Memiliki suami sekeras mas Danu adalah takdirnya, Rina berusaha menerima semua kelebihan dan kekurangan sang suami dengan ikhlas. Rina berusaha mencintai Ayah dari kedua putra putrinya itu setulus hati.
Mas Danu yang berhati keras, tak mudah memaafkan kesalahan orang lain dengan mudah, meskipun terhadap saudara kandungnya. Karena itu Rina memilih menjadi istri yang penurut, selalu menghindari pertentangan, meski kadang tertekan. Hanya Rina yang dapat mengimbangi watak suaminya, dengan selalu mengalah, demi keutuhan rumah tangganya.
Mas Danu yang pelit dan sangat perhitungan dengan uang belanja, hingga Rina harus sembunyi-sembunyi bila ingin membantu Ibunya yang telah menjanda. Rina juga berdagang online, agar memiliki penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
“Teman-teman sebaiknya kita mengumpulkan uang untuk membantu meringankan Santi, teman kita yang akan menikahkan putrinya,” Kata Luna, ketika Rina dan sahabat-sahabatnya berkumpul di sebuah cafe.
“Oke siapa! kita harus saling bantu membantu sahabat kita, bila memerlukan bantuan,” Ujar Nita.
“Alhamdulillah, aku punya penghasilan sendiri, betapa malunya bila aku tidak bisa berkontribusi membantu sahabatku, hanya karena mas Danu pelit,” Bisik Rina dalam hati.
“Biarlah hanya aku dan Allah Subhanahu wa Taala saja yang mengetahui masalah dalam pernikahanku,” Lanjut Rina.
“Teman-teman, aku pulang dulu ya, ini sudah sore, mas Danu sebentar lagi pulang,” Seru Rina.
“Pokoknya aku setuju dengan usul kalian, nanti aku akan transfer uangnya ya, semoga acara Santi berjalan dengan lancar,” Ujar Rina, sambil berkemas, pamit kepada sahabat-sahabatnya.
“Bunda, maafkan Rina hanya bisa membantu Bunda sedikit, aku tidak berani minta uang kepada mas Danu,” Ujar Rina lirih.
Rani bahkan tak berani menatap wajah teduh Bundanya. Rina malu karena tak bisa memberikan uang bulanan dengan layak, padahal suaminya memiliki penghasilan sangat banyak. Hanya saja yang diberikan kepada Rina sebatas kebutuhan pokok saja. Bila ada pengeluaran tidak terduga, Rina harus menyampaikan dengan hati-hati.
“Sudahlah Rina, Bunda bahagia putri Bunda mendapat suami yang bertanggung jawab. Bukankah Rina dan anak-anak selalu hidup berkecukupan?” Hibur Bunda, sambil memeluk Rina.
Sejenak Rina merapatkan pelukannya, mencari damai dengan mendengar degup jantung Bunda, yang selalu menenangkan. Rina ciumi wajah Bundanya, tangan Bunda yang mulai berkerut dengan derai air mata yang tak dapat Rina bendung.
Meskipun Danu bukan menantu yang baik, namun Bunda Rina selalu menasihati Rina untuk selalu bersyukur dan menerima takdirnya. Bunda mengingatkan Rina, betapa banyak istri yang mendapat pasangan yang malas dan tidak bertanggung jawab.
Begitulah kehidupan rumah tangga Rina dan mas Danu, hingga usia pernikahan mereka memasuki tahun ke 25 tahun. Hari demi hari Rina lalui dengan seribu satu rasa, berkali pula terbesit keinginan Rina untuk berpisah, namun demi kedua anaknya, Rina mengurungkan niatnya.
Hingga pada suatu hari, bagai petir di siang bolong, Rina harus menerima kenyataan pahit, dia mendengar dari sahabatnya, bahwa mas Danu diam-diam ternyata telah menikah lagi. Dan yang paling menyakitkan, istri kedua mas Danu adalah Mira, salah satu sahabat karibnya.
Dunia Rina yang dia bangun dengan susah payah, runtuh sudah. Kelelahan menahan diri hidup dalam tekanan, semakin terasa. Hati Rina hancur, tak ada alasan lagi untuk tetap mempertahankan pernikahan ini. Beribu pertanyaan memenuhi kepalanya, tanpa jawab. Rina tak percaya semua ini terjadi dalam kehidupannya. Selama ini, kesetiaan dan tanggung jawab mas Danu lah yang menjadi alasan Rina untuk bertahan.
“Ceraikan aku, mas! Aku tidak mau dimadu, apalagi dengan sahabatku sendiri,” Tuntut Rina.
“Maafkan mas, Rin, mas Danu khilaf. Mas Danu berjanji akan memperbaiki semuanya,” Jawab mas Danu lirih.
“Rin, maafkan Danu. Mulailah kembali menata rumah tanggamu dengan lebih baik. Kasihan anak-anak, kalau sampai kalian berpisah,” Ujar Bunda menenangkan Rina.
“Rina gak bisa Bunda, mas Danu dan Mira menusuk Rina dari belakang. Tega benar mereka menghianati Rina. Apa salahku kepada mereka?” Keluh Rina.
“Ingat Rina, mas Danu memiliki penyakit yang serius, dampingi suamimu melewati masa-masa sulitnya. Kanker hati yang Danu derita, akan semakin parah bila kamu meninggalkannya,” Tutur Bunda.
Sahabat Rina yang lain memberikan dukungan moril, dan meminta Rina untuk bertahan dengan mas Danu. Kedua putra putri Rina yang berusia remaja pun, memohon kepada Ibunya untuk tetap mendampingi sang Ayah yang sakit-sakitan.
Akhirnya Rina memilih untuk mempertahankan rumah tangganya, sedangkan Mira pergi entah ke mana, setelah diceraikan oleh Danu. Jungkir balik dunia Rina, berangsur normal kembali. Namun penyakit Danu semakin parah.
Danu masuk rumah sakit, dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Rina tak pernah beranjak dari sisinya. Danu selalu menggenggam tangan Rina dengan erat, seakan takut Rina tinggalkan.
“Maafkan mas Danu Rin,” Ujarnya berulang-ulang.
“Di sini saja Rin, jangan tinggalkan mas Danu,” Lanjutnya lirih.
Rina hanya bisa menangis, sambil menyentuh suaminya, berusaha menenangkan kegelisahannya. Tak ada lagi mas Danu yang arogan, mas Danu yang suka berteriak-teriak.
Di hadapan Rina, hanya ada seorang laki-laki ringkih, terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Sahabat-sahabatnya berkumpul untuk memberikan Rina dukungan, hingga Danu tutup usia.
“Selamat jalan mas Danu, semoga Allah Subhanahu wa Taala mengampuni dosa-dosamu dan menerima amal kebaikanmu,” Tutur Rina, sambil mencium kening suaminya untuk terakhir kalinya.
Comment Closed: Jungkir Balik Dunia Rina
Sorry, comment are closed for this post.