Jika saja kau tahu ; jatuh itu pun butuh tenaga supaya bisa merasakan sakit. Supaya bisa bangkit tanpa mengadu dan menangis. Semua bersiap untuk jatuh tanpa tahu pasti kapan dan di menit serta detik ke berapa mereka akan jatuh.
Jangankan aku yang jatuh, bahkan daun, ranting dan bunga yang menjadi guguran sepanjang jalan tidak pernah tahu kapan ia akan lepas dari tunas dan dahannya. Mereka dan kita hanya diperintahkan-Nya bersiap dari jatuh, entah keras, lambat, perlahan atau hanya jatuh dan terpelanting lagi. Maka, jangan tanya, “Jatuh ya?!” Tapi tanyakan, “Apa kau siap untuk berdiri lagi?!”
Sungguh tidak ada yang tidak pernah “jatuh” bahkan seekor kucing pun ia pernah terjatuh dari genting bahkan terpeleset pula, namun coba perhatikan bagaimana ia bangkit dan bergegas lari setelahnya..heem pelajaran kecil dari Allah untuk selalu kujadikan pengingat,
Jika jatuh jangan lama – lama. Segeralah bangkit, meski mungkin sedikit perih dan bikin meringis. Tapi, ketika garis takdir belum mencapai finish maka segeralah beranjak dari bekas jatuhmu…cari pijakannya dan melompatlah yang tinggi sambal perhatikan tumpuan selanjutnya supaya tidak jatuh, atau minimal jika kau jatuh tidak lagi terlalu fatal dan serius lukanya.
Jika saja kau tahu: Jatuh itu butuh sedikit menyimpan malu, sedih dan mengeluh dalam batas wajar tak sampai terdengar pada lorong gendang telinga manusia lain supaya kau tau perlu mendengar sorak tawa mereka yang menertawakan bahkan bahagia diatas rasa perih pada jatuhmu.
ketika jatuh tentu saja bagian otak dan syarafku akan melakukan respon tentang “guncangan” ini, yakni rasa sakit pada bagian permukaan kulit disertai memar, hati yang sedikit shock alias kaget (pastinya…dengan sedikit cengar – cengir) ditambah sedikit rasa malu celingukan apakah ketika jatuh ada orang lain di sekitarku?
Sesekali akan tergelitik untuk segera bangkit karena malu, segera mengusap air mata dan terhenyak sesaat sebelum bangkit sebagai waktu jeda bagi diri untuk menyadarkan sesuatu bahwa saat ini tidak sedang dalam keberuntungan dan yang paling penting dari semua poinnya adalah kemampuan untuk mau menerima keadaan saat ini bahwa iya “kamu, aku, kita sedang dalam keadaan jatuh.”
Jika saja kau tahu: bahwa proses yang paling penting dari semuanya adalah, menerima dan bersabar dalam apa yang sedang terjadi hari ini termasuk halnya “jatuh”.
Seringkali terpintas dalam semua benak manusia termasuk aku adalah; “jatuh barengan (bersama- sama) itu jauh lebih baik dari pada jatuh sendirian”, namun sayangnya tidak dan hampir jarang sekali kita temui hal ini, “kok bisa begitu ya?”,
“kadangkala Allah biarkan dan berikan kamu jatuh juga serta rasa sakit di dalamnya sendirian tanpa teman , supaya tiada pertolongan lain selain kamu hanya meminta pertolongan dan memanggil namaNya.”
Cara Allah indah ya?pernah kepikiran nggak sih?
Kamu jatuh sendirian, banyak tatapan mata yang menangkap momen jatuhmu, tapi tiada satupun yang mengajak bahkan mengulurkan tangannya untuk membantumu bangkit? Pernah?!
Jika saja kau tahu: peristiwa jatuh yang membuatmu terpuruk, sedih, malu dan sembunyi hingga tak lagi kau ingini manusia melihat batang hidungmu sampai kau benar -benar siap untuk kembali menampakkan diri, adalah salah satu dari sekian miliaran cara Allah untuk menyapamu, untuk berbicara denganmu melalui Bahasa sarat makna-Nya, yang itu tidak disadari oleh hampir semua hambaNya kecuali mereka yang bersabar dan ikhlas dalam menemui ketetapan-Nya.
