Rumah toko kecil dipinggir jalan itu, di ujung jalan kembar adalah saksi bisu dalam pergulatanku berjuang melakukan pengabdian paripurna untuk memberikan “ nikmatnya ” pelayanan pendidikan kepada peserta didik.
Kini, rolling door-nya yang sudah kusam dan berkarat. Dan semakin tidak enak dipandang karena banyak tulisan vandalis dengan cat pilox berwarna warni nama-nama geng anak muda pengangguran. Begitu pula tembok rumah itu yang tampak sudah rapuh dan cat yang sudah kusam. Di beberapa bagian temboknya sudah ambrol dan tampak bata merah tersembul.
Memang , kini ruko itu telah sepi ditinggalkan penghuninya. Yang tertinggal hanya jejak goresan cerita masa lalu di tembok yang tampak sudah rapuh yang entah kepada siapa cerita itu akan disampaikan dengan alur yang ke sana kemari.
Bagiku ruko itu sering kulihat seperti ingin bercerita ketika aku lewat di depannya. Cerita tentang perjuangan di masa lalu. Ya , memang beberapa kali aku sempat berkunjung ke rumah itu untuk berjumpa dengan mereka.
Hati Ibu mana yang tahan irisan pedih di hati, karena setiap hari harus bergulat dengan seabrek masalah kesehatan anaknya, ditengah-tengah kesibukannya mengurus toko dan keluarga. Aktivitas yang rutin ia jalani adalah setiap hari mengantar ke sekolah dan hari-hari lain mengantar ke dokter untuk berobat atau berkonsultasi ketika sakit yang diderita anaknya kambuh dan sekarat.
Dalam seminggu ia harus bolak balik ke dokter bisa dua atau tiga kali. Dan kalau ia pergi ke dokter , pasti absen mengantar anaknya ke sekolah karena sakit.
Tapi besar hati, kasih sayang, perhatian, dan pengorbanan si Ibu tak pernah lekang tergerus oleh kesulitan dan permasalahan yang dihadapi dalam diri anaknya. Sehingga, nyatalah kata pepatah , kasih ibu sepanjang masa. Di tengah-tengah kesusahannya ia setia mengurus anaknya.
Siapa sangka, Rudianto Plembang, seorang remaja tanggung, yang berperawakan bongsor, dibanding postur anak sebayanya yang baru duduk di kelas satu, bak anak stunting sekalipun orang tuanya secara ekonomi berkecukupan. Anak yang dijuluki “PD” yang dimaksud “ pelanggan dokter “ karena seringkali harus bolak-balik ke dokter dan rumah sakit. Dalam seminggu bisa tiga-empat kali.
Sayangnya, di awal tahun pelajaran pihak orang tua, tidak pernah memberikan informasi baik lisan maupun tertulis, misalnya data medis tentang kondisi Rudianto sehingga aku sebagai wali kelas atau para guru tidak dapat memberikan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Yang aku tahu, laporan absensi dari sekretaris kelas, pencatat absensi, yang setiap akhir bulan dilaporkan kepada wali kelas. Ternyata, dalam seminggu Rudianto data alpa atau sakit bisa mencapai tiga hingga empat hari. Bahkan dalam satu minggu, kolom absensi sakit terisi full huruf S. Dan itu kerap terjadi. Oleh karena itu prosentase absensi anak-anak kelasku sering kali di atas 6 %. “ Data absensi yang sangat tinggi, perlu perhatian dan penanganan khusus,” pikirku, saat membaca persentase laporan absensi dari sekretaris kelas .
Kerap kali Mama Rudianto datang ke sekolah tidak mengantarkan anaknya tapi mengantarkan sehelai surat yang menyatakan, Rudianto perlu beristirahat yang dinyatakan oleh surat dokter. Ketika aku tanyakan alasannya, “ Biasa, Pak, ini itu nya kambuh,” jelas mama Rudianto.
“ Ini itu nya apa , Mam, “ tanyaku , minta penjelasan.
“ Badannya panas tidak karu-karuan, tenggorokannya memerah , nyeri. Kadangkala disertai tensi naik dan gula darah di atas 240,” ujarnya menjelaskan, pada suatu suatu pagi, ketika, saya undang ke sekolah untuk mencari tahu penyebab sakitnya Rudi.
Rupanya di sekujur tubuhnya, yang tampak kasat mata, anak sehat dan kuat itu terselip berbagai gangguan kesehatan, yang bukan karena bakteri dan kuman, atau virus, melainkan karena fungsi organ tubuhnya menurun.
Si Anak berkulit sawo matang dan mata sipit itu, yang tidak suka banyak bicara dan sedikit teman, mengidap gangguan kesehatan, kolesterol tinggi, asam urat, amandel, dan darah tinggi. Akibatnya mudah sekali kelelahan. Ragam penderitaan penyakit, yang umumnya diderita oleh orang-orang berusia di atas 40 tahun akibat gaya hidup yang kurang sehat. Penderitaan yang jauh dari umumnya anak.
