadap guru semakin menurun seiring meningkatnya ekspektasi terhadap hasil pendidikan. Fokus masyarakat yang lebih pada hasil akademis tanpa menghargai proses membuat posisi guru kian terpinggirkan. Berbagai penyimpangan sosial di kalangan pelajar seperti perundungan, indisipliner, dan perilaku negatif lainnya, sering kali dianggap sepenuhnya sebagai tanggung jawab guru. Hal ini semakin mempertegas posisi guru yang tidak hanya lemah secara ekonomi, tetapi juga lemah dalam strata sosial.

    Ironisnya, guru sering kali disalahkan ketika memberikan hukuman kepada peserta didik yang melakukan penyimpangan sosial. Lebih dari itu, guru sering menghadapi tekanan mental karena kekhawatiran akan berurusan dengan orang tua siswa jika mencoba mendisiplinkan mereka. Di sisi lain, guru justru mendapat stigma negatif ketika ada siswa yang berperilaku buruk.

    Berita-berita tentang guru yang dipolisikan akibat mendisiplinkan siswa menjadi hal yang kontradiktif dan menyedihkan. Di saat guru berusaha menjalankan tugasnya dalam membentuk karakter siswa, orang tua justru mempersepsikan secara negatif tindakan yang dilakukan oleh guru hingga berujung pada persoalan hukum. Akibatnya, motivasi guru dalam melakukan bimbingan terhadap siswa menjadi terkikis sehingga menurunkan kualitas akhlak generasi yang akan datang. 

    Fenomena tersebut mencerminkan kesenjangan pemahaman antara upaya mendidik yang dilakukan guru dengan persepsi publik terhadap makna penegakan disiplin siswa. Situasi ini bisa saja mencederai profesi guru, bahkan berpotensi mengaburkan nilai-nilai pendidikan. Maka dari itu, kebutuhan untuk mengedukasi masyarakat tentang makna pendidikan beserta komponen yang ada di dalamnya haruslah dilakukan secara masif dan kontinyu.

    Masyarakat harus memahami bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru dengan segala pernak perniknya. Sejatinya, langkah awal pembentukan karakter sebagai bagian dari proses pendidikan seharusnya dimulai dari rumah (orang tua). Guru hanyalah partner dari orang tua dalam proses pendidikan di sekolah yang tugasnya tinggal meneruskan dan memoles apa yang sudah dimulai oleh orang tua. Maka betapa naifnya orang tua yang tidak terima anaknya ditegur oleh guru karena tidak mau sholat, misalnya.

    Di samping itu, upaya melindungi guru dalam menjalankan tugasnya perlu diperkuat melalui regulasi yang tepat. Hal ini agar guru terhindar dari rasa takut dalam melakukan proses pendidikan (pembentukan karakter), meskipun harus tetap dalam koridor etika dan hukum. Regulasi yang tepat juga akan membatasi orang tua “mengintervensi” kebijakan guru/sekolah dalam menerapkan aturan kedisiplinan. Karena sejatinya, orang tua yang merelakan anaknya untuk mengenyam pendidikan di sekolah tertentu seharusnya menerima aturan yang berlaku di sekolah tersebut.

    Dengan demikian, asumsi bahwa peran guru hanya sebatas penceramah di depan kelas harus mulai dieliminasi. Apresiasi dan dukungan masyarakat terhadap guru perlu terus ditingkatkan. Dukungan dan penghargaan masyarakat akan berdampak pada peningkatan kualitas guru, yang pada gilirannya juga akan meningkatkan mutu pendidikan. Menghargai guru sebagai pahlawan, serta mendukung kesejahteraannya, merupakan investasi penting bagi masa depan bangsa yang lebih baik.

    Wallahu a’lam…

     

    Serang-Banten, 25 November 2024

     

     

    Kreator : Khairul Ismi

    Bagikan ke

    Comment Closed: Ironia Teacheria: Pahlawan Yang Tak Dianggap

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021