KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Izinkan Aku Menimba Ilmu

    Izinkan Aku Menimba Ilmu

    BY 11 Jul 2024 Dilihat: 301 kali
    Izinkan Aku Menimba Ilmu_alineaku

    Sebentar lagi Ujian Nasional (UN) akan berakhir, bertambah cemaslah hati Rudi. Bisakah ia melanjutkan ke sekolah impiannya?, sedang untuk biaya ujian saja ibunya terpaksa menjual kambing yang hanya tersisa satu ekor itu. Ekonomi keluarga terasa begitu sulit sejak kurang lebih enam bulan yang lalu sang ayah jatuh sakit. Ayah rudi tak lagi bisa melihat karena urat saraf matanya putus dan tak bisa disembuhkan. Berbagai upaya telah dilakukan namun sia-sia. Akhirnya keluarga pun hanya bisa pasrah menerima kenyataan pahit tersebut. Kini Rudi benar-benar bingung, apa yang harus ia kerjakan setelah lulus MTs nanti?. 

    Beruntung ada kebun milik kakak perempuan Rudi yang belum digarap. Ia berencana untuk menggarapnya dengan menanami cabai merah. Kebetulan kak Lastri sedang bekerja di luar negeri. Ia sengaja membeli kebun dari gajinya agar kelak saat pulang ia bisa berkebun. Dengan semangat Rudi mulai menggarap kebun itu. Kebun tersebut bersebelahan dengan kebun milik kawan akrabnya semasa di MTs. Seringkali keduanya saling membantu pekerjaan di kebun masing-masing. Hampir tiap hari mereka bekerja bersama-sama hingga keakraban pun makin terjalin. Parman yang memang tak melanjutkan sekolah itu kini rajin ke kebun. Begitu pula dengan Rudi.

    Hampir setiap malam Rudi berkunjung ke rumah Parman, hanya sekedar ingin mencari hiburan. Ia yang begitu menggebu ingin melanjutkan sekolah merasa jenuh dan pusing di rumah. Terlebih saat keinginan sekolahnya  itu datang. Awalnya Rudi hanya ingin bermain sambil ngobrol-ngobrol saja dengan Parman. Tapi sayang Parman memiliki kebiasaan yang buruk. Ia terbiasa mengambil barang milik orang lain. Hal itu kemudian diikuti oleh Rudi. Seringkali mereka menangkap ayam milik tetangga malam hari guna sekedar dimasak. Herannya ibu Parman membiarkan kelakuan anaknya itu. Bahkan ia malah yang memasak ayam curian itu. Sementara di rumah, ibu Rudi tak pernah tau perubahan anaknya sekarang. Sebenarnya Rudi adalah anak baik-baik, tapi karena frustasi tak bisa melanjutkan sekolah dan karena pengaruh temannya ia kini sudah berubah.

     Toni salah satu teman seangkatan Roni dan Parman melanjutkan sekolah ke kota. Sebenarnya ia sangat ingin bersekolah di STM, namun orang tuanya memasukkan Toni ke SMEA. Hal itu membuat Toni bermalas-malasan untuk berangkat sekolah. Kerap kali ia bermain di rumah Parman hingga berhari-hari. Ia tinggal di rumah kost, sehingga orang tuanya tak pernah tau akan kemalasan anaknya itu. Pernah suatu hari, ia pulang guna meminta uang bayaran sekolah ke orang tuanya, setelah diberi ia pun berpamitan untuk kembali ke tempat kost. Namun belum sampai ke tempat kostnya,  ia justru mampir ke rumah Parman. Uang yang diberi orang tuanya ia pakai untuk berfoya-foya bersama Rudi dan Parman. Ia sengaja membeli rokok, minuman keras, dan jajan. Tak terasa dua malam ia menghabiskan uang itu. Akhirnya, kini ia mulai bingung bagaimana menjelaskan ke orang tuanya nanti soal uang itu. Dasar anak nakal, Toni pun menemukan ide. Dirobeknya tas miliknya menggunakan silet, lalu ia pulang dan mengatakan pada orang tuanya bahwa ia telah kecopetan sewaktu di mobil. Tentu saja orang tua Toni begitu percaya dengan ucapan dan bukti yang Toni tunjukkan. Ia pun kembali diberi uang untuk bayaran sekolah, namun lagi-lagi uang itu ia habiskan bersama dua temannya yakni Rudi dan Parman.

