Jika Ibu masih ada…
Aku tak akan sekadar pulang.
Aku akan mengetuk pintu dengan dua tangan,
Memeluknya tanpa menunggu pelukannya duluan,
dan membiarkan air mata ini jatuh sebelum ia sempat bertanya,
“Kenapa, Nak?”
Karena sesungguhnya,
rindu yang paling menyakitkan adalah yang tak bisa lagi dititipkan lewat pelukan.
Hanya bisa ditanam dalam sujud yang sunyi,
di antara air mata rindu yang tak lagi bisa dibendung;
Jika Ibu masih ada…
Akan kutahan setiap ucapan yang dulu pernah menyakitinya,
setiap mimik wajah yang tanpa sadar membuat hatinya retak.
Karena kini aku tahu,
seorang ibu masih bisa tersenyum saat dilukai anaknya…
Walau hatinya patah, ia memilih diam agar tak membebani si anak dengan lukanya.
Jika Ibu masih ada…
Takkan kuhabiskan waktuku membalas chat orang lain saat bersamanya.
Takkan kubiarkan kepalaku menunduk ke layar ponsel
saat ia duduk di depanku menatap wajahku;
wajah yang dulu ia tatap setiap malam
dengan lelah dan cinta yang tak pernah ditagih balas.
Jika Ibu masih ada…
Aku akan genggam lama-lama tangannya,
Aku akan tidur di sampingnya lebih sering.
Mencium keningnya sebelum ia tertidur,
dan takkan lagi mengeluh saat ia batuk di malam hari.
Sebab kini,
satu-satunya yang bisa kudengar hanya sunyi;
dan suara batuknya pun terasa seperti nyanyian indah yang hilang.
Jika Ibu masih ada…
Aku akan mencatat setiap resepnya,
mengabadikan setiap cerita masa lalunya,
dan tak akan lagi berkata, “Ah, Ibu, cerita itu lagi…”
Karena sekarang, aku bahkan rela menukar hari-hariku
hanya untuk mendengar ia mengulang cerita yang sama untuk keseratus,
bahkan keseribu kalinya sekalipun.
Tapi Ibu sudah tiada…
Dan hari-hari terasa seperti kehilangan warna.
Rumah tak lagi punya aroma khas masakan cinta.
Tak ada yang menegur saat aku pulang larut,
tak ada lagi yang menyelipkan doa di bawah bantal
saat aku tidur dengan kecewa di hati.
Kini aku hanya bisa menyesal..
Bukan karena tak mencintai Ibu,
tapi karena terlalu sering menunda menunjukkan cinta itu;
seakan waktu takkan pernah kehabisan stok hari.
Kini aku tahu,
kehilangan ibu…
bukan sekadar kehilangan orang tua,
tapi kehilangan tempat berpulang,
kehilangan arah,
kehilangan pelukan yang tak pernah menghakimi,
kehilangan satu-satunya doa yang tak pernah putus,
sekalipun tak pernah diminta,
Jika Ibu masih ada…
Aku tak akan meminta apa-apa lagi kepada dunia.
Cukup ia ada…
Cukup ia hadir…
cukup ia tersenyum…
cukup ia menyebut namaku dalam doanya…
Dan kini,
satu-satunya yang bisa kulakukan adalah menulis doa
dalam bentuk cerita.
Membiarkan setiap huruf menjadi pelukan,
dan setiap kalimat menjadi air mata,
Ibu…
Jika surga benar-benar ada di bawah telapak kakimu,
Izinkan aku mencium tanah yang dulu kau tapaki,
Sebagai pengganti rindu yang tak akan pernah selesai.
💕💞💝
Bogor, 21 Juni 2025
Kreator : Nurul Jannah
Comment Closed: Jika Ibu Masih Ada
Sorry, comment are closed for this post.