KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Jejak yang terungkap

    Jejak yang terungkap

    BY 12 Des 2024 Dilihat: 200 kali
    Jejak yang terungkap_alineaku

    Pesta ulang tahun Willy berakhir dengan suasana yang bercampur aduk bagiku. Aku tak pernah menyangka, di tengah musik meriah dan gelak tawa tamu undangan, ia akan bertemu dengan wajah-wajah yang selama ini hanya muncul di benaknya. Wajah itu seperti bercermin. Jay, pria yang kukenal hanya sebagai seniorku di kampus, ternyata adalah kakakku, dan orang-orang yang berdiri di samping Willy, mereka adalah keluargaku.

    Aku masih duduk diam di sofa ruang tamu setelah semua tamu undangan pulang. Nyonya Aditya, ibunda Willy, duduk di sampingku dengan pandangan yang penuh harap. Sementara itu, Willy berdiri di dekat pintu, seolah tak tahu harus berbuat apa.

    “Nak Mayang,” suara lembut Nyonya Aditya memecah keheningan.

    “Kami tidak tahu bagaimana mengungkapkan ini padamu. Kami ingin kau tahu bahwa selama ini kami tidak pernah berhenti mencarimu. Kau mungkin tidak percaya, tapi tidak ada hari yang berlalu tanpa kami mengingatmu. Kami sungguh ingin memperbaiki kesalahan kami di masa lalu.”

    Aku mengangkat kepala perlahan.

    “Kesalahan?” suaraku bergetar.

    “Kami tahu, ini sulit bagimu. Tapi izinkan kami menjelaskan.”

    Jay mengambil alih.

    “Dua puluh tahun lalu kau terpisah dari kami karena insiden yang tidak pernah bisa kami lupakan.”

    Aku merasa tubuhku kaku. Ingatan tentang panti asuhan, hidup dalam kekurangan, dan perjuangan selama ini melintas dalam benakku.

    “Insiden?” ulangku dengan suara hampir tak terdengar.

    Nyonya Aditya menahan air mata.

    “Kau diculik saat berusia tiga tahun. Kami sedang di Taman Kota, waktu itu. Kami mencarimu ke mana-mana, menyebarkan foto, bekerja sama dengan polisi. Bahkan, kami mendatangi setiap anak yang kami temui di jalan, berharap salah satu dari mereka adalah kau, hingga Papa meninggal karena kecelakaan saat mencarimu. Setelah bertahun-tahun, kami kehilangan jejak. Kami bahkan berpikir kau sudah—” Nyonya Aditya terisak, tak sanggup melanjutkan.

    “Sudah meninggal,” Jay menyelesaikan kalimat itu dengan ekspresi dingin.

    Semua orang terdiam.

    Willy melangkah mendekat dan duduk di sampingku.

    “May, aku tahu ini berat dan asing bagimu. Aku juga tidak menyangka ini semua akan terjadi malam ini. Tapi kau harus tahu, kami tidak pernah berhenti mencarimu.”

    Aku menatap mata Willy.

    “Dan, butuh waktu dua puluh tahun untuk menemukan kamu, May!” nada suaranya terdengar sarkastik.

    “Kami tidak tahu kau ada di kota ini,” jawab Nyonya Aditya tegas.

    “Jika saja kami tahu lebih awal…”

    Aku menghela napas dalam-dalam.

    “Kalian bilang aku diculik, tapi kenapa aku tidak pernah mendengar tentang penculikan itu dari siapapun? Tidak ada berita maupun petunjuk dari panti asuhan yang menampungku waktu itu.”

    Nyonya Aditya terlihat ingin menjawab, tapi Jay melangkah maju.

    “May, kau diadopsi secara ilegal. Itu sebabnya, jejakmu menghilang. Kami baru menemukanmu karena… aku menemukan identitasmu di tumpukan file almarhum Papa.”

    Nyonya Aditya membuka tas dan mengeluarkan sebuah foto lama. Itu adalah foto seorang bayi digendong seorang pria berpakaian formal, dengan tulisan di baliknya: Untuk Ayu kecil, sayangnya Papa. Aku mencoba mengenali foto wajah itu. Itu adalah foto yang sama, ketika aku temukan di rumahku beberapa hari yang lalu.

    “Kami menyebarkan foto ini ke seluruh penjuru negeri,” jelas Nyonya Aditya.

    “Tapi penculikmu pergi ke tempat yang tidak pernah kami bayangkan. Kau diadopsi tanpa sepengetahuan kami.”

    Kata-kata itu menghantamku seperti palu. Selama ini, aku selalu berpikir bahwa aku hidup dengan orangtua kandungku. Ternyata, aku memiliki keluarga kandung yang kaya, hidupnya enak, berkecukupan dan dikelilingi kemewahan.

    Aku mengalihkan pandangan pada Willy dan Jay. Mata kami bertemu dan aku melihat sesuatu yang tak bisa ia tolak—kejujuran. Namun, rasa sakit dan keraguanku masih terlalu besar.

    “Kalian ingin aku langsung percaya begitu saja?” suaraku bergetar, meski berusaha terdengar tegar. 

    “Seolah dua puluh tahun itu hanya mimpi buruk yang tiba-tiba berakhir?”

    “Kami tidak meminta itu,” kata Nyonya Aditya.

    “Kami hanya ingin memberimu kesempatan untuk mengenal kami. Tidak ada paksaan.”

    Keheningan kembali menyelimuti ruangan. Mayang ingin bangkit dan pergi, tapi tubuhnya terasa berat. Ada sesuatu di wajah-wajah mereka yang membuatnya tetap tinggal—sesuatu yang menyerupai… harapan.

    “May,” suara Willy lembut.

    “Aku tahu ini sulit. Aku juga terkejut ketika tahu kau adalah adikku. Tapi aku ingin kita punya kesempatan untuk mengenal satu sama lain. Tidak sebagai teman, tapi sebagai keluarga.”

    Aku menghela napas panjang.

    “Aku butuh waktu,” kataku pelan.

    “Aku tidak bisa membuat keputusan besar sekarang.”

    Nyonya Aditya tersenyum kecil, meski matanya masih basah oleh air mata.

    “Itu lebih dari cukup, Nak Mayang. Kami hanya ingin kau tahu bahwa pintu ini akan selalu terbuka untukmu.”

    Saat aku keluar dari pintu rumah, angin malam yang dingin menyambutnya. Langit sudah gelap, dan kota terasa begitu sunyi. Langkah kakiku terasa berat, namun saat mataku melirik jam tangan, aku terkejut melihat pukul hampir dua belas malam. Pesta yang awalnya penuh kebahagiaan kini meninggalkan ketegangan yang mendalam.

    “Mayang, tunggu!” suara Willy memanggilku dari belakang.

    Aku menoleh. “Ada apa lagi?”

    Willy mendekat, terlihat ragu.

    “Maksudku… sudah terlalu larut. Sebaiknya, kau menginap di sini dulu. Di rumah ini. Toh, ini jadi rumahmu juga, kan?”

    Aku menatap Willy lama. Akhirnya, aku mengangguk pelan.

    “Baiklah, terima kasih.”

    Willy menatapnya, seolah ingin mengatakan sesuatu, namun kemudian memilih diam. Jay mengantarkanku ke kamar tidur untuk beristirahat.

    Setelah beberapa menit, aku merasakan mataku terpejam.

     

     

    Kreator : Fati Nura

    Bagikan ke

    Comment Closed: Jejak yang terungkap

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021