“Ja.. tu .. hh cinta, berjuta rasanya… “ begitulah sepenggal lagu lama. Lagu yang bernada santai dan mengoda. Hentakan irama itu selaras perasaan orang yang sedang kasmaran, Jatuh cinta. Tiap tiap manusia ditakdirkan punya rasa cinta, sayang menyayangi. Rasa yang ingin selalu berbagi perasaan dan berbagi keluh kesah kehidupan. Walau realitanya porsi maupun sifatnya berbeda beda. Kata “jatuh cinta” itu sudah tidak asing sama sekali. Baik di kalangan remaja yang baru akil baligh, pemuda dan pemudi maupun manusia dewasa. Lumrah, wajar bahkan sebuah berkah dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang terhadap manusia yang selalu merindukan untuk dicintai.
Kenyataannya jatuh cinta itu juga menghadapi problem bagi tiap tiap orang. Sebahagian orang ada yang segampang makan gorengan, dimana saja bisa jatuh cinta, lalu membawanya pulang. Menikmati di manapun dia suka. Segampang itu juga orang mau gonta ganti pasangan. Tidak hanya pria bahkan wanita pun kini lebih berani. Mereka seberani itu mempertaruhkan cintanya. “ ini jalan hidupku, mengapa kau yang urus “ keteus pemabuk cinta yang sudah mendalam.
Sebaliknya ada sebahagian orang yang takut jatuh cinta. Minder atau masih wanti-wanti untuk mencintai seseorang. Menjomblo panjang hingga batas kewajaran. Beraneka ragam ngelesnya kalau diberi pertanyaan “ kok belum ada temennya, ya ?” atau “ menunggu penakluk badai datang ya, tapi angin sepoi sepoi pun tak terasa “ atau ada juga yang sering jahil “ “kapan nih sebar undangannya ?. Keburu kiamat lho”.
Jatuh cinta memang tak bisa dipaksakan, itu suatu keharusan. Mencintai adalah lanjutan dari proses menyukai. Ketika kita sudah suka maka semangkin lama rasa itu akan ber-metamorposis menjadi cinta. Logikanya jika kita sudah tahu menyukai akan seseorang, maka kita bisa mengontrol apakah kita bisa mencintainya atau hanya berteman biasa. Dengan mengetahui lebih dini perasaan itu, kita akan lebih bisa mengarahkan rasa tersebut sebagaimana mestinya. Sesuai harapan dan keinginan hati kita.
Maka if C= S+a, sehingga C =C+1, atau if C = S /a sehingga C = C+0. Tapi ini teori hitunggan proses yang dicocok- cocokkan. Soalnya rasa cinta itu tidak bisa dikalkulasi. Rasa cinta tersebut bukanlah hasil dari akumulasi suatu keadaan. Ia tak lebih dari rasa penasaran dan keingintahuan.
Namun bagi mereka yang Jatuh cinta itu tiba tiba, dadakan. Yang sering dibilang cinta lokasi, atau cinta semalam, lebih dadakan lagi. Proses shaat –sheet ( zig zag) orang sudah jatuh cinta. Sebatas dari pandangan mata yang saling melirik, orang bisa langsung jatuh cinta.
Kenangan hidup saya saat zamannya mengenal rasa sayang, pada awalnya memang ketakutan. Takut untuk bertemu, apatah lagi untuk berbicara. Lidah kelu rasanya, hanya menatap saja. Seakan mulut itu kena sariawan. Seakan apa yang ingin diutarakan bisa dishare lewat tatapan mata. Hari hari ingin menjauh tapi lebih sering inginnya berjalan seiring. Ketakutan demi ketakutan dirasa hingga berpuncak pada sebuah keberanian. Keberanian untuk menyatakan keluh kesah hati. Perubahan tersebut terpicu ketika diri ini melihat adanya persaingan. Ternyata dunia tak tinggal diam, berpuluh orang akan menaruh rasa suka dan cinta pada objek yang sama. Berlomba mencintai yang pantas untuk mendapatkan cintanya. Lebih banyak manusia yang merelakan pengornamannya untuk rasa cintanya
Lantas bagaimana orang bisa takut jatuh cinta ?.
Ada manusia yang diberi rasa kasih sayang harus takut untuk menyayangi ?
Manusia yang tak bisa hidup sendiri harus terpaksa menyendiri ?
Banyak hal yang membayangi problem orang takut jatuh cinta. Yang utama sekali mereka yang takut jatuh cinta, dia tidak tahu bahwa dirinya sedang mengalami penyakit ini. Penyakit ketakutan jatuh cinta. Lalu yang kedua ada alasan karena belum waktunya. Kemudian lagi mereka selalu menghindari perasaan cintanya dengan alasan norma norma maupun hukum yang ada. Tapi lebih banyak mereka yang takut jatuh cinta itu memang tak tahu apa alasannya. Orangnya bingung sendiri kalau ditanya “ sudah punya calon ?”.
Dia yang takut jatuh cinta, lebih sering memendam perasaaan hingga akhirnya bersembunyi dari hinggar binggarnya dunia. Cintanya akan selalu tersembunyi, dibalik kegalauan hati.
Merasa dunia tak adil baginya, karena dunia yang begitu ramai membiarkan dirinya kesepian.
Ketika rasa cinta hadir dengan tak terduga, dia mengunci rapat semua keinginannya dengan segala aktivitas yang menyibukkan. Hingga dia merasa letih sendiri, tapi dunia tak ingin menyapa.
Ketika dia ingin merasakan cinta seperti orang lain, dia tak berani mengambil langkah perubahan.
Maka dengan melihat karakter pada orang yang takut jatuh cinta ini , perlu memperhatikan apa yang menjadi keluh kesahnya. Biasanya mereka selalu menjadi orang yang sering terlambat menyadari keadaan dunia. Cintanya banyak disembunyikan, berharap dunialah yang akan menemukan. Padahal dunia ini telah banyak memiliki cinta dari berjuta manusia. Dan Manusia berjuta pula siap menyerahkan cintanya untuk dunia.
Catatan Kenangan :
Bab 1. Takut Suka
Banyak orang yang selalu memilih dan memilah sesuatu dengan sangat teliti , dia tak sadar kalau jiwanya takut suka. Selektif terhadap sesuatu telah membungkus hati nya untuk benar benar memilih yang terbaik. Namun terkadang mereka melupakan logika karena selalu memakai perasaan saja. Namun orang yang takut suka ini akan lebih bijak jika mereka dalam memilih sesuatu dengan fear, adil dan bisa menimbang baik buruknya. Merekalah yang memiliki rasa kesetiaan yang lebih tinggi. Sanggup berkorban untuk sesuatu yang ia sukai.
Maka dengan melihat karakter pada orang yang takut suka ini, perlu perhatian khusus untuk mendapatkan rasa kepercayaannya. Banyak proses yang harus diperhatikan untuk bisa disukainya. Kemungkinan besar dibutuhkan pengorbanan yang lebih dari biasanya.{ bab 1}.
Kreator : Darmen Eka Susilo
Comment Closed: JANGAN TAKUT DUNIA MENYUKAIMU – bab2. Takut Jatuh Cinta
Sorry, comment are closed for this post.