Jatuh yang indah bukan? Mungkin, jika diketahui maknanya dari awal dan akhir dari apa yang Allah berikan, pasti kita akan bersedia jatuh berkali – kali, bahkan mungkin tidak ada lagi rasa sakit di dalamnya melainkan senyum dan tawa saja, namun sayangnya kita tidak seperti itu…,kita diberi fitrah sebagai “manusia yang tidak sabaran.”
Nyatanya ketika jatuh yang terbesit selain rasa sakit dan malu ialah keluhan yang besar bahkan menyalahkan keadaan paling parah lagi menyalahkan Allah , kenapa harus aku? Kenapa begini dan begitu? (ke-distract ngga sih?)
Jika jatuh itu bisa kita pesan jauh – jauh hari saja ketika kita sudah siap dan semua ada pada tempatnya, pasti semua akan pilih untuk tidak jatuh dan menghindarinya, atau bahkan membayar lebih supaya tidak jatuh, sayangnya ini bukan seperti memesan layanan kelas VIP supaya tidak ada resiko apapun supaya tidak jatuh atau minor accident.
Jangan berangan – angan wahai kita yang selalu ingin selamat tapi ceroboh.
Jika saja kau tahu:
“Seperti halnya ada siang dan malam, matahari dan bulan , si kaya dan miskin maka jatuh dan kematian pun juga berkawan karib dalam sendi kehidupan makhluk Allah.”
Maka mana mungkin kau jadikan mereka jauh satu sama lain?, jatuh itu memiliki fungsi seperti sel dalam tubuh yang jika ia hilang dalam tubuh kita maka akan berakibat fatal, kok bisa sih?!
Aku tahu kau pasti akan mengutak – atik otakmu untuk berpikir keras kenapa bisa jatuh adalah bagian penting dalam sendi hidup untuk dilalui setiap manusia? Tentu saja penting untuk dirasakan ,dialami, dijalani , dinikmati dan dilalui.
Ini semisal halnya sedang bersiap melompat batu tinggi seperti yang dilakukan oleh para pria di pulau Nias, sebelum melompat kau harus mundur sejenak mencari pijakan yang pas supaya bisa mengayun tumpuan kakimu kuat – kuat untuk melompat jauh lebih tinggi menjangkau batu itu. Inilah kenapa perlunya kau jatuh untuk melihat kebelakang dan berhenti sejenak sebelum melompat pada fase hidup lebih tinggi lagi di garis mistar kehidupan selanjutnya.
Ada cara indah di balik bungkus duka dan airmata pada jatuh.
Aku tidak menyuruhmu langsung paham dan mengerti cara Rabbku menyadarkan dan menyapamu dengan keindahan dan keagungan. Aku hanya sedang menuntunmu perlahan untuk memahami Bahasa sarat makna Allah dalam mencintai hambaNya yakni, Kau, Aku, Kita dan Mereka.
Aku hanya ingin membantumu menyadari perlahan tentang kenapa keadaannya harus jatuh sekarang? Kenapa tidak tunggu saja aku siap? Dan apa salahku hingga aku jatuh ? padahal aku sudah berhati – hati.
Tidak akan pernah ada siapapun yang siap dengan jatuh, dan aku tidak pernah bisa percaya jika mereka bisa mengira akan jatuh dan telah siap dengan jatuh, Karenanya jatuh tidak memiliki rentan waktu, ia hanya akan beberapa kali menyapa seperti halnya senja yang menjemput maghrib sebelum tiba waktunya malam.
Jatuhlah…
Tak mengapa karenanya kau akan hebat
Jatuhlah….supaya kau tahu
Kau sudah melampaui batas nirwana
Jatuhlah ..agar kau lumpuh dari dusta dunia
Kau Buta dalam mengeja makna tentang cinta
Jatuhlah supaya paham tentang selaksa harap
Jika saja kau tahu: Kenapa harus jatuh? Pertanyaan idealis yang seringkali menjadi kanker pada otak sebagai bentuk protes atas segala kesombongan diri, namun sayangnya tidak akan ada jawaban yang bisa menyumpal sesaknya tanya itu ketika tidak dibersamai dengan penerimaan dan tenang.