Dampaknya sangat jelas dan pasti yaitu hasil belajarnya dari setiap tes selalu dibawah rata-rata. . Dari beberapa kali tes mata pelajaran yang saya ampu, hasil tertinggi yang bisa dicapai hanya nilai 50 saja itupun buat dia sudah tergolong bagus. Sehingga, sangat dimaklumi untuk mata pelajaran Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris. Kalau hasil belajarnya seperti itu, resikonya tidak naik kelas. Dan, bayang-bayang itu pun sering menghantui mamanya juga Rudianto. Kalau sudah sampai di sini, raut kesedihan seringkali tampak dari wajah mama dan anaknya. Mamanya sudah kehilangan banyak harapan. Dan, hanya berpasrah pada nasib Rudianto.
Tapi buru-buru aku sampaikan, “ Ma, bersabarlah, jalan keluar selalu ada. Segala urusan yang menyangkut masalah kesehatan pasti ada obatnya. Tinggal bagaimana kita berusaha mencarinya, “ sahutku, menasihati sambil aku tunjukkan laporan hasil belajar semester satu. Bayangkan, dari dua belas mata pelajaran, hanya tiga nilai di atas rata-rata kelas. Jadi begitu buruknya hasil belajar Rudianto.
Namun, di tengah-tengah kekalutan baik aku maupun orang tua Rudianto, ada satu hal yang memberikan harapan baik untuk Rudianto, yaitu hasil tes psikotes yang belum lama dilaksanakan sekolah untuk mengetahui bakat, minat , dan potensi anak.
Berdasarkan hasil tes psikologi yang diterima dari Tim Pelaksana Psikotes, dalam hal kecerdasan , Rudianto tergolong anak yang cerdas. Dibuktikan dengan data hasil tes, IQ Rudianto di atas rata-rata, sekitar 120. Bakatnya kuat di bidang sain. Dan, minatnya memang pada bidang-bidang yang berhubungan dengan fisika, dan biologi. Informasi lain, dengan data kecerdasan tersebut, perolehan nilai dari ulangan normalnya mencapai rata-rata 80-an.
Berbekal hasil tes tersebut, saya semakin bersemangat untuk mencari solusi untuk Rudianto. Pikirku, “ Rudi harus diselamatkan.”
Kini, bayangan wajah Rudianto yang gembira karena bisa bermain basket dengan semangat, berlari bermain kucing-kucingan. Lincah beraktivitas dan hasil belajar yang selalu di atas rata-rata seringkali menyelinap di balik pelupuk mataku.
Demikian juga, wajah mamanya yang ceria , semangat kerjanya tinggi, usahanya maju karena waktu lebih banyak di toko menyertai bayangan wajah Rudianto di pelupuk mataku. Namun, semua itu baru bayangan yang masih dalam ilusi, belum sebuah kenyataan.
Waktu untuk penanganan masalah Rudianto semakin berpacu karena saat itu sudah perjalanan semester kedua, semester penentuan kenaikan kelas. “ Aku harus segera menemukan solusinya, “ lagi-lagi aku berujar.
Sejenak pikiranku, teringat sebuah buku hard cover, bersampul kuning, tebal sekitar 10 cm, panjang 30 cm, lebar 25 cm yang teronggok di rak buku koleksi perpustakaan sekolah, di rak paling atas.
Dan segera buku itu kuambil. Aku baca tulisan terpampang besar pada cover-nya, Buku Ilmu Kesehatan Umum. Saya baca daftar isinya satu per satu untuk menemukan judul yang relevan dengan penyebab sakit yang diderita Rudianto dan cara mengatasinya. Setelah kutemukan, segera aku baca tuntas penjelasannya. Alhasil, sampai pada kesimpulan….
“ Mama Rudi, tidak ada cara lain. Yang perlu dilakukan oleh Rudi untuk mengontrol kesehatannya adalah mengontrol apa yang dimakan dan diminum. Sebab, gangguan kesehatan yang dialami Rudi bukan karena penyakit atau kuman, melainkan oleh faktor makanan. Solusinya, Rudi harus mengontrol diri,“ jelasku panjang lebar kepada Mama Rudianto, yang tampak setuju, pada suatu ketika aku undang kembali ke sekolah untuk bertukar pikiran tentang solusi persoalan yang aku tawarkan.
Demikian juga kepada anaknya. “Mau tidak mau, Rud, Rudi harus mampu mengontrol diri agar penyakitnya tidak kambuh. Buatlah gaya hidup sehat. Dan hindari makanan, minuman pemicu. Itu mungkin cara yang lebih mudah dilakukan baik di sekolah ataupun di rumah,” jelasku kepada Rudianto di ruang guru saat kuundang kesekian kalinya, setelah pertemuan dengan mamanya.
“ Jadi, maksud Bapak bagaimana, “ tanya Rudianto yang kusambut dengan gembira karena berani bertanya dan memberi harapan untuk bekerja sama.
“ Misalnya, satu, untuk menghindari amandel kambuh, Rudi harus menghindari minum es atau air dingin. Dua, menghindari asam urat naik, hindari makan makanan yang terbuat dari kacang-kacangan. Tiga, mengatasi kolesterol, hindari makanan goreng-gorengan dan masakan jeroan. Dan penting juga, berolahragalah ditambah banyak-banyak minum air putih, “ tuturku panjang lebar yang diangguki Rudianto tanda setuju.
“ Baiklah, Pak. Saya akan coba , “ sahutnya dengan penuh perhatian.
“ Terima kasih kalau kamu mau mencoba saran bapak. Karena, keyakinan Bapak seperti itu. Untuk menjadi sehat mulailah dengan bertanggung jawab mengontrol diri, “ tukasku menegaskan yang di dalamnya terselip nasihat, seraya memandang serius wajah Rudianto.
Terpancar harapan. Pada dasarnya Rudi anak baik , penurut. Kalau sesekali mengamuk, marah-marah, mogok sekolah atau belajar, mengumpat mama papanya, bukan karena karakter Rudi yang nakal atau bandel semata. Tetapi rasa keputusasaan Rudi terhadap sakit penyakit yang dideritanya.
Tugasku bertambah sebagai wali kelas adalah membantu mama Rudianto bekerjasama mengontrol dan memberikan informasi tentang progress perilaku Rudianto baik di rumah maupun di sekolah.
“ Terima kasih Mama sudah mau repot-repot mengantar makanan sehat , masakan mama di rumah, “ Sahutku saat berjumpa di pagi hari saat istirahat .
“Rudi di rumah mulai lebih teratur bermain, istirahat, dan belajar, Pak. Demikian juga pola makannya. Sekarang dia tidak banyak meminta makanan-makanan dan minuman yang memicu sakitnya, “ timpal Mama Rudianto yang disambut gembira.
Memang dalam beberapa minggu belum terlalu signifikan terjadi perubahan. Rupanya memulihkan dari kondisi sakit membutuhkan waktu dan kesabaran. Namun, sedikit demi sedikit kondisi Rudi membaik. Tubuhnya lebih sehat.
Angka absensi pun mulai menurun. Rudi lebih ceria. Bermain dan ngobrol-ngobrol bersama teman-temannya dengan gembira pula. Sering kali, di saat istirahat, sambil aku mengontrol anak-anak kelasku, aku jumpai dia ngobrol dengan teman-temannya tentang pelajaran di kelas. Dia tidak sungkan-sungkan mendekati anak-anak pintar dan bertanya pelajaran.
Saya gembira. Hasil belajar membaik, tidak hanya Bahasa Inggris. “ Sip…Mantap Rud! “ pujiku saat dia menunjukkan hasil ulangan-ulangan pelajaran, khususnya Bahasa Inggris, yang sebelumnya dianggap pelajaran yang sulit.
Di penghujung tahun pelajaran, pada penerimaan rapor kenaikan, Rudi membuktikan perubahan yang signifikan. Kini ia menjadi seorang remaja yang tumbuh sehat dan bugar dengan hasil belajar yang memuaskan. Nilai yang paling tinggi bahasa Inggris 85. Matematika dan IPA, IPS sudah bisa mencapai angka di atas rata-rata kelas. Dan, dapat dipastikan Rudianto bisa naik kelas bertolok ukur dari beberapa pelajaran yang sudah di atas rata-rata lebih banyak.
Tahan-tahun berikutnya, Rudi dapat menyelesaikan pelajaran dengan baik. Kini Rudi tercatat sebagai seorang mahasiswa disebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta yang di saat tes seleksi masuk memperoleh nilai tertinggi, sehingga mendapat penghargaan, potongan hampir 90 persen biaya masuk .
Rudianto Plembang, kini, kamu telah dapat menjadi pemenang dalam pertempuran melawan kelemahan dirimu. “ Sukses dan belajarlah terus!” gumamku secuil doa terselip untuk Rudianto Plembang sambil mengembalikan buku kuning ke petugas perpustakaan yang aku pinjam berlama-lama.
Ruko tua itu pun seperti menyapaku yang seolah-olah berkata, selesai sudah ceritaku dan ceritamu dengan senyum yang kulihat ketika sore itu aku dalam perjalanan pulang selepas kerja. Dan, aku berkata, “Sekalipun engkau semakin rapuh berdiri, tetapi janganlah engkau lelah menjadi saksi sejarah. Aku percaya suatu hari Rudianto akan datang dan menegakkanmu menjadi gedung yang megah oleh kesuksesannya,” pungkasku sambil menarik gas sepeda motor honda astrea tuaku meninggalkan ruko itu.
Kreator : HanYa
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Jalan Itu Kutemukan dalam Buku Kuning
Sorry, comment are closed for this post.