KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Misteri
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Sains
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Juara Kategori Terbaik

    Juara Kategori Terbaik

    BY 27 Okt 2024 Dilihat: 110 kali
    Juara Kategori Terbaik_alineaku

    Tiada yang tahu perjalanan hidup seseorang. Aku yang hidup bahagia bersama suami, anak-anak, dan mamak mertua, kini seolah kebahagiaan itu terenggut oleh takdir yang memisahkan. 

    Kini tanggung jawab membesarkan keempat buah hati ada di pundakku. Kebahagiaan itu harus kembali ku raih bersama keempat permata hatiku. Tanpa suami di sisiku, namun dia hidup selamanya dalam hatiku. 

    Lepas Isya, Zamzami pulang dari Masjid. Setelah kami berbincang sejenak, berbagi cerita tentang berbagai hal, ditingkahi dengan canda tawa kembar, lelah yang kurasakan sirna sudah melihat tawa riang mereka. Kantuk terlihat menyerang kembarku. Zamzami pamit untuk tidur. Sementara aku menemani kembar hingga mereka terlelap. 

    Aku meraih laptop dan mencurahkan apa yang kurasakan, perjalanan hidupku, kisah sedihku akibat kehilangan pahlawan keluargaku ke dalam sebuah tulisan. Meskipun hanya ungkapan hati yang kutuliskan, namun saat aku membacanya kembali aku merasa tulisanku aneh, alurnya acak dan tidak beraturan. Sebuah ide muncul di otakku. Aku berpikir, aku membutuhkan seseorang yang akan mengajariku teknik menulis. Sehingga, tulisanku bukan hanya sekedar ungkapan hati, tapi kenangan indah suatu saat nanti. 

    Ku buka ponsel dan menuliskan pesan untuk temanku.

    “Ta, kamu bisa ngajari aku menulis, nggak?” tanyaku setelah berbasa basi sejenak saling menanyakan kabar. 

    “Aku belum pernah menulis, Mbak. Dulu aku pernah nyoba-nyoba ikut Kelas Menulis tapi nggak lanjut. Aku nggak sampai mengumpulkan naskah tulisan karena bersamaan dengan kegiatan yang menyita waktu, Mbak.” balas Nita, sahabatku sejak kuliah dulu. 

    “Tapi aku masih menyimpan nomor salah satu admin Kelas Menulis itu. Bentar ya, Mbak. Aku cari dulu. Nanti aku kirimin nomor beliau, Mbak.” Satu pesan kembali dari Nita. 

    “Iya, Ta. Makasih, ya.” balasku lagi. 

    Tak lama, sebuah notifikasi pesan masuk. Sebuah nomor ponsel yang dikirim Nita. 

    “Makasih, Ta.” Ku kirimkan pesan kepada Nita.

    Tak menunggu waktu, aku segera menghubungi nomor tersebut. Menyampaikan keinginanku untuk mengikuti kelas menulisnya. 

    Sejak saat itu, di sela-sela aktivitasku sebagai ibu rumah tangga, sebagai guru, sebagai anak, sebagai salah satu CGP, aku juga sebagai salah satu peserta kelas menulis. Jadwal padat itu semakin menambah semangat hidupku. Setiap kali aku merasakan kesedihan, rasa itu aku ungkapan dalam bentuk tulisan. 

    Aku mulai mengikuti berbagai event menulis yang diadakan beberapa platform terbuka. Kesedihan yang kurasakan itu, kini berubah menjadi semangat meningkatkan nilai diriku. 

    Suatu ketika aku melihat flyer di Facebook tentang sebuah event lomba menulis. Aku tergerak untuk mengikuti event tersebut. Namun, aku masih bingung apa yang akan kutuliskan. 

    Hingga suatu sore mendung menggantung di langit sana aku buru-buru mengambil motor di dalam garasi untuk kugunakan menjemput kembar dari rumah pengasuhnya. Langit semakin gelap, rintik hujan mulai perlahan turun. 

    Aku mengambil mantel dari jok motor dan memakainya. Aku berteriak memanggil si kembar untuk segera naik ke atas motor kemudian segera mempercepat laju motorku ketika keduanya sempurna sudah berada di atas motor. Kugunakan mantel kelelawar itu bertiga dengan kembarku. Rintik hujan bertambah deras. Setelah beberapa waktu, kami sampai di rumah. 

