Jamaah Haji yang Tawafnya di Pasar, kisah seorang jamaah dari Jakarta
Kisah ini diangkat dari pengalaman seorang jamaah Haji asal Jakarta yang bersama rekan satu kamarnya. Beliau cerita tentang kisah yang bisa kita petik dari keseharian temannya yang bernama Mak Upit (60) Mak Upit adalah wanita Betawi asli yang sangat Tangguh. Dari bentuk postur tubuhnya, terlihat Mak Upit adalah wanita pekerja keras. Kepada teman-teman-teman lain, Mak Upit senantiasa menceritakan kesehariannya di tanah air. “Emak nih, dari muda udah dagang di Pasar Induk. Dagang apaan aja, buah, sayur. Sampe akhirnya kebeli rumah, bikin kontrakan. Emak ada kontrakan kecil-kecilan, anak-anak emak udah kebagian dah, sedikit-sedikit, hehehe,” ujarnya ramah.
Mak Upit sangat lucu dan sedikit latah, kadang jika habis makan siang bersama, Mak Upit menggoda Pak Ustad atau beberapa jamaah. Dia pergi haji sendirian, menabung dari hasil keringatnya sendiri. Tapi ada satu yang unik dari Mak Upit. Setiap waktu sholat tiba dan diajak pergi ke Masjidil Haram, alasan menolaknya ada saja. “Aduh, pegimana ya Pak Ustad, Kaki saya pegel banget ini. Saya sholat di rumah aja dah,” ujarnya.
Namun, ketika jamaah sudah pulang dari Masjidil Haram, Mak Upit ternyata juga baru pulang. Mereka bertemu di lobi hotel. “Mak, katanya kaki Emak pegel, lah, ini dari mana?” ujar seorang jamaah. “Gue abis belanja, cincin batu, cakep-cakep banget dah. Murah lagi. Lo mau gue kasih unjuk gak? Cakep banget dah. Buat cucu gua, hehehe,” katanya sambil tersenyum.
Sekali dua kali, para jamaah masih sering mengajak beliau ke masjid, namun lama kelamaan rekan sekamarnya sudah tidak mau lagi mengajaknya sholat ke masjid. Hingga waktunya menunaikan umroh. Mau tidak mau Mak Upit harus ikut, mulai dari mengambil Miqat di Bir Ali, hingga tawaf dan sa’i. Usai Sa’I, Mak Upit nampak kepayahan. Ia jatuh sambil bersandar pada dinding. “Ampun Pak Ustad, saya sudah tua, gak sanggup lagi saya,” katanya. Mak Upit tidak mengindahkan, saat itu roknya terangkat, dan betisnya terlihat. “Mak, betisnya Mak, tutupin. Kena Dam Mak, kalau kelihatan aurat,” ujar jamaah Perempuan sambil berlari menutupi betisnya. “Biarin aja dah, gak sanggup lagi saya. Ampun, capek banget..” Kata Mak yang tidak memperdulikan betisnya terbuka, sambil minum air dari botolnya.
Melihat hal tersebut, Pak Ustad hanya terdiam, dan meminta jamaah lain untuk menunggu sampai Mak Upit bisa bangun dan berjalan. “Kita duduk dulu deh, sambil minum,” kata Pak Ustad. Usai melaksanakan umroh, jamaah kembali ke hotel. Sesampainya di hotel, teman sekamar Mak Upit, bingung mencari Mak Upit. “Bapak, Ibu ada yang lihat Mak Upit? Saya khawatir kok dia tidak kelihatan.” Para jamaah saling bertatapan dan menjawab tidak tahu keberadaan Mak Upit. Saat masih mencari-cari Mak Upit, tidak lama kemudian Mak Upit datang sambil tergopoh-gopoh. “Nah tuh dia, Mak Upit, darimana?” kata jamaah lainnya. “Maaf Pak Ustad, tadi di jalan saya liat ada yang jual gamis cakep banget, saya mampir dulu. Maaf ya, gak bilang-bilang, hehehe,” kata Mak Upit sambil berjalan menuju kamarnya.
Dan begitulah hampir setiap hari, mulai habis subuh Mak Upit selalu menghilang dan baru kembali menjelang Dhuha. Ia kembali dengan sekantong belanjaan, untuk keluarganya di Indonesia. Kisahnya setiap hari tentang menjelajah pasar di dekat hotel. Bahkan jika ada jamaah yang tertarik dengan belanjaannya, ia dengan senang hati menjualnya dan akan beli lagi esok hari.
Kreator : Nurhablisyah
Comment Closed: Jamaah haji yang tawafnya di pasar
Sorry, comment are closed for this post.