Agresivitas pada anak usia dini adalah perilaku yang menunjukkan kecenderungan menyerang, melukai, atau menentang orang lain secara verbal maupun fisik. Pada usia 2-6 tahun, anak sedang berada dalam fase perkembangan emosional dan sosial yang pesat, sehingga perilaku agresif seringkali menjadi bagian dari proses eksplorasi atau reaksi terhadap lingkungan.
Agresivitas bisa muncul dalam bentuk fisik (memukul, menendang), verbal (berteriak, berkata kasar), maupun emosional (mengamuk, merusak benda).
Contoh kasus, seorang anak berusia 4 tahun, sering memukul teman-temannya saat bermain di taman. Ia juga suka melempar mainan jika tidak mendapatkan keinginannya. Ketika ditegur, ia menangis keras dan melempar barang-barang yang ada di dekatnya.
Perilaku anak tersebut mencerminkan bentuk agresivitas fisik dan emosional. Ini bisa disebabkan oleh frustasi, kurangnya kemampuan mengelola emosi, atau meniru perilaku agresif dari lingkungan sekitar.
Beberapa tanda yang dapat dikenali sebagai indikasi perilaku agresif pada anak antara lain :
- Fisik : Sering memukul, menendang, mencubit, atau merusak barang
- Verbal : mengucapkan kata-kata kasar, mengejek, berteriak
- Emosional : mudah marah, tantrum berlebihan, tidak bisa menunggu giliran
- Sosial : sulit bersosialisasi, sering berselisih dengan teman sebaya
- Resistensi terhadap otoritas : menolak arahan guru atau orang tua secara agresif
Ciri – ciri anak berperilaku agresif dapat berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Perbedaan ini tergantung tingkat keparahan, tapi umumnya meliputi :
Tidak mampu mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat
Kurangnya empati terhadap orang lain
Impulsif dan kurang mampu mengendalikan diri
Sering merasa frustasi atau cemas
Terkadang terlihat tidak peduli terhadap konsekuensi dari perilakunya
Agresivitas yang tidak ditangani dapat berdampak jangka panjang terhadap aspek perkembangan anak :
- Sosial : anak bisa dijauhi teman sebaya, mengalami isolasi sosial
- Emosional : mengalami kesulitan mengenali dan mengelola emosi
- Akademik : sulit berkonsentrasi dan mengikuti kegiatan belajar
- Perilaku : berpotensi berkembang menjadi gangguan perilaku di kemudian hari, seperti ODD (Oppositional Defiant Disorder)
Beberapa faktor yang berkontribusi pada perilaku agresif meliputi :
Lingkungan keluarga : pola asuh keras, konflik orang tua, kekerasan domestik
Pengaruh media : konten kekerasan di televisi, game, atau internet
Temperamen anak : anak dengan kepribadian impulsif atau sensitif
Kurangnya stimulasi emosional : anak yang tidak diajarkan mengenali dan mengekspresikan emosi
Penanganan agresivitas harus melibatkan berbagai pendekatan, tergantung pada penyebab dan intensitas perilaku. Beberapa strategi efektif :
Terapkan disiplin dengan kasih sayang
Tetapkan aturan dan konsekuensi yang konsisten
Beri pujian atas perilaku positif
- Latihan pengendalian diri
Ajarkan anak mengenali emosinya
Gunakan teknik “timeout” untuk membantu anak menenangkan diri
Libatkan dalam kegiatan fisik yang positif seperti olahraga
Konsultasi dengan psikolog anak jika perilaku agresif tidak membaik
Terapi bermain atau terapi perilaku kognitif (CBT)
- Lingkungan yang mendukung
Kurangi paparan media yang mengandung kekerasan
Beri contoh perilaku empati dan komunikasi yang sehat
Dorong interaksi sosial yang positif dengan teman sebaya
Agresivitas pada anak usia dini adalah hal yang umum, namun perlu diwaspadai jika perilaku tersebut mengganggu perkembangan sosial dan emosional anak. Penanganan dini dengan pendekatan yang tepat dapat membantu anak belajar mengelola emosinya dengan sehat dan berkembang secara optimal. Kolaborasi antara orang tua, guru, dan profesional kesehatan mental sangat penting dalam menangani perilaku ini secara efektif.
Kreator : Tri Welas Asih
Comment Closed: Jika Anak Suka Berperilaku Agresif
Sorry, comment are closed for this post.