Rasulullah sangat memuja khadijah, hingga membuat Aisyah cemburu karenanya. Bukan tanpa alasan beliau melakukannya, tapi karena begitu dalam jejak cinta yang ditinggalkan khadijah. Simak perkataan Rasulullah ketika mengenang Khadijah di hadapan Aisyah, “Dia beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkari, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakan, dan dia memberikan hartanya ketika orang-orang tidak memberikanku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain dia.” (HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya, 6/1189)
Apa yang begitu tertanam indah dalam memory Rasulullah, sesungguhnya juga yang diinginkan para suami sejak dulu hingga zaman milenial ini, hakikatnya tak pernah berubah. Sepatutnya kita bercermin pada perilaku Khadijah, wanita yang disebut namanya sebagai penghuni syurga, wanita yang mampu meneteskan air mata pedih Rasulullah di hari perpisahan. Wanita yang mendapat salam langsung dari Allah melalui malaikat Jibril lalu mengabarkan baginya rumah di syurga. Subhanallah…
Lalu apa yang sesungguhnya khadijah lakukan untuk suaminya hingga ia mendapatkan semua itu?’
Ketaatan, Khadijah adalah wanita yang memiliki dua pertiga kekayaan kota Mekah. Ketika menikah dengan Rasulullah, keadaannya itu tidak serta merta membuatnya merasa lebih dari suaminya yang hanya seorang anak yatim. Penghormatan dan ketaatannya kepada Rasulullah sangat luar biasa. Jauhnya perbedaan itu tidak menghalangi Khadijah berbakti dengan sebenar-benarnya bakti kepada suaminya. Dialah wanita pertama yang mengakui Kerasulan Nabi Muhammad bahkan menjadi wanita pertama yang memeluk Islam.
Ketaatan Khadijah ini membuat Rasulullah nyaman dan tenang berdakwah membawa risalah Agama Islam. Khadijah menempatkan Rasulullah sebagai kepala rumah tangga yang harus ditaati tanpa syarat. Akhlak Rasulullah telah menyihirnya hingga berada pada pada bai’at cinta yang di luar jangkauan wanita biasa. Khadijah merupakan anugrah terbesar bagi Rasulullah, dengan ketaatannya, ia mendampingi perjalanan dakwah Rasulullah, melahirkan dan membesarkan anak-anaknya, tanpa bantahan, tanpa protes dan tanpa pembangkangan menghiasi rumah tangga mereka. Khadijah mendampingi beliau disaat resah, melindungi disaat kritis, bersama mengarungi jihad yang berat sehingga dia rela mengorbankan harta, jiwa dan raga untuk Rasulullah..
Kasih sayang, Usia yang terpaut lumayan jauh, membuat khadijah sangat mudah memberikan itu kepada Rasulullah, tapi bukan berarti wanita yang umurnya lebih mudah dari suami tidak bisa melakukan hal yang sama. Kasih sayang lahir dari hati yang lembut karena cinta yang tulus. Lihat bagaimana Khadijah menyelimuti Rasulullah seperti seorang anak kecil sesaat setelah beliau menerima wahyu di Gua Hira, tanpa Tanya, tanpa protes akan keadaan rasulullah saat itu, yang datang dengan wajah pucat dan menggigil. Hal ini membuat Rasulullah tenang dan ketakutannya berangsur-angsur hilang.
Rasa sayang wanita, yang membuatnya mampu menangkap hal sekecil apapun dari kondisi kejiwaan suami. Istri akan .l;tahu kapan suami tertekan, stress, sakit dan membutuhkan pertolongan. Hal-hal tersebut pantang diucapkan suami, tapi dengan kasih sayangnya istri bisa membaca semua itu, hingga mampu ,membuka komunikasi yang lebih baik..
Kesabaran. Ujian di masa-masa dakwah Jahriyah membuatnya harus kuat mendampingi Rasulullah yang menghadapi teror dari kaum kafir Quraisy. Bukan saja secara psikis tapi juga fisik hingga ancaman pembunuhan. Puncaknya adalah kesabaran khadijah saat mendampingi Rasulullah dalam masa pemboikotan yang pada akhirnya membuat khadijah jatuh sakit. Khadijah sangat paham betul dalam kondisi seperti itu salah satu yang bisa menolong suaminya adalah dukungan kesabaran, bukan malah menghentikan Rasulullah dari dakwah karena takut akan konsekuensinya.
Kesabaran istri merupakan kunci bagi suami dalam menghadapi segala permasalahan dan rintangan. Kesabaran dapat membuat suami nyaman dan kuat menghadapi segala persoalan kehidupan dan masalah dakwah. Kesabaran istilah yang menjadi penenang dan penyemangat suami sehingga mampu berkembang lebih baik dan mengambil keputusan lebih bijaksana.