    Si Kembar tidak segera masuk rumah, tapi justru meminta izin kepadaku untuk main hujan. Semula aku melarangnya, tapi setelah mereka berusaha keras merengek minta persetujuanku, akhirnya aku mengizinkan dengan beberapa syarat yang kutawarkan. Di antara kesepakatan itu adalah mereka main hujan tidak boleh lama-lama, hanya di depan rumah, tidak jauh-jauh.  

    Aku duduk di kursi teras rumah, menunggu mereka bermain hujan. Sekelebat kenangan tiba-tiba muncul di benakku seiring dengan turunnya hujan. Kenangan bersama suamiku. Beberapa kata terangkai di pikiranku. Aku mengambil kertas dan pulpen, tak terasa air mata kembali sore itu menemani rangkaian kata yang kutuliskan di atas kertas putih itu. 

    Titik air mata menetes di kertas itu. Sebait demi sebait puisi tercipta sore itu. Hingga menjadi rangkaian puisi ungkapan rasa rinduku terhadap suamiku tercinta. 

    Aku berhenti sejenak dan membaca ulang puisi itu dengan tetesan air mata yang belum juga reda. Baiklah, puisi inilah yang akan aku kirimkan untuk mengikuti event lomba menulis puisi dan cerpen. Aku memilih biarlah puisi yang menggambarkan isi hatiku akan aku abadikan dalam sebuah buku antologi puisi dan cerpen yang diadakan oleh sebuah platform menulis.

    Aku mengingatkan kembar untuk berhenti bermain hujan karena senja sudah tiba. Meski mereka masih enggan beranjak, aku mengingatkan pada kesepakatan awal untuk tidak berlama-lama bermain hujan. Dengan terpaksa, meski dengan muka yang belum puas akhirnya mereka menurut. Masuk ke kamar mandi, membersihkan diri mereka, dan berganti baju tidur. 

    Lampu-lampu rumah sudah dinyalakan. Suara mengaji dari arah Masjid sudah terdengar. Senja beranjak petang. Malam telah bersiap menggantikan petang. Tak ada Bintang di atas sana. Gelap membungkus malam. Hanya cahaya dari lampu jalan yang menerangi. Kembar telah rapi dengan pakaian tidurnya setelah aku oleskan minyak kayu putih untuk mengusir dingin, menyalurkan rasa hangat menyelimuti tubuh mereka. Kumandang adzan Maghrib mulai terdengar. 

    “Mas Zamzami mana, Dek?” tanyaku pada kembar.

    “Iya, Bu,” sahut Zamzami dari kamar.

    “Aku masih siap-siap mau ke Masjid, Bu.” Lanjutnya.

    Setelah menyambar payung yang tergantung di dekat pintu, Zamzami menerobos rintik gerimis yang masih tersisa, menggunakan payungnya menuju Masjid dekat rumah. 

    “Nduk, yuk kita siap-siap sholat Maghrib,” ajakku pada kembar yang masih bermain bersama di depan TV. Mereka seolah tidak mendengar ajakanku.

    “Katanya pingin di sayang Allah,” aku merayu mereka.

    Seketika mereka berdiri  dan berlomba menuju kamar mandi, berebut mengambil air wudhu. 

    “Wudhunya gantian, ya,” ucapku mengingatkan. 

    Aya mengalah, membiarkan adiknya mendahului mengambil air wudhu. Aku terakhir mengambil wudhu. Kami bertiga menuju kamar tempat sholat. 

    Malam harinya, setelah mereka lelap dalam tidur, aku membuka laptop dan mulai mengetikkan puisi yang telah kubuat sore tadi. Huruf demi huruf, kata demi kata tercipta di sana. Dan setiap kata yang tertulis, kembali air mata seolah enggan untuk pergi. Menemaniku hingga selesai kutuliskan dalam lembar Ms.Word.  

    Berkali-kali ku baca ulang, meski itu artinya air mata harus kembali menetes setiap kali aku membaca puisi tersebut. Biarlah, biarlah air mata ini terus menetes menggambarkan suasana hatiku yang sedang menanggung rindu pada lelaki yang telah mewarnai hidupku dengan kasih sayangnya yang hingga kini masih dapat kurasakan. 