Bukan satu dua makhluk seperti ku dan kalian yang bertanya tentang pertanyaan sederhana ini, namun tiada yang bisa menjawabnya dengan baik dan tepat kecuali ia telah mendapat hasil dari jatuhnya sebagai pengalaman dan cerita hebat dalam lembaran hidupnya.
“Padahal, aku sudah berhati – hati.”
Bagiku Kau hanya berhati – hati dari kecewa bukan sedang berhati – hati dengan letupan bahagia yang nantinya akan meluncur ke bawah dengan deras pada jatuh, sehingga kau mengira semua akan baik – baik saja. Ini bukan tentang pemikiran pesimis bahwa bahagia itu hanya sebentar dan jatuh serta sedih di dalamnya akan berkepanjangan, jika kalian memiliki mistar atau penggaris berapapun panjangnya coba perhatikan dengan seksama dalam setiap inci – nya, apakah kalian temukan garis yang panjang dan pendek disana? Menurut kalian kenapa ia tidak sama?
Ya, kita tidak sedang membahas garis secara harfiah memang , namun yang ingin ku gambarkan pada kalian ialah begitulah layaknya jalan kehidupan setiap manusia, ia kan berada pada fase jatuh dan bangkit sesuai dengan garisnya, kadang kita akan mengalami fase jatuh yang sedikit lebih lama atau panjang daripada fase bangkit yang lebih pendek atau bahkan sebaliknya.
Kita hanya baru belajar satu dari milyaran makna pesan tersembunyi dari sebuah mistar /penggaris yang kita temui dan ada di sekeliling kita, sebenarnya masih banyak lagi pelajaran yang Allah berikan kepada kita jika kita mau mencarinya dan selalu berpikir tentang pelajaran hidup lain yang Allah berikan melalui ayat – ayat kauniyah-Nya,
“Dan tidak akan pernah kau temukan pesan Allah tanpa adanya ketenangan di dalam dirimu, sementara ketenangan itu hanya akan kau dapat dengan mengingat-Nya.”
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” [ar Ra’d/13:28].
Romantis, bukan?! Bayangkan ketika kau sedang jatuh cinta apa yang membuat semua harimu terasa indah dan berwarna, menjadikanmu semangat setiap waktunya dan apa yang ingin segera kau lakukan? Benar saja,…. kau akan mengingatnya sepanjang waktu, setiap detik dan helaan nafasmu bahkan kau tidak sabar ingin bertemu dengannya, ingin memberi kabar dan mendengar kabarnya, maka seharusnya seperti inilah kau mencintai Rabbmu.
Kau banyak melibatkan-Nya dalam setiap lini hidupmu, kau selalu menanti dan tak sabar ingin segera berada pada waktu – waktu perjumpaan dengan-Nya , bercerita banyak hal tentang apa yang terjadi sehari ini dalam hidupmu pada semua kegiatanmu, lalu kau merengek dan bermanja kepadaNya dengan melambungkan banyak doa ,munajat dan semua harap…sampai – sampai ketika kau jatuh tersungkur kau abaikan semua sakitmu hanya bergegas saja menemuiNya bercerita tentang rasa sakitmu dan meminta-Nya untuk mengobatimu menyeka air matamu dan memelukmu dalam tidur lelah yang tenang.
Entah harus berapa bait kata yang harus kugambarkan untuk merangkai setiap keindahan mencintaiNya, benar adanya jika hati sudah kau tautkan pada-Nya maka aku bisa menjaminnya tidak ada ribuan bahkan milyaran macam ketenangan apapun yang pernah kau dapat sebelumnya yang bisa menandingi ketenangan yang Allah berikan.
Jika saja kau tahu: Cara-Nya menyapamu dalam jatuh yang sudah Ia hendaki untukmu itu benar – benar indah, tak hanya meremuk kerasnya hatimu, meruntuhkan idealisme-mu, namun juga menjauhkanmu dari angan yang ternyata memiliki batas dimana hanya Dia yang bisa menghancurkannya, jahatkah menurutmu?