Dukungan. Ketika Rasulullah curhat kepada khadijah akan kekhawatiran dirinya saat bertemu dengan malaikat Jibril di Gua Hira, beliau bertanya kepada khadijah, ”Ada apa denganku? Aku khawatir dengan keadaan diriku sendiri.” Khadijah lalu menguatkan beliau dan berkata, ”Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya. Karena engkau senang menjalin tali silaturahmi, engkau biasa memikul beban, engkau memberi makan orang miskin, engkau suka menjamu tamu dengan baik dan engkau suka menolong orang yang menegakkan kebenaran.”
Perhatikan kalimat demi kalimat dukungan yang Khadijah keluarkan, semua kebaikan-kebaikan Rasulullah ia sebut dengan rinci, seolah ingin mengatakan orang sebaikmu tidak akan disia-siakan oleh Allah. Kalimat itu mampu menenangkan Rasulullah dan beliau yakin bahwa dirinya baik-baik saja. Tidak cukup dengan kata-katanya, khadijah bahkan membawa Rasululullah berkonsultasi pada sepupunya Waraqah bin Naufal. Dari situlah Rasullah bertambah yakin akan kenabiannya. Dukungan penuh diberikan Khadijah buat suami tercintanya, bukan saja dalam kata-kata tapi juga tindakan bahkan hartapun dia serahkan sebagai bentuk dukungan pada perjuangan Rasulullah.
Wanita yang memiliki dua pertiga dari kekayaan kota Mekah itu hartanya kini habis di jalan Allah, hingga dalam riwayat disebutkan hari ketika Rasulullah datang dalam kelelahan dakwah, beliau tertidur di pangkuan khadijah. Saat Khadijah membelai rambut Rasulullah, tak terasa air matanya mengalir dan menetes di pipi Rasulullah. Nabi kemudian bangun dan berucap, “Wahai Khadijah mengapa engkau menangis? Adakah engkau menyesal menikah denganku? Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan, namun hari ini engkau telah dihina orang, mereka menjauhimu, seluruh kekayaanmu habis. Adakah engkau menyesal wahai Khadijah?” Rasulullah bertanya dengan lembut, tak kuasa melihat istrinya menangis. Tapi apa jawaban Khadijah?
“Wahai suamiku, wahai Nabi Allah bukan itu yang kutangisi. Dahulu aku memiliki kemuliaan,Kebangsawanan, dan harta kekayaan, dan semua itu telah kuserahkan kepada Allah dan RasulNya. Sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini. Wahai Rasulullah, jika nanti aku mati sedangkan perjuanganmu ini belum selesai, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai namun engkau tidak memperoleh rakit atau jembatan, maka galilah lubang kuburku, ambil tulang belulangku, jadikan sebuah jembatan untuk engkau menyeberangi sungai itu supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia dan melanjutkan dakwahmu…” Allahu Akbar… adakah wanita di dunia ini yang bisa menyaingi dukungan Khadijah kepada suaminya? Mendengar itu saja Rasulullah terpukul, apatah lagi setelah ditinggalkan untuk selamanya oleh Khadijah.
Dimasa kini, saat laki-laki dan wanita menikah tanpa ilmu parenting yang memadai, hanya mengatasnamakan cinta dan melepas masa lajang. Lalu masa madu pengantin baru berlalu kemudian mereka diperhadapkan pada kenyataan-kenyataan hidup yang begitu keras, banyaknya tuntutan istri, pertengkaran semakin sering terjadi. Suami dan istri saling menyalahkan, saling menuntut hak, menyebut-nyebut kewajiban, rumah tangga berantakan dan kacau balau, lebih parah karena semua itu akhirnya memicu kekerasan dalam rumah tangga akhirnya berujung pada perselingkuhan dan perceraian, akhirnya anak-anak menjadi korban.
Cara menyiasati depresi suami dan istri adalah dengan memberinya ketaatan kita sebagai istri, percaya bahwa suami akan bisa menyelesaikan masalah dengan baik, memberinya kasih sayang dan bersabar melalui semuanya bersama. Beri dukungan moril, materil, pemikiran semampu kita. Motivasi suami, bahwa kita bisa melalui ini semua dan badai pasti akan berlalu. Bukan malah menyudutkannya dengan tuntutan dan interogasi yang membuatnya semakin tertekan.
Ketaatan, Kasih sayang, Kesabaran dan dukungan dari istri akan membuat suami menjadi kuat, ia akan termotivasi untuk bekerja keras dan merubah diri menjadi pribadi yang lebih baik. Semua sifat-sifat itu bagi pria merupakan mata air yang dapat menyegarkan kehidupannya. Dengan demikian perceraian demi perceraian bisa dihindari
Walau tak bisa sama persis dengan khadijah dalam mencintai Rasulullah, setidaknya kita bisa berusaha meneladani sisi mulia beliau. Belajar dari bai’at Cinta ibunda Khadijah, yang jejaknya tak pernah pudar dalam ingatan Rasulullah.
Kreator : Miftah El-Faradisah
Comment Closed: Jejak Cinta Khadijah
Sorry, comment are closed for this post.