Seorang kakek berkacamata hitam dengan tongkat di tangan, berjalan menyusuri trotoar jalan Tegar Beriman. Dengan keterbatasan penglihatan dia berjalan sendiri tanpa ada yang menuntun, mendampingi ataupun yang mengawasi. Dari mulutnya terdengar lantunan asma-asma Allah Yang Mah Tinggi. Subhanallah, walhamdu lillah, walaaha illallahu wallaahu akbar. Entah yang keberapa kalimat kalimat-kalimat itu terlontar dari mulutnya.
Di bawah sebuah pohon yang cukup besar dia berhenti, tangannya menggapai-gapai meminta bantuan kepada orang untuk menuntunya menyebrangi jalan cukup lebar di depanya.
“Tolong bantu saya…., saya mau menyebrang !” Ucapnya sambil terus menggapai-gapaikan tanganya. Karena tidak ada orang yang lalu lalang di tempat itu, sang kakek tidak ada membentunya menyeberang jalan.
Setelah beberapa saat, tiba-tiba sebuah mobil pajero berhenti di sampingnya. Seorang laki-laki dengan dandanan perlente turun, dan menghampiri sang kakek.
“Kakek mau menyebrang ….?” Tanya laki-laki itu.
“Iya, nak.” Jawab sanvb kakek.
“Mari saya bantu…!” Ucap laki laki itu sambil meraih tangan sang kakek.
“Terima kasih…. !”
“Kakek mau ke mana ?” Tanya laki-laki itu setelah sampai di seberang jalan.
“Mau pulang, nak.”
“Rumah kakek dimana ?’
“Tidak jauh dari sini.”
“Ya sudah…, sekalian saya antar sampai rumah, ya !” Laki-laki itu menawarkan diri
“Tidak usah, nak. Kalau sudah di sini, kakek bisa sendiri.” Jawab sang kakek
“Benaaar….?”
“Benar, nak. Kakek sudah biasa, kok.” Sang kakek meyakinkan. “Oh iya…., kalau boleh tahu siapa nama kamu ?” Tanyanya.
“Nama saya Aji, lengkapnya Aji Mubarok.”
“Aji Mubarok yang pemilik gelar ustadz milenial itu ?” Tanyanya lagi.
“Iya…., masyarakat menggelari saya seperti itu.” Laki itu membenarkan kalau namanya Aji Mubarok.
“Kalau tidak salah, kamu juga termasuk anggota DPRD, kan ?”
“Kok, kakek tahu ?” Aji Mubarok heran.
“Saya sering mendengar nama bapak di sebut-sebut orang.”
“Iya…, masyarakat memang mengusung saya untuk jadi anggota dewan.” Aji Mubarok kembali membenarkan apa yang diucapkan oleh sang kakek.
“Kalau diperkenankan, kakek ingin nitip pesan buat kamu !”
“Apa itu, kek ?”
“Hati-hati, pak. Jangan sampai jatuh di tempat yang terang !”
“Maksudnya ?”
“Kamu sudah dikenal oleh masyarakat, kamu sudah dipercaya oleh masyarakat. Jaga kepercayaan mereka. Kalau diminta ceramah oleh mereka, jangan memperbanyak syarat. Kalau mendapatkan pengaduan dari mereka, jangan memperbanyak alasan. Tapi…., perhatikan dan perjuangkan. Ingatlah ….., jika kamu berbuat baik, itu artinya kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka itu pun akan kembali pada dirimu pula. Kalau diri kakek jatuh, jatuhnya kakek hanya didunia saja. Tapi kalau kamu jatuh, jatuhnya kamu bisa sampai ke neraka.”
Mendapatkan nasehat seperti itu Aji Mubarok langsung memeluk sang kakek sambil menangis. “Terima kasih atas nasehatnya, kek. Sungguh ini pelajaran yang berharga bagi saya.” Ucapnya di tengah isak tangisanya.
“Sekarang…., lanjutkan perjalanan kamu, dan terima kasih atas bantuanya.” Ucap sang kakek sambil melepaskan pelukan Aji mubarok sang tokoh agama dan tokoh politik di daerahnya.
Kreator : Baenuri
Comment Closed: Jaga Diri Jangan Sampai Jatuh di Tempat yang Terang
Sorry, comment are closed for this post.