    Hampir satu tahun Rudi menjalani hari-hari mengurus kebun milik kakaknya, hingga suatu hari ketika tahun ajaran baru tiba ia dikejutkan dengan kedatangan dua temannya. Mereka adalah Salman dan Rusli. Mereka adik kelas Rudi sewaktu di MTs. Tanpa basa-basi keduanya mengajak Rudi untuk berangkat sekolah. “Ayuk berangkat Rud!”. Ajak Rusli. Rudi pun bingung dan ia pun menjawab, “lah!, sekolah di mana?”. Rusli dan Salman kemudian menjawab, “ kami disuruh Pak Hadi Untuk mengajakmu sekolah di madrasah milik beliau. Kebetulan Pak Hadi memang baru saja membuka pendaftaran sekolah yang lokasinya berdekatan dengan MTs. Tempat anak-anak itu dulu bersekolah. Meski Pak Hadi belum mampu membangun gedung baru untuk madrasahnya, namun anak-anak di desa ini begitu antusias ingin bersekolah di situ. Sementara ini mereka belajar di gedung majelis ta’lim milik warga setempat. Rudi yang memang sangat ingin melanjutkan sekolah tentu sangat senang dan menyambut baik niat kedua temannya itu. Ia pun berkata, “tapi saya kan belum punya seragam”. Sedang kedua temannya sudah siap dengan seragam abu-abu putihnya. Mereka lalu menjawab, “tidak apa-apa Rud, besok saja kalau sudah bisa beli seragam kamu pakai seragamnya. Sekarang pakai baju biasa saja”. Tak menunggu lama Rudi segera bersiap-siap dan berangkat bersama teman-temannya itu.

    Beruntung kebun yang ditanami cabai oleh Rudi sudah membuahkan hasil. Ia pun bisa membeli keperluan sekolahnya dari hasil kebun tersebut. Semenjak masuk sekolah kini Rudi harus bisa membagi waktu. Kegiatannya berkebun dikerjakannya usai pulang sekolah. 

    Begitulah hari-hari kini Rudi disibukkan dengan bersekolah dan berkebun. Ia sudah tak lagi akrab dengan Parman. Beberapa kali Parman mengajaknya bermain dan begadang seperti dulu, namun Rudi dengan halus menolak ajakan temannya itu. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan baik untuk bersekolah Rudi selalu bersemangat belajar. Ia juga aktif di organisasi pramuka yang diadakan di sekolah. Rudi sangat menyadari kondisinya sekarang. Meski ia adalah anak bungsu di keluarganya, tapi ia tak bisa seperti teman-teman seusianya yang dengan mudah dapat meminta uang ataupun sesuatu yang diinginkan pada orang tuanya. Jangankan untuk membeli kebutuhan lain, untuk makan sehari-hari saja sudah susah. Kerap kali ia ikut bekerja sebagai buruh bersama ibunya di kebun tetangga guna memenuhi keperluan sehari-hari. Ia begitu sayang pada ibunya yang sudah tua itu. Sejak ayahnya tak bisa bekerja karena kondisinya sekarang, ibunyalah yang menjadi tulang punggung keluarga. Hal ini membuat Rudi tak tega jika harus merepotkan ibunya. 

    Tiga tahun berlalu sejak Rudi masuk sekolah, kini tibalah saatnya ia dan teman-temannya harus berpisah. Hari itu adalah hari pelepasan siswa. Semua wali murid kelas XII dan dewan guru serta para siswa telah berkumpul. Nampak ibunya Rudi hadir dan tengah menyaksikan acara demi acara. Sampailah pada acara pembagian ijazah. Satu-persatu para siswa dipanggil sesuai abjad. Giliran Rudi kini dipanggil untuk naik ke atas pentas guna menerima ijazah dari kepala sekolah. Tak dapat dibendung air mata rudi saat ia turun dari pentas dan menemui ibunya. Diciumnya tangan ibunya dan dipeluknya sang ibu. Ibunya pun tak dapat menahan tangis harunya, terbayang di matanya bagaimana Rudi melalui semua rintangan hingga dapat menyelesaikan sekolahnya. “Selamat ya nak, semoga Yang Kuasa senantiasa memberikan kemudahan padamu hingga kamu dapat meraih cita-cita yang kamu impikan”. Ucap ibu Rudi. Rudi pun tak mampu membalas ucapan ibunya itu selain hanya mengaminkan. Begitulah kiranya selalu ada jalan saat kemauan itu ada. Langit tampak cerah dan matahari seolah ikut tersenyum menyaksikan kebahagiaan yang Rudi dan ibunya rasakan.

     

     

    Kreator : Sri Dewi Rejeki

    Bagikan ke

    Comment Closed: Izinkan Aku Menimba Ilmu

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021