Jam 10.00 WIB !” Terpampang jelas di dinding tembok kelas, Lonceng tanda masuk pelajaran berikutnya “! Tak lama duduk di bangku, dug – dug suara zundap sang penilik, Gembira seketika hati ku, pulang lebih cepat dan guru pasti rapat”! Suara dalam hatiku , ! Tiba – tiba klotak – klotak bunyi suara sepatu, semakin mendekat, ternyata wali kelas, Bu Khusnul khotimah menyapa membelakangi papan tulis , Guru idolaku karena parasnya yang ayu juga pinter, Special kalau mengajar Matematika, Bagiku pengelihatan ku beliau cantik maklum aku sudah klas lima , Madrasah Ibtidaiyah, Di masa Akil balligh lah Alloh SWT, menurunkan nikmat sahwat kepada ku, mungkin saat itu lah turunnya hijab, Sehingga anak Adam”! Bisa melihat apa itu buah quldi ke indahan, sampai – sampai aku juga bisa merasakan nikmatnya sekolah di pulangkan lebih awal, yang ku rencana kan paling awal adalah memanjat pohon juwet, Dan menikmati nya sambil nangkring selesai itu mandi di kali sambil atraksi salto dari atas tebing yang nggak terlalu tinggi.
Barokalloh Bu Guru sudah menyuruh kemas – kemas, berdoa pun di mulai, Dan aku selaku ketua kelas segera memberi aba – aba untuk acara berdoa , Setelah itu baris Bersalaman dengan Guru dan pulang.
Plan Acara awal harus segera terlaksana, Buka seragam sekolah, Taruh tas dan buku di rak lemari, Langsung ke TKP pohon juwet, Sudah puas langsung loncat nyebur ke kali Sekitar dua jam ber wisata, Setelah puas berenang di sungai, langsung pulang makan siang. Dan segera momentum paling penting saat itu adalah mengalungkan radio Panasonic yang berukuran lebar 10 cm x 5 cm”! Sebuah serial yang tak pernah terlewatkan seri nya, Sebuah sandiwara radio “ ? Saur sepuh yang menjadi starring adalah Brama Kumbara, sosok tokoh yang luar biasa, Expectasi ku waktu itu sangat lah sederhana, Sosok pemimpin yang mau turun lapangan, Bahkan mau menjadi intelegent, Sayang sedikit radio Ndak bisa bunyi, Bak ala Maygyver baterai yang sudah aku tumbuk pakai batu dan ku jemurpun patut ku gunakan, Maka bunyi lah radio dan kudengarkan Brama Kumbara yang sedang adu kesaktian dengan ajiannya serat jiwa, yang melawan ajian lampah lumpuh, Memang kita ini suka sekali Sandiwara”! Tak apa lah, yang penting indah,Dan di sepakati bersama menjadi halalan toyibah, Asal tidak halal bin haram.
Hujan pun turun, Kesempatan untuk menikmati air gratis dari sang. Pencipta, main hujan – hujanan , Sambil main bola plastik di lapangan depan sekolah an. Setelah puas pulang, bilas tubuh dan makan sore, persiapan untuk belajar dan mengerjakan PR , menjelang magrib waktu nya untuk ngaji di surau.
Sehabis isa’k ngaji pun selesai, Desa yang tidak ada listrik membuat kami semakin asyik dengan kenyamanan alami, Suasana tenang. Setelah urusan belajar selesai, Rencana selanjutnya adalah mendengarkan sandiwara radio Mak Lampir, Tapi radio sudah di kuasai kakek yang lagi asyik Mendengarkan wayang kulit Terpaksa tidur, Pagi yang cerah telah membangun kan ku dari tidur, Aku pun berangkat ke sekolah, Pelajaran awal adalah PMP, Kedua PSPB, Jam 12 pelajaran selesai kami pun pulang, Seperti biasa ku otak – Atik radio, Untuk mendengar kan serial Brama Kumbara selanjutnya, Kali ini Brama sempat kalah dengan Ajian Lampah Lumpuh, Tapi sang Raja Madangkara tak menyerah dia mengeluarkan Ajian Serat Jiwa tingkat sepuluh senang lah hati ku, Meski tak pernah ketemu dengan Brama Kumbara, Tapi aku tak mau dia di kalahkan ke batilan.
Comment Closed: JOHN VANDERBUG SEBIJI BATERAI
Sorry, comment are closed for this post.