Jika jahat; mungkin saja kau sedang melihat caraNya dengan kemarahanmu bukan cinta yang kau miliki.
Jika baik; pasti kau sudah berhasil membawa hatimu kepadaNya, karena cintamu mampu menunjukkan keindahan dibalik jatuh itu sebagai bentuk ujian terhadap bukti cintamu kepadaNya.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami Telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” [al-‘Ankabut/29:2]
“Kamu benar-benar akan diuji pada hartamu dan dirimu” [Ali ‘Imran/3: 186]
Hai pembaca,…. Seperti halnya kau ingin bukti cinta pasanganmu terhadap dirimu, maka bagaimana mungkin Allah tidak ingin melihat sejauh mana kalian beriman dengan memberi ujian?! Mustahil.
Sadar atau tidak seringkali pertanyaan “kenapa” kepada Allah itu menjadi sebuah tuntutan yang harus mendapat jawab, padahal jauh sebelumnya Allah telah memperingatkanmu supaya kamu tidak jatuh supaya kamu menjauhi bahaya dan tidak sekali – kali mendekatinya, namun apakah kita mengindahkan peringatan ini? Atau bahkan kita mengacuhkannya berlalu begitu saja?
“Dan, Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka hingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [at-Taubah/9:115]
Jadi tergelitik tanya pada benakku, lalu sebenarnya siapa yang bersalah karena jatuh? Nyatanya kitalah aktor dan aktris utama atas peran penting kenapa kita jatuh, karena diri kita sendiri,sebab lalai dari peringatan Allah dan merasa diri paling hebat dalam membuat perencanaan, melakukan tindakan preventif (pencegahan) dan paling jago lupa dari berdoa memohon perlindungan dan pertolongan pada sutradara utama kehidupan ini yakni Robbul Alamin.
Aku bukan sedang mengajarkanmu menyalahkan diri sendiri, pesimis dan apapun yang kau sebut itu, tapi aku sedang berusaha menyadarkanmu bahwa tali sandal jepit saja perlu kau doakan supaya ia tidak memiliki peran untuk menjatuhkanmu.
Hal yang sepele, bukan? Ini tentang meminta kekasihmu untuk menjaga, menolong dan memudahkanmu. Kau hanya perlu merajuk memintaNya lirih saja biarkan terbawa angin tapi pasti sampai padaNya jika kau kirimkan beserta ketulusan dan rasa tidak berdayamu itu, bahwa kau tidak bisa tanpaNya,
Dan Rabb-mu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu.”
[Al-Mu’min/Ghafir/40: 60].
Mungkin kita tidak jatuh terlalu dalam, tidak juga terlalu perih dan sakit atau tidak butuh waktu lama untuk bangun dari jatuh, kau hanya perlu menikmati dan menerima jatuh sebagai salah satu bagian cerita hidupmu hari ini dan kelak.
Hingga kemudian hari kau akan menceritakan jatuhmu itu dengan tatapan dan senyum renyah tanpa sesal, hanya belajar menjadi hebat karena jatuhmu, seperti kucing yang jatuh dari atap genting dan segera beranjak sambil berlari kecil dan terus menatap lurus ke depan.
Seperti anak kecil belajar mengayuh sepeda roda duanya, lalu terjatuh dan menangis sebentar. Kemudian ia beranjak kembali berlalu dengan kayuhan sepeda bersama Ayah atau Ibu yang memegang jok sepedanya dari belakang sembari berlarian kecil.
Jika saja kau tahu: Ada pepatah yang mengatakan; Luka di kulit akan mudah diobati, namun luka di hati tak ada yang bisa mengobati. Hei… KITA! Mari merubah persepsi tentang pepatah ini, dan membuangnya jauh – jauh dari kamus dan sendu kehidupan kita.
Menurutmu, siapa yang menjadi obatmu ketika jatuh selain obat untuk pori kulit yang mulai tergores memar dan darah yang mengucur segar darinya?
Kreator : kiki
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Jika Jatuh
Sorry, comment are closed for this post.