KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » JANGAN HARAP

    JANGAN HARAP

    BY 07 Agu 2025 Dilihat: 3 kali
    JANGAN HARAP_alineaku

    Hari itu Bu Eny berkunjung ke sebuah pondok pesantren yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Dia hendak menjenguk anaknya yang sudah satu tahun sekolah dan mondok di pondok itu.

    Dengan mengendarai sepeda motor tua yang telah banyak berjasa kepadanya, Bu Eny mampu menempuh perjalanan sejauh puluhan kilometer. Jarak sejauh itu ditempuh cukup dengan waktu dua jam saja. 

    Maklumlah Bu Eny adalah wanita kuat yang sudah terbiasa mbolang sejak kecil dan terbiasa pula melanglang buana sampai usia setengah baya itu. Tanpa harus diantar oleh suaminya, jika dia ingin menjenguk anaknya di pondok dia cukup berangkat sendiri.

    “Yang penting sudah diizinkan oleh suami saya, pergi kemanapun saya berani.” Ujarnya ketika ditanya oleh tetangganya yang dipamiti saat mau berangkat. 

     

    “Ya suda, Yu. Budalo. Hati-hati di jalan. Jangan ngebut, Yu. Soalnya naik sepeda motor sendirian. Kalau ngantuk istirahat dulu ya, Yu!” pesan tetangganya melepas kepergian Bu Eny yang sudah siap meluncur.

    Dengan yakin dan berani Bu Eny perlahan meninggalkan rumahnya menuju pondok tempat anaknya belajar. Rasa kangen tak terbendung. Sepanjang perjalanan hatinya gembira akan bertemu anak tercinta. Kebahagiaannya mengalahkan rasa kantuk yang sebentar- sebentar menghampirinya.

    Dengan tenang dan waspada Bu Eny berhasil menaklukkan panasnya aspal terbakar matahari. Dengan sepeda motor scoopy tua yang setia menemaninya dia sampai juga di pondok yang dituju.

    Setelah menemui satpam penjaga pintu gerbang dan menemui ustadzah piket khusus untuk wali santri yang akan kunjungan, akhirnya Bu Eny diizinkan masuk di balai penerimaan tamu, yaitu ruangan khusus untuk bertemunya santri dengan orang tuanya yang datang mengunjunginya.

    Tak lama Bu Eny duduk di ruangan itu, datanglah anaknya yang ditunggu-tunggu. Dengan membawa sepucuk surat panggilan dari ustadzah piket, Si Menok masuk ke ruangan dan langsung memeluk ibunya yang sudah menunggunya.  

    “Alhamdulillah Ibuk datang. Assalamu’alaikum ibuk… Ibuk aku kangen sama ibuk.” Ucapnya sambil memeluk ibunya.

    “Alhamdulillah, kita bisa bertemu. Gimana kabarmu cah ayu?” sahut ibunya sambil menyambut pelukan anaknya.

    “Alhamdulillah, Buk. Aku baik, sehat. Alhamdulillah aku senang di sini Buk, tapi aku sedikit gak nyaman dengan teman-temanku Buk.” Jawab si Menok yang sudah tak sabar ingin curhat.

    “Oh ya, Ibuk sendirian ya? Bapak sama Kakak tidak ikut kesini, Buk? Aku kangen juga sama Bapak sama kakak.” Lanjutnya.

    Sambil mereka membenahi posisi duduk, keduanya melanjutkan obrolannya. Ibunya membuka oleh-oleh dari rumah berupa makanan dan jajan alakadarnya. Dengan santai mereka melepas kangen sambil makan masakan Ibuk yang dirindukan oleh Si Menok. 

    “Buk, aku nich jengkel banget sama temanku, Buk. Dia itu sukanya cari perhatian kepada ustadzah Buk. Dia sukanya cari muka, dan dia gak mau bantu bersih-bersih kamar Buk. Jadi setiap hari itu yang membersihkan kamarnya ya teman-temannya, Buk.” Si Menok mulai curhat kepada ibunya. 

    Ibunya diam saja. Dipandanginya si Menok yang sudah bertambah dewasa. Dalam hatinya dia berharap si Menok kelak menjadi orang yang sholihah yang sukses dunia akhirat. “Mugo-mugo awakmu dadi wong bejo Nok. Semoga dirimu menjadi orang yang beruntung Nok.” Kata ibunya dalam hati.

    “Buk, temanku itu lo, dia suka bertemannya pilih-pilih. Tidak bergaul dengan semua anak. Aku jadi jengkel sama dia. Inginku dia itu bermain berteman itu dengan semua orang. Tidak pilih-pilih sesuka hatinya. Kalau sama anak yang disukai dia akrab banget. Berkawan, bergurau, berbagi, berkomunikasi, dan membantu pun dengan anak-anak tertentu saja sesuai yang dia sukai. Sedang terhadap anak lain yang tidak disukai dia cuek, Buk. Gak perhatian, gak senyum, gak nyapa, gak berjalan bersama, aduh pokoknya aku gak suka deh yang kayak gitu.” Ujar si Menok melanjutkan curhatnya.

    Setelah Si Menok berhenti bercerita, kini ganti ibunya yang berkomentar. 

    “Sudah selesai ceritanya? Begini lo ya, Si Menok anak bunda tercinta, sudahlah dirimu fokus belajar di sini urusi dirimu sendiri. Tidak usah ngurusin orang lain. Biarin saja lah dia cari muka di hadapan ustadzah. Biarin juga dia memilih-milih teman. Yang penting dirimu tidak cari muka di hadapan ustadzah. Biarlah semua berjalan secara alami bagaikan air mengalir. Biarin saja dia berteman dengan orang yang disukainya. Yang penting dirimu harus berteman dengan siapa saja.” 

    “Anak-anak yang datang dari berbagai daerah yang sekolah atau mondok di sini semua sama statusnya dengan dirimu. Dirimu kan sudah tahu kalau cari muka itu tidak baik. Dan dirimu juga sudah tahu kalau berteman hanya dengan orang yang disukai saja itu juga tidak baik. Mereka semua sama, datang dari berbagai daerah untuk belajar dan mencari teman juga. Mereka orang baik-baik. Jadi tidak boleh kita memandang sebelah mata terhadap teman yang lain.”

    “Dirimu jangan berharap dia mengikuti keinginanmu. Tapi dirimu yang harus bisa membawa perasaan untuk mampu membiarkan mereka asalkan mereka tidak mengganggu dirimu. Biarlah mereka Allah yang mengingatkan dan merubahnya. Tugasmu membuat dirimu belajar ikhlas dan ikhlas.” Kata ibunya menasehati Menok. Menok pun terdiam dan dalam hati membenarkan apa yang dikatakan ibunya.

     

     

    Kreator : Endah Suryani

    Bagikan ke

    Comment Closed: JANGAN HARAP

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021