    Semakin aku mengingatnya, semakin aku menyadari satu hal bahwa dia memang sosok lelaki yang lembut dan penuh kasih.  

    Malam itu juga aku mengirimkan naskah puisi tersebut dilengkapi dengan bionarasi dan lini masa, kepada panitia.

    Aktivitas rutin kembali kujalani beberapa waktu. Bulan berganti bulan. Perjalanan event menulis terus berjalan. Aku memantau tahap demi tahap event melalui grup WhatsApp. Setelah terkumpul semua tulisan dari peserta event, tahap berikutnya adalah tahap penilaian sebelum proses cetak buku antologi oleh penerbit. 

    Aku hanya menunggu informasi proses cetak buku, tanpa berharap akan masuk dalam daftar juara kategori apapun. Karena aku menyadari bahwa aku masih penulis pemula yang sangat butuh banyak belajar. 

    Namun, siang itu ketika aku menyimak grup event, di sana terpampang jelas nama-nama yang masuk dalam daftar juara. Mulai dari juara umum 1,2 dan 3, juara kategori terbaik, juara harapan dan beberapa juara kategori lainnya.  

    Ketika sampai pada nama-nama juara kategori terbaik, aku terperangah tak percaya. Namaku ada pada daftar juara kategori terbaik 1. Bagiku itu sangat mengharukan sekaligus membanggakan. Aku kucek lagi mataku, dan kubaca ulang daftar nama juara kategori terbaik, ternyata namaku memang terpampang sebagai juara kategori terbaik 1. 

    Admin event secara langsung juga memberikan pesan melalui WA, ucapan selamat kepadaku atas diraihnya juara kategori terbaik 1 itu. Mungkin semua yang masuk dalam daftar juara, kategori apapun itu, mereka juga dikirimkan pesan pribadi ucapan selamat. 

    Aku merasa bahagia. Aku menceritakan kepada sahabat-sahabatku pencapaian itu. Mereka turut bangga dan bahagia. Bahkan berpesan ingin membaca karyaku itu apabila proses cetak buku sudah selesai dan buku sudah di tanganku. Rasa haru menyeruak dalam hatiku.

    Kabar itu menambah semangatku untuk terus berkarya, aku seperti orang yang ketagihan untuk menulis. Namun pada tulisan berikutnya aku seperti menemukan kenyamanan saat menulis berupa artikel. Tantangan menulis artikel tidak seberat saat menulis puisi atau cerpen. 

    Aku mulai memperhatikan sekeliling, menuliskan apa saja yang ada di sekitarku. Aku mencoba berlatih dengan menuliskan apa yang kulihat dan rasakan, menuliskan apa yang ku dengar, menuliskan apa yang kualami.  aku memasang telinga lebih lebar untuk mendengar, menggunakan mata lebih tajam untuk melihat, menggunakan hati untuk merasakan apa yang aku alami dan rasakan, dan segala hal yang berada di dekatku untuk dijadikan sebagai bahan tulisan. Semua terasa amat mengasyikkan. 

    Proses pendidikan guru penggerak juga menjadi proses yang begitu menyenangkan meski banyak tugas yang harus aku kerjakan, aku sangat menikmatinya. Tiba-tiba aku menjadi seseorang yang keranjingan aktivitas. 

    Aku merasa dikelilingi oleh orang-orang baik di sekelilingku. Begitu baiknya Allah kepadaku. Kemudahan-kemudahan dalam setiap urusan, sahabat-sahabat yang selalu menguatkan, tetangga-tetangga yang baik, saudara yang menyayangi dan selalu mendukung dan membantuku selama ini untuk bangkit, bersemangat menjalani hari, dan menatap ke depan. 

    Tantangan demi tantangan hidup, mulai dari nyetir mobil, pendidikan guru penggerak, mencurahkan isi pikiran dalam bentuk tulisan meski masih dalam kemampuan yang belum seberapa, keterampilan IT yang sedikit demi sedikit aku pelajari, dan tantangan-tantangan yang lain, telah aku hadapi dan sampai kini aku telah berhasil melakukannya. Rasa percaya diriku kembali tumbuh seiring dengan aktivitas yang kujalani. Semangatku kembali hidup dalam hatiku.

     

     

    Kreator : Suharni

    Bagikan ke

    Comment Closed: Juara Kategori Terbaik

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021