KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Jendela Harapan di Sekolah Tanpa Jendela

    Jendela Harapan di Sekolah Tanpa Jendela

    BY 30 Jul 2025 Dilihat: 10 kali
    Jendela Harapan di Sekolah Tanpa Jendela_alineaku

    Dua tahun sudah aku menjalani proses pengabdian di desa ini. Di tahun 2011, akhirnya aku berhasil menyelesaikan studi S1 Pendidikan Bahasa Inggris. Resmi, aku menyandang gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.). Lalu, apakah setelah itu aku berhenti? Apakah pengabdianku selesai sampai di situ? Tentu tidak.

    Bukan karena aku tak punya pilihan lain. Bukan karena sulit mencari pekerjaan tetap. Dan, bukan pula karena sekadar ingin mengisi waktu. Kalau soal honor, jangan ditanya, honor guru pengabdi hanya cukup untuk membeli satu lipstik matte Make Over, mungkin. Tapi bukan itu yang aku cari.

    Sejak awal, aku memang punya misi: mengabdi sampai aku berubah status. Bukan status pekerjaan, tapi status pernikahan. Ya, aku bercita-cita terus mengabdi sambil menunggu jodohku menjemput. Dan, sementara menunggu itu, aku memilih untuk tetap berada di sini, di desa kecil terpelosok tempat aku dilahirkan.

    Setelah lulus kuliah, waktu luangku terasa lebih banyak. Aku memutuskan untuk tidak hanya mengajar di SDN 6 Tianyar Barat, sekolah induk tempatku bertugas, tetapi juga ikut mengajar di beberapa sekolah filialnya. Sekolah filial ini adalah sekolah cabang yang dibuka untuk menjangkau anak-anak di daerah pelosok, yang letaknya jauh dari sekolah utama dan sulit dijangkau. Meski jaraknya berjauhan dan medannya berat, semangat anak-anak di sana untuk belajar tak pernah surut. Itu yang membuatku ingin hadir dan berbagi ilmu di tempat-tempat itu.

    Ada tiga sekolah filial yang berada di bawah naungan SDN 6 Tianyar Barat: Filial Kelumpu, Filial Baru, dan Filial Tiying Tali. Masing-masing berdiri di atas tanah milik warga yang dengan sukarela menyerahkan lahannya demi pendidikan anak-anak desa. Bangunannya sangat sederhana, sebagian besar tanpa jendela, tanpa pintu, bahkan ada beberapa kelas yang lantainya masih berupa tanah, belum di rabat semen. Saat musim hujan, air kerap masuk ke dalam ruangan. Namun, ruang-ruang sederhana itu justru menjadi saksi semangat besar dari anak-anak di pelosok ini.

    Untuk menuju ke sana, kami harus melewati bukit, lembah, dan sungai-sungai kering yang saat hujan bisa berubah menjadi aih bah, banjir yang deras dan tiba-tiba datang. Setiap perjalanan menuju sekolah filial selalu menyisakan cerita. Kadang basah kuyup, kadang harus menunggu air surut, tapi di ujung perjalanan itu, ada anak-anak yang menunggu dengan senyum cerah dan penuh semangat.

    Sekolah filial di desaku bukan sekadar tempat belajar. Ia adalah simbol harapan. Harapan agar anak-anak di pelosok bisa mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan, harapan agar jarak, medan berat, dan keterbatasan fasilitas tak memadamkan mimpi mereka. Aku bersyukur bisa menjadi bagian dari upaya kecil ini, karena aku percaya, pendidikan bukan tentang di mana kita belajar, tetapi tentang siapa yang berani bermimpi di dalamnya.

    Sejak didirikannya sekolah filial ini, angka anak yang tidak bersekolah maupun anak yang putus sekolah menurun drastis. Kini, anak-anak di pelosok desa bisa bersekolah sesuai dengan usia mereka, tanpa harus menunggu besar atau rela berjalan jauh ke sekolah induk. Sekolah filial benar-benar menjadi jembatan bagi mereka yang sebelumnya terhalang jarak, medan berat, dan keterbatasan fasilitas.

    Hal-hal seperti yang pernah dialami Arya dan Yasa, dua anak yang dulu terpaksa menunda sekolah karena jarak dan medan yang sulit, kini tidak lagi terjadi. Kehadiran sekolah filial memberi harapan baru bagi anak-anak di desa ini untuk tetap bisa belajar, bermain, dan bermimpi besar tanpa harus meninggalkan kampung halaman mereka.

     

     

    Kreator : kade Restika Dewi

    Bagikan ke

    Comment Closed: Jendela Harapan di Sekolah Tanpa Jendela

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021