Pengalaman ini sangat berkesan tentu saja. Jalan kaki dari kampus UPI FPMIPA UPI, gedung JICA sampai ke Baleendah perbatasan Dayeuhkolot yang dipisahkan oleh jembatan Citarum. Jalan kaki cepat. Bukan tanpa alasan saya berjalan kaki akan tetapi karena memang tidak punya uang untuk ongkos pulang.
Saya menikmati perjalanan menyusuri jalanan ini. Masalah jalan kaki, saya sudah sangat terlatih karena hal itu sudah menjadi rutinitas harian. Jalan kaki dari masjid alFurqon UPI yang tempatnya di awal gerbang masuk sampai ke kampus FPMIPA UPI yang tempatnya di daerah ujung sebelah barat sudah menjadi kebiasaan rutinitas harian. Akan tetapi, untuk jalan kaki dari kampus UPI yang tempatnya di Ledeng untuk ke rumah yang tempatnya berada di daerah Bandung Selatan, apakah pilihan yang harus dilakukan?
Setelah menganalisis keadaannya, saya memutuskan untuk pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Langkah kaki diayunkan, dengan langkah kaki yang lumayan cepat. Saya tidak mengetahui berapa kilometer perjalanan yang ditempuh itu tapi saya sangat ingat dengan waktunya. Perjalanan dari kampus UPI sampai Tegallega adalah satu setengah jam. Perjalanan dari kampus UPI sampai perempatan Istana Plaza adalah 45 menit. Perjalanan dari Tegallega ke rumah saya di Baleendah, daerah Cieunteung yang tempatnya dekat perbatasan Kecamatan Dayeuhkolot yang dipisahkan oleh aliran sungai Citarum adalah satu setengah jam.
Perjalanan dari kampus UPI dimulai pukul lima sore. Tiba di Tegallega jam setengah tujuh. Sholat maghrib di masjid yang tempatnya di terminal Tegallega. Sholat Isya juga sekalian di masjid tersebut. Menunggu sholat isya sehabis sholat maghrib di masjid sambil istirahat. Habis beres sholat Isya saya melanjutkan perjalanan, dimulai jam setengah delapan. Tiba di rumah jam Sembilan malam.
Selama perjalanan dari Tegallega menuju rumah tentunya sudah malam hari. Melanjutkan perjalanan di malam hari. Perjalanan malam hari enak-enak saja karena suasana jalan raya terang banyak lampu dan kendaraan. Selama perjalanan ini saya merasakan lumayan kehausan. Saya tetap melanjutkan perjalanan. Semakin lama perjalanan dilanjutkan, rasa haus semakin dirasakan. Saya sadari saya tidak punya uang sama sekali, bahkan untuk membeli air minum pun.
Ketika rasa haus sudah sangat dan sulit lagi ditahan maka saya pun mencari cara untuk bisa minum, sambil terus melangkahkan kaki tanpa berhenti. Pada saat melangkah dan terus melangkah, terlihatlah pedagang kaki lima. Selama perjalanan tentu saja banyak pedagang kaki lima, tapi saat ini karena rasa haus yang sangat maka saya memutuskan untuk menemui pedagang kaki lima yang saya dapati di pinggiran jalan ketika perjalanan. Saya lupa lagi bapak tersebut jualan apa, apakah pecel lele atau apa. Saya pikirannya ingin minum air karena rasa haus. Saya pun memberanikan diri menyapa pedagang kaki lima itu, dan menyampaikan tujuan saya yaitu hendak meminta air minum karena haus perjalanan. Saya minta maaf karena meminta minum tapi saya tidak membeli jajanannya. Alhamdulillah, bapak pedagang kaki lima itu mengerti dan memberikan air minum. Saya meminum air dengan sangat nikmat, dan tentunya saya mengucapkan banyak terima kasih buat bapak tersebut. Kemudian saya melanjutkan kembali perjalanan.
Alhamdulillah..sekitar jam Sembilan malam saya tiba di rumah. Subhanallah walhamdulillah…nikmat sekali terasa ketika perjalanan sudah sampai dan sudah tiba di rumah. Untuk hal-hal seperti ini saya tidak sampaikan ke orang tua. Tidak mungkin saya sampaikan kalau saya barusan pulang dengan berjalan kaki.
Apa saja catatan pelajaran dari pengalaman ini? Alhamdulillah, setiap hal yang dihadapi bisa diambil pelajarannya termasuk pengalaman perjalanan ini. Catatan pelajaran yang saya dapatkan dari pelajaran ini adalah: Alhamdulillah, tidak ada rasa sedikitpun saya mengeluh dengan hal ini. Ini adalah keadaan yang saya hadapi dan saya harus melakukan tindakan yang terbaik yang dapat dilakukan.
Kreator : Iman Salman
Comment Closed: Jalan kaki Ledeng-Tegallega-Baleendah
Sorry, comment are closed for this post.