Kelahiran setiap anak adalah anugerah dalam setiap budaya yang dijunjung di Indonesia, termasuk di Nias Barat.
Di Nias Barat, kelahiran seorang anak disambut dengan penuh sukacita dan menjadi momen penting dalam kehidupan keluarga maupun komunitas. Tradisi yang dijalankan mencerminkan nilai-nilai kekeluargaan dan spiritualitas yang kuat. Salah satu tradisi utama adalah pemberian nama yang baik kepada bayi. Nama tersebut dipilih dengan cermat oleh orang tua atau anggota keluarga, sering kali mengandung makna harapan dan doa agar sang anak tumbuh menjadi pribadi yang bijak, sehat, dan diberkati. Setelah nama diberikan, keluarga akan mengundang tetangga dan kerabat untuk berkumpul dan berdoa bersama. Doa ini menjadi bentuk dukungan moral dan spiritual dari masyarakat sekitar, sekaligus memperkuat ikatan sosial di antara mereka.
Karena mayoritas masyarakat Nias Barat memeluk agama Kristen, proses kelahiran anak juga diikuti dengan upacara keagamaan, salah satunya adalah pembaptisan. Pembaptisan dilakukan sebagai simbol penerimaan anak ke dalam komunitas iman Kristen, serta sebagai pernyataan iman keluarga untuk membesarkan anak dalam ajaran Kristus. Upacara ini biasanya dilakukan di gereja, dihadiri oleh keluarga besar dan jemaat, dan menjadi momen sakral serta membahagiakan. Tradisi ini menunjukkan bagaimana nilai budaya dan agama saling bersinergi dalam membentuk identitas anak sejak awal kehidupannya di tengah masyarakat Nias Barat.
Kelahiran anak pertama tidak hanya membawa kebahagiaan bagi keluarga, tetapi juga menandai perubahan identitas sosial bagi orang tua. Saking bahagia dan bersuka cita masyarakat terhadap kelahiran seorang anak pertama, orang tua akan mendapatkan nama baru yang mencerminkan status baru mereka. Ibu akan dipanggil dengan sebutan “Ina” dan ayah dengan “Ama”, yang berarti ibu dan ayah, kemudian diikuti dengan nama anak pertama mereka. Misalnya, jika anak pertama bernama Dina, maka sang ibu akan dipanggil “Ina Dina” dan ayahnya “Ama Dina”. Pemberian nama ini bukan sekadar formalitas, tetapi memiliki makna sosial dan budaya yang mendalam.
Nama baru ini menjadi bentuk penghormatan terhadap peran baru mereka sebagai orang tua, sekaligus menunjukkan kedewasaan dan tanggung jawab yang kini mereka emban dalam keluarga dan masyarakat. Identitas ini kemudian melekat kuat dalam interaksi sehari-hari, bahkan lebih dikenal daripada nama asli mereka. Tradisi ini juga memperkuat hubungan antara orang tua dan anak, karena nama anak menjadi bagian dari identitas sosial orang tua. Dalam budaya Nias Barat yang menjunjung tinggi nilai kekeluargaan, perubahan nama ini menjadi simbol transformasi kehidupan yang dihargai dan disambut dengan kebanggaan oleh komunitas.
Karena kelekatan identitas pribadi bersama komunitas, maka tidak dapat dipungkiri, pengasuhan di daerah Nias Barat merupakan pengasuhan bersama. Jika ada anak yang kesulitan bersekolah, saudara-saudara dari orang tua anak tersebut bahu-membahu meminjamkan dana untuk membiayai perlengkapan sekolah atau bahkan mengangkat anak tersebut supaya anak itu bisa bersekolah. Selain itu, jika ada kesalahan yang dilakukan anak, paman dan bibi dari anak tersebut ikut menasehati anak itu dengan harapan anak yang dinasehati dapat menyadari kesalahannya dan berubah menjadi anak yang lebih baik. Selama ini, aku sudah sering mendengar kalimat, “It takes a village to raise a child,” tetapi praktek sesungguhnya baru kutemui di Nias Barat.
Kreator : Fadiya Dina H
Comment Closed: It Takes a Village to Raise a Child
Sorry, comment are closed for this post.