Prinsip Kedua, hendaknya keluarga muslim itu harus berusaha istiqomah untuk saling menolong dalam ketaatan kepada Allah. Dalam kehidupan pernikahanku, paling terasa saat aku mengambil sikap untuk menjadi penolong bagi suami dalam meraih surgaNya. Mungkin ada yang pernah mendengar kalimat yang berbunyi, “Kalau anak perempuan menikah maka ia menjadi milik suaminya. Kalau anak laki-laki menikah, maka ia tetap menjadi milik ibunya.” Awal-awal, mungkin kita akan merasa kok nggak adil banget ya? Kok nggak sebaliknya? Anak perempuan tetap menjadi milik orang tuanya dan anak laki-laki menjadi milik istrinya. Kok nggak sama-sama aja? Anak perempuan menjadi milik suaminya dan anak laki-laki menjadi milik istrinya atau keduanya tetap menjadi milik orang tuanya.
But, kita harus yakin pasti tidak ada yang salah dengan apa yang sudah Allah atur untuk hamba-Nya. Pasti ada maksud indah di belakangnya dan terkandung hikmah yang luar biasa. Kok bisa??? Coba mari kita renungkan, ya. Kalau anak perempuan kita menikah, saat ijab qobul, saat itu juga, sudah terjadi pasrah pindah tanggung jawab dunia akhirat dari ayah kepada menantunya. Maka, sejak itu surga indah sudah dijanjikan Allah ada pada suaminya. Anak perempuan kita akan bisa meraih surga Allah dengan bertaat kepada suaminya. Nah, kalau anak laki-laki surganya itu bukan pada istrinya lho tetapi surganya ada pada ibundanya. Ia akan beroleh surga dengan bertaat dan berbakti pada ibundanya bukan yang lainnya.
Alhamdulillah, atas karunia Allah. Melalui perenungan yang dalam, sampailah aku pada keyakinan itu bahwa memang surgaku ada pada diri abi dan surga abi ada pada diri Mamak bukan pada diriku. Maka, sungguh, aku tidak ingin menjadi istri yang menghalangi suami untuk meraih surga Allah dengan bertaat dan berbakti kepada ibundanya. Jangan sampai aku membuat suamiku bingung menentukan sikap harus mendahulukan istri atau ibu karena aku menuntut ia mendahulukan aku dari ibundanya. Apa pun, aku menyadari bahwa Allah itu adil kepada hamba-Nya. Aku tidak ingin egois, ingin mendapat surga sendiri tetapi menghalangi suami dalam meraih surga-Nya. Kalau aku sewot dan cemburu ketika suami memperhatikan ibundanya, yaa berarti aku tidak ingin suamiku beroleh surga dong. Egois banget, kan.
Semoga kita dapat menjadi penolong suami dalam meraih surga-Nya dengan bertaat dan berbakti pada ibundanya. Aamiin ya Rabbal’alamiin.
Kreator : Maryam Damayanti Payapo
Comment Closed: Istiqomah Saling Menolong dalam Ketaatan
Sorry, comment are closed